Presiden dan Kemendikbud setuju bahwa pembangunan karakter sumber daya manusia dimulai sejak dini. Peran guru dan pendidik dinilai sangat penting untuk menumbuhkan karakteristik kepribadian teladan, berbudi luhur, dan berpedoman pada kebhinekaan Pancasila. Gagasan pendidikan karakter sendiri berlandaskan pada nilai ketuhanan, kebhinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri. Kesamaan dari semua nilai tersebut adalah memperlakukan sesama manusia sama seperti kita ingin diperlakukan. Â Lantas sudah sejauh mana pendidikan karakter Indonesia berdampak pada perkembangan karakter kepribadian anak?
Pendidikan karakter perlu diberikan kepada anak usia dini?Â
Kita semua setuju bahwa pendidikan karakter penting diberikan bahkan terhadap anak usia praksekolah sekalipun. Karena antara usia 1-5 tahun, anak masih menjadi peniru yang ulung sehingga contoh dan ajaran baik yang diberikan akan lebih mudah mereka ingat dan tersimpan dalam memorinya. Saat sekolah dulu, pendidikan karakter yang didapatkan berupa teori tentang hal "baik dan buruk" atau "apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan" tanpa ada penalaran logis lebih dalam  seperti  bagaimana mengelola perasaan dan mengenali perasaan orang lain.Â
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, banyak bermunculan berita viral perilaku kekerasan antar anak dan remaja yang mencengangkan seperti bullying. Fenomena yang sangat disayangkan saat anak muda usia belasan tahun yang menganggap bertengkar fisik dan menguggahnya ke sosmed adalah aksi keren dan terpuji. Hal ini menjadi bukti besarnya tantangan pendidikan dalam pembudidayaan karakter di era digital.
Apa tujuan pendidikan karakter?Â
Pendidikan karakter yang sesungguhnya adalah meyakinkan anak siap terlibat beraksi dalam lingkungan sosial yang lebih luas tanpa ada pengawasan orangtua atau orang dewasa lain (integritas). Keterampilan lain yang perlu ditanamkan dalam pendidikan karakter adalah life skill dan social skill. Life skill adalah sekumpulan keterampilan yang dilatih supaya anak dapat bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Social skill adalah berbagai keterampilan yang menunjang interaksi dan relasi positif anak dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan emosional adalah salah satu keterampilan penting yang termasuk dalam keduanya.Â
Bagaimana perkembangan pendidikan karakter di Indonesia?
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah suatu program khusus dari pemerintah yang berfokus pada pembangunan karakter anak. PPK bertujuan untuk memastikan layanan pendidikan merata bagi seluruh anak bangsa dimanapun berada. PPK diterapkan pada semua tingkat pendidikan formal (SD-SMA) dengan berbasis pada kurikulum yang telah ditetapkan pada tahun 2013. Sifatnya tematik dan teoritis. Dibandingkan semua mata pelajaran, pendidikan karakter adalah yang paling beda sudut pandangnya karena hasil pembelajaran tidak berfokus pada kuantitas angka yang diperoleh setiap akhir semester. Melainkan tampak pada perilaku dan kepribadian apa yang ditunjukkan selama berproses di dalam maupun luar sekolah. Â
Bagaimana hubungan pendidikan karakter dan kepribadian anak?Â
Menurut teori kepribadian dalam ilmu psikologi, struktur kepribadian manusia berpusat pada pikiran, perasaan, dan perilaku yang terbentuk oleh stimuli dari lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan karakter perlu disesuaikan dengan usia anak. Penyesuaian kurikulum pendidikan karakter mengikuti tahap perkembangan anak perlu dilakukan guna menyelaraskan aspek perkembangan dan kepribadiannya. Aspek perkembangan terdiri dari motorik, bahasa, sosial, dan emosional. Aspek perkembangan ini lah yang perlu dituangkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, perlu sumber daya lain seperti psikolog perkembangan, psikolog pendidikan, dan praktisi pendidikan anak lainnya terlibat dalam pengembangan kurikulum sekolah.Â
Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional?
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain dalam berbagai situasi. Pada tahap selanjutnya, anak perlu diajarkan cara meregulasi emosi melalui berbagai coping strategy. Emosi yang teregulasi dengan baik memampukan anak dapat berperilaku adaptif di lingkungannya. Peran keluarga dan sekolah sebagai lingkungan terdekat anak yang memberikan edukasi dan pengawasan dinilai esensial dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak. Berikut ini  adalah contoh pengajaran kecerdasan emosional pada salah satu sekolah di Malaysia.Â
@notqiwiie learning to be patient!!!!!!! #teachertips ♬ original sound - qiwiie
Apa hubungan kecerdasan emosional dengan pendidikan karakter?
Setiap pagi sebelum memulai pelajaran, ada baiknya pendidik membangun ikatan emosional dengan anak melalui diskusi sederhana seperti "bagaimana perasaanmu pagi ini?, sudah sarapan atau belum?". Meluangkan waktu 15 menit dan membiarkan anak bercerita serta eksplorasi perasaannya adalah contoh strategi mengajarkan kecerdasan emosional. Efeknya adalah anak akan merasa dihargai dan diperhatikan oleh guru di sekolah.Â
Kecerdasan emosional pada anak terbukti mampu meningkatkan engagement saat belajar di kelas dan membantunya lebih fokus belajar. Aktivitas sederhana seperti olahraga pagi dan ice breaking adalah cara mengajarkan coping stress. Sudah banyak penelitian psikologi pendidikan yang mendukung kecerdasan emosional berkorelasi positif dengan karakter positif anak seperti relasi sosial yang baik dengan teman dan guru, lebih mampu berempati terhadap orang lain, dan menghormati aturan sekolah (Raver, Garner, & Smith-Donald 2007; Eggum et al. 2011).Â
Bagaimana cara mengajarkan kecerdasan emosional dalam pendidikan karakter?Â
Brackett and Rivers (2014) memberikan gagasannya tentang 5 skill utama yang perlu diajarkan untuk meningkatkan kecerdasan emosional:
1. Memahami penyebab emosi tersebut muncul menggunakan prinsip 5w+1h. Â "Apa yang terjadi?, Siapa yang telibat?, Dimana terjadi? Kapan terjadi?, Mengapa peristiwa tersebut terjadi?, Bagaimana saya berperilaku menghadapi hal tersebut?" Â Â
2. Mengidentifikasi perasaan diri sendiri dan orang lainÂ
3. Melabeli atau memberi nama perasaan tersebut misalnya senang, sedih, marah, kecewa, rasa bersalah dll
4. Mengekspresikan perasaan dengan cara yang baik. Seperti pemilihan waktu, situasi, dan diksi.Â
5. Regulasi emosi, mencakup empat poin sebelumnya. Regulasi emosi berfokus pada pengambilan keputusan sebelum menampilkan perilaku.Â
Negara apa saja yang sudah mengimplementasikan kecerdasan emosional dalam kurikulum sekolah?
Negara-negara di Eropa seperti Italia, Latvia, Lituania, Slovenia, dan Spanyol diketahui sejak beberapa tahun terakhir telah menerapkan SEL (Social Emotional Learning) dalam kurikulum sekolah. Hal ini menganjurkan para guru memiliki keterampilan sosial dan emosional. Survey tentang kesiapan belajar dengan metode SEL ditujukan pada guru sebanyak 402 orang yang diberikan perlakuan berbeda yaitu mengajari murid dengan kelompok umur berbeda. Survey dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan setelah tahun ajaran. Hasilnya adalah terdapat perkembangan positif pada murid meskipun belum konsisten.  Berdasarkan penemuan tersebut, disarankan para guru perlu mendapatkan training SEL secara berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan SEL-nya. Â
Berdasarkan pemaparan diatas, kesimpulan dan saran yang dapat diberikan adalah pengajaran kecerdasan emosional perlu dituangkan dalam kurikulum khusus pendidikan karakter serta perlu dikembangkan secara intens. Mengingat sudah banyak terjadi permasalahan pada generasi muda yang berperilaku meresahkan masyarakat karena kecerdasan emosinya yang kurang terlatih. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H