Sayup-sayup lantunan ayat suci Al-Quran terdengar dari Masjid Jami Miftahul Iman Bandung. Riuh tawa anak-anak terselip di antaranya. Kang Alwi bersama Kang Dani semarakkan kembali semangat Ramadan dengan menghadirkan Pesantren Kilat (Sanlat) selepas Asar.
***
Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu sebelum berbuka puasa. Bulan Ramadan ini dijadikan momentum yang tepat untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya. Tali ukhuwah disulam dengan berbagai macam rangkaian keislaman, salah satunya adalah dengan adanya Pesantren Kilat (Sanlat).
Isi Waktu Ngabuburit dengan Ngaji Bandongan
Masjid Jami Miftahul Iman menjadi setitik cahaya bagi anak-anak yang bermukim di Negla Utara, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Masjid tidak pernah sepi, selalu ramai diisi dengan kajian, pengajian bersama, serta program Sanlat yang kerap dilangsungkan tiap Ramadan.
“Agenda Sanlat sudah menjadi agenda tahunan di Masjid Miftahul Iman yang diinisiasi oleh para alumni dan asatidz Madrasah Miftahul Iman saat itu dengan mengubah cara metode belajar yang biasa dilakukan. Untuk inisiasi pembentukan kegiatan Sanlat, kisaran tahun 2010-an hingga sekarang yang sudah menjadi kebiasaan agenda tahunan.” jelas Kang Alwi.
Laki-laki berusia dua puluh tahunan itu menambahkan, “Sanlat kita adakan ialah dalam rangka mengisi kekosongan kegiatan di bulan Ramadan serta pembiasaan mengisi bulan Ramadan dengan hal-hal positif.”
Pengajian rutin yang selalu dilaksanakan selepas salat Magrib, sejak Ramadan mulai dipindah jadwalkan pelaksanannya ke sore hari, setelah salat Asar. Sama dengan pengajian pada umumnya, agenda Sanlat mengutamakan kegiatan yang berkenaan dengan pembentukan karakter islamiah, seperti tadarus, kajian, rihlah, dan pasaran kitab kuning atau ngaji bandongan.
Namun, ada yang membuat pengajian kali ini jauh lebih istimewa. Permainan kecil dihadirkan di sela-sela pematerian kitab kuning membuat sebagian besar anak-anak tidak mudah merasa jenuh. Selain itu, agenda takjil bersama seakan melengkapi seluruh rangkaian Sanlat.
Antusiasme Gugah Semangat Ramadan di Tengah Pandemi
Berbincang perihal Sanlat, tentu kebanyakan dari kita akan bernostalgia. Deru air keran serta langkah kecil yang memburu menuju masjid menjadi suara yang paling ditunggu-tunggu saat mengikuti Sanlat.
Kendati pandemi, antusiasme anak-anak Negla tidak pernah padam. Sebaliknya, meskipun hujan deras mengguyur, mereka akan tetap menyambangi masjid. Alasannya sederhana, mereka tidak ingin menyia-nyiakan sisa bulan Ramadan dengan hanya bermain-main. Ada bekal ilmu yang harus dibawa sekembalinya pulang ke rumah masing-masing.
“Hal yang berkesan, sih dari saya, dari antusias anak dalam belajar agama karena memang di tiap momen Sanlat anak-anak pasti banyak yang daftar,” ujar Kang Alwi.
Hambatan dan Harapan Sanlat
Kang Alwi selaku pengajar mengaku sangat senang telah menyemarakkan kegiatan di Masjid Jami Miftahul Iman selama bulan Ramadan berlangsung. Akan tetapi, tidak dipungkiri masih ada beberapa kendala yang mesti ditemui.
Kang Alwi mengatakan, “Hambatan selama sanlat, kita terkendala dana karena kita kebetulan Sanlatnya gratis, tidak bayar. Jadi, untuk kegiatan rihlah atau kegiatan yang membutuhkan dana itu biasanya dari donatur atau suntikan dana dari DKM. Itupun tidak memenuhi. Hambatan lain mungkin dari kepanitiaan dan pengajar, di sini sangat kurang dengan perbandingan anak-anak yang begitu lumayan banyak.”
“Harapannya, di tahun ini lebih ke pengembangan inovasi mengajar, seperti dibantu pembelajaran menggunakan teknologi internet. Dalam kurikulum yang diberikan juga tahun ini, alhamdulillah sudah ada pasaran kitab kuning untuk remaja.” imbuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H