"Suzume" tak hanya mengisahkan soal bencana, tetapi juga proses pulih dari rasa trauma ditinggalkan.
—
Ramai diperbincangkan di media sosial, ulasan yang ditinggalkan warganet di berbagai platform lantas berhasil menggugah 400.000 penonton untuk menyaksikan karya terbaru Makoto Shinkai tersebut. Masih dengan mengusung formula yang sama perihal alam, Suzume masih menjadi opsi segar untuk ditonton bersama keluarga, teman, juga orang terkasih.
Setelah sebelumnya sukses dengan membawakan Your Name (2016) dan Weathering with You (2019), Makoto Shinkai kini kembali dengan menyuguhkan karya masterpiece lainnya.
Telah lama tayang di Jepang sejak 11 November 2022 lalu, Indonesia baru berkesempatan menyaksikannya di layar lebar pada 8 Maret 2023. Kolaborasi Makoto Shinkai dengan Radwimps sebagai pengisi OST selalu menjadi paduan yang serasi. Â Â
Soal visual, Makoto Shinkai tidak perlu diragukan lagi. Ia tidak pernah gagal dalam menyajikan visual yang memanjakan mata penonton. Terbukti dari menit pertama, penonton sudah dibuat menganga takjub.
Menyinggung peristiwa tsunami Tohoku yang terjadi pada 12 tahun lalu, 11 Maret dinilai menjadi tanggal yang paling pas untuk menonton Suzume. Â
Perjalanan Mencari "Pintu"
Mengisahkan sosok Suzume yang tidak sengaja bertemu Souta, keduanya lantas menjalankan misi "mencari pintu". Namun, tak akan seru jika tak ada konflik yang dihadirkan. Suzume yang tidak sengaja telah melepas "kunci" penjaga, menjadi awal terbukanya pintu bagi "cacing" yang mengancam Jepang.
Daijin, kucing penjaga yang terlepas, kemudian mengutuk Souta menjadi kursi. Perjalanan Suzume dan Souta tidaklah mudah, tetapi pada akhirnya semua terlewati dengan ending yang memuaskan.
Suzume, bukan hanya sekadar menyoal penyelamatan Jepang melalui "pintu". Adanya kilas kenangan yang kerap dimunculkan di setiap pintu kian menambah kesan dilematis ingatan para korban bencana sebelum hal itu terjadi. Â
Setiap pintu yang berhasil Suzume dan Souta "tutup" hanyalah menjadi pijakan-pijakan kecil sebelum bermuara pada masalah utama, yakni pulihnya Suzume dari trauma yang menghantuinya.
Masih banyak yang belum paham dan justru mengkritisi Suzume kala ia mengatakan "Aku tidak bisa hidup tanpa Souta,"
Pasalnya, Suzume diceritakan baru bertemu dengan sosok Souta. Namun lebih dari itu, terdapat pesan tersirat yang ingin disampaikan Makoto Shinkai melalui adegan tersebut. Suzume yang sudah pasrah dengan hidupnya, tidak ingin menyesal kehilangan orang di sekitarnya lagi. Mengingat ia pernah merasakan bagaimana ditinggalkan mendiang ibunya akibat tsunami Tohoku.
Pulihnya Suzume Pasca Tsunami Tohoku
Suzume digambarkan menjadi karakter yang paling realistis dengan dialog sederhana.
Perjalanan pintu ke pintu lantas mempertemukan kembali Suzume dewasa dengan Suzume kecil yang sibuk mencari ibunya pasca bencana. Ucapan Suzume dewasa kala bertemu Suzume kecil berhasil membuat satu studio dibanjiri air mata.
Kali ini Makoto Shinkai tidak membutuhkan plot twist yang berkelit agar karyanya remarkable di ingatan penonton. Cukup dengan melontarkan pesan sederhana yang mudah untuk dirasakan sendiri oleh penonton.
"Masa depan tidak semenakutkan itu. Percayalah akan ada banyak orang yang menyayangimu nanti. Mari kita bertahan untuk bertemu orang-orang baik itu."
"Malam mungkin tampak tanpa akhir sekarang. Tapi suatu hari, pagi akan datang."
Seketika beban di pundak terasa sedikit terangkat begitu mendengar pesan singkat Suzume tersebut. 'Suzume' ditutup dengan ia yang berhasil mengatasi traumanya dan kembali bersemangat melanjutkan hidup.
Tak banyak disorot hubungan romansa antara Suzume dan Souta. Namun terlepas dari hal itu, kembalinya Makoto Shinkai dengan Suzume berhasil mengambil atensi publik dan mengembuskan euforia pada hal-hal yang ada pada film tersebut, misalnya saja kursi ikonik Souta dan mobil "selotip" Serizawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H