Kendati pandemi, antusiasme anak-anak Negla tidak pernah padam. Sebaliknya, meskipun hujan deras mengguyur, mereka akan tetap menyambangi masjid. Alasannya sederhana, mereka tidak ingin menyia-nyiakan sisa bulan Ramadan dengan hanya bermain-main. Ada bekal ilmu yang harus dibawa sekembalinya pulang ke rumah masing-masing.
“Hal yang berkesan, sih dari saya, dari antusias anak dalam belajar agama karena memang di tiap momen Sanlat anak-anak pasti banyak yang daftar,” ujar Kang Alwi.
Hambatan dan Harapan Sanlat
Kang Alwi selaku pengajar mengaku sangat senang telah menyemarakkan kegiatan di Masjid Jami Miftahul Iman selama bulan Ramadan berlangsung. Akan tetapi, tidak dipungkiri masih ada beberapa kendala yang mesti ditemui.
Kang Alwi mengatakan, “Hambatan selama sanlat, kita terkendala dana karena kita kebetulan Sanlatnya gratis, tidak bayar. Jadi, untuk kegiatan rihlah atau kegiatan yang membutuhkan dana itu biasanya dari donatur atau suntikan dana dari DKM. Itupun tidak memenuhi. Hambatan lain mungkin dari kepanitiaan dan pengajar, di sini sangat kurang dengan perbandingan anak-anak yang begitu lumayan banyak.”
“Harapannya, di tahun ini lebih ke pengembangan inovasi mengajar, seperti dibantu pembelajaran menggunakan teknologi internet. Dalam kurikulum yang diberikan juga tahun ini, alhamdulillah sudah ada pasaran kitab kuning untuk remaja.” imbuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H