Setiap pintu yang berhasil Suzume dan Souta "tutup" hanyalah menjadi pijakan-pijakan kecil sebelum bermuara pada masalah utama, yakni pulihnya Suzume dari trauma yang menghantuinya.
Masih banyak yang belum paham dan justru mengkritisi Suzume kala ia mengatakan "Aku tidak bisa hidup tanpa Souta,"
Pasalnya, Suzume diceritakan baru bertemu dengan sosok Souta. Namun lebih dari itu, terdapat pesan tersirat yang ingin disampaikan Makoto Shinkai melalui adegan tersebut. Suzume yang sudah pasrah dengan hidupnya, tidak ingin menyesal kehilangan orang di sekitarnya lagi. Mengingat ia pernah merasakan bagaimana ditinggalkan mendiang ibunya akibat tsunami Tohoku.
Pulihnya Suzume Pasca Tsunami Tohoku
Suzume digambarkan menjadi karakter yang paling realistis dengan dialog sederhana.
Perjalanan pintu ke pintu lantas mempertemukan kembali Suzume dewasa dengan Suzume kecil yang sibuk mencari ibunya pasca bencana. Ucapan Suzume dewasa kala bertemu Suzume kecil berhasil membuat satu studio dibanjiri air mata.
Kali ini Makoto Shinkai tidak membutuhkan plot twist yang berkelit agar karyanya remarkable di ingatan penonton. Cukup dengan melontarkan pesan sederhana yang mudah untuk dirasakan sendiri oleh penonton.
"Masa depan tidak semenakutkan itu. Percayalah akan ada banyak orang yang menyayangimu nanti. Mari kita bertahan untuk bertemu orang-orang baik itu."
"Malam mungkin tampak tanpa akhir sekarang. Tapi suatu hari, pagi akan datang."
Seketika beban di pundak terasa sedikit terangkat begitu mendengar pesan singkat Suzume tersebut. 'Suzume' ditutup dengan ia yang berhasil mengatasi traumanya dan kembali bersemangat melanjutkan hidup.
Tak banyak disorot hubungan romansa antara Suzume dan Souta. Namun terlepas dari hal itu, kembalinya Makoto Shinkai dengan Suzume berhasil mengambil atensi publik dan mengembuskan euforia pada hal-hal yang ada pada film tersebut, misalnya saja kursi ikonik Souta dan mobil "selotip" Serizawa.