Mohon tunggu...
Selly Fitriyani Wahyu
Selly Fitriyani Wahyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student of Padjajaran University

A journalism undergraduate student who is interested in the creative industry and education matters. She does her best to any projects or work that involves her. Her vision is to raise education awareness and support others to achieve their dreams. She believes her ability to collaborate creativity, human resources, and social media optimization can make her visions come true in every little step.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tawa Renyah Anak-anak di Balik Masjid Jami Miftahul Iman

23 April 2022   19:33 Diperbarui: 23 April 2022   19:41 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian anak-anak sibuk menggambar seraya menunggu gilirannya mengaji. Foto: Selly Fitriyani Wahyu

Kendati pandemi, antusiasme anak-anak Negla tidak pernah padam. Sebaliknya, meskipun hujan deras mengguyur, mereka akan tetap menyambangi masjid. Alasannya sederhana, mereka tidak ingin menyia-nyiakan sisa bulan Ramadan dengan hanya bermain-main. Ada bekal ilmu yang harus dibawa sekembalinya pulang ke rumah masing-masing.

“Hal yang berkesan, sih dari saya, dari antusias anak dalam belajar agama karena memang di tiap momen Sanlat anak-anak pasti banyak yang daftar,” ujar Kang Alwi.

Sebagian anak-anak sibuk menggambar seraya menunggu gilirannya mengaji. Foto: Selly Fitriyani Wahyu
Sebagian anak-anak sibuk menggambar seraya menunggu gilirannya mengaji. Foto: Selly Fitriyani Wahyu

Hambatan dan Harapan Sanlat

Kang Alwi selaku pengajar mengaku sangat senang telah menyemarakkan kegiatan di Masjid Jami Miftahul Iman selama bulan Ramadan berlangsung. Akan tetapi, tidak dipungkiri masih ada beberapa kendala yang mesti ditemui.

Kang Alwi mengatakan, “Hambatan selama sanlat, kita terkendala dana karena kita kebetulan Sanlatnya gratis, tidak bayar. Jadi, untuk kegiatan rihlah atau kegiatan yang membutuhkan dana itu biasanya dari donatur atau suntikan dana dari DKM. Itupun tidak memenuhi. Hambatan lain mungkin dari kepanitiaan dan pengajar, di sini sangat kurang dengan perbandingan anak-anak yang begitu lumayan banyak.”

“Harapannya, di tahun ini lebih ke pengembangan inovasi mengajar, seperti dibantu pembelajaran menggunakan teknologi internet. Dalam kurikulum yang diberikan juga tahun ini, alhamdulillah sudah ada pasaran kitab kuning untuk remaja.” imbuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun