Tak semua orang akan sepenuhnya memahami perjalananmu
Karena mereka tak pernah melangkah di jalan yang telah engkau lalui
Fokuslah pada jalan yang terbentang di depan
Dan teruslah melangkah
-Karl Martz-
Dalam hidup, adakalanya kita terlalu memikirkan pandangan orang lain tentang diri kita. Kita ingin terlihat baik dan membuat mereka senang. Kita takut mengecewakan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, setiap hari kita pasti berinteraksi dengan orang lain. Adalah baik, bila kita ingin membantu dan menyenangkan setiap orang yang kita kenal.
Namun bila kondisi ini berjalan berlebihan sehingga kita susah bilang "tidak", atau kita mulai kewalahan sehingga kita jadi tidak punya waktu untuk diri sendiri, sudah saatnya melakukan instropeksi.
Mungkin kita termasuk golongan people pleaser, yaitu orang-orang yang selalu ingin menyenangkan orang lain.
Menjadi people pleasure lambat laun akan menggerogoti kesehatan mental kita. Kita akan lelah karena kita terlalu fokus untuk membuat orang lain merasa senang.
Kita ingin selalu terlihat baik dengan selalu setuju atau melakukan apa yang orang lain ingin kita lakukan. Meski hal itu sering bertentangan dengan hati kita.
Sementara untuk berinteraksi dengan orang lain secara sehat, kita perlu menjadi diri sendiri, berani berkata 'tidak', bersikap jujur, berani mengemukakan pendapat pribadi, mengelola konflik dengan bijak, dan lain-lain.
Kita harus berani belajar melakukan itu semua, untuk kesehatan mental yang lebih baik.
5 Alasan kita tidak harus menyenangkan semua orang
Menjadi orang yang menyenangkan itu baik, tapi dalam hidup ini, kita tak harus menyenangkan semua orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Berikut ini 5 alasannya, selamat menyimak.
1. Belajar jujur dengan menjadi diri sendiri
Menjadi orang baik tak sama dengan berusaha menyenangkan semua orang. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan.
Bila kita selalu bilang 'iya' atau selalu mendukung opini orang yang bertanya kepada kita, sama artinya dengan kita menipu diri kita sendiri dan orang tersebut.
Hal yang sederhana, misal ada yang bertanya apakah dia cocok memakai baju tertentu. Sebenarnya menurut kita tidak cocok, tapi kita khawatir dia akan sedih kalau kita mengatakan apa adanya, lalu kita bilang bahwa dia cantik memakai baju tersebut. Nah, di sini kita sudah melakukan dua ketidakjujuran, tidak jujur pada diri sendiri dan teman kita.
Lebih baik kita katakan opini kita apa adanya, dengan memilih kalimat yang baik dan saran terbaik menurut kita.
Setiap orang punya pribadi yang unik dan berbeda, dengan menampilkan pribadi kita apa adanya, kita akan saling mengenal dan percaya.
Menampilkan diri kita apa adanya berarti mempercayai orang lain untuk menerima dan mencintai kita. Menyembunyikan diri dibalik tawa atau sikap yang selalu manis, sama artinya tak pernah memberi kesempatan mereka untuk menerima dan mencintai kita apa adanya.
2. Berbeda pendapat dan konflik dalam sebuah hubungan itu wajar
Adakalanya seseorang selalu mengikuti atau setuju dengan pendapat orang lain demi menghindari konflik atau kemarahan.
Dalam sebuah hubungan yang sehat, berbeda pendapat dan terjadinya konflik itu sangat wajar, bahkan pada dua sahabat baik atau sepasang orang yang saling mencintai.
Konflik yang diselesaikan secara sehat, justru akan mempererat dan membuat hubungan makin dalam. Jadi lebih saling mengenal karakter masing-masing.
Pun jika seseorang marah, bukan berarti kita yang salah.
Belajar jujur dengan pendapat kita, menyampaikannya dengan cara baik atau menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat orang lain dengan cara sopan, adalah sesuatu yang bisa dipelajari dan dilatih.
Justru dengan terbuka dan terus terang, hubungan menjadi lebih sehat dan saling menghargai.
3. Kita tidak bertanggung jawab atas perasaan orang lain
Melansir psychologytoday.com, Amy Morin, seorang psikoterapis mengatakan bahwa, adalah sehat untuk mengenali bagaimana perilaku kita memengaruhi orang lain. Tetapi berpikir bahwa kita memiliki kekuatan untuk membuat seseorang bahagia adalah sebuah masalah. Tiap individu bertanggung jawab atas emosi mereka sendiri.
Bila orang lain marah, sedih dan kecewa, karena kita bisa membantu masalah mereka, itu bukan salah kita. Yang penting kita sudah bersikap sesuai kemampuan dan kapasitas kita.
Misal bila kita tidak bisa membantu, kita bisa katakan dengan kalimat yang baik disertai doa.
Pun bila kita bisa membantu, hal itu bukan atas dasar karena kita takut, terpaksa atau khawatir atas penilaian orang lain terhadap kita. Kita melakukan sesuatu, karena kita mau, mampu dan bahagia melakukannya.
4. Ada kalanya kita harus mengutamakan diri sendiri
Kita membutuhkan energi dan sumber daya emosional untuk membantu orang lain. Jika kita tidak menjaga diri sendiri, kita tidak akan mampu melakukan apa pun untuk orang lain. Ada kalanya mendahulukan kebutuhan kita sendiri itu tidak selalu egois, justru sehat.
Melansir dari healthline, Erika Myers, seorang terapis di Bend, Oregon, mengatakan bahwa tidak apa-apa menjadi orang yang memberi dan peduli, namun penting juga untuk menghormati dan memenuhi kebutuhan kita sendiri.
Jika memang kita tidak bisa, jangan ragu untuk berkata 'tidak'. Ini lebih baik daripada kita memaksakan diri dan tidak bisa mengatakan 'tidak', tapi akhirnya kita merasa terbebani dan waktu kita habis untuk mengurusi masalah orang lain hingga tak tersisa untuk diri sendiri.
Membuat orang lain senang, memang menyenangkan. Tapi apa artinya bila itu membuat kita lupa menghargai dan mencintai diri sendiri?
5. Karena kita bukan pizza
Melansir dari scienceofpeople.com, kita tidak bisa menyenangkan semua orang karena kita bukan pizza.
Dalam suatu acara kumpul-kumpul, biasanya mereka tak lupa membawa pizza. Pizza itu enak dan tidak ada yang salah dengan satu atau dua potong pizza yang enak. Dan semua orang yang hadir pada acara itu menyambut dan suka dengan pizza.
Tapi kita bukanlah sepotong pizza, sekeras apapun kita berusaha, kita tidak akan bisa menyenangkan semua orang.
Tapi ngomong-ngomong tentang pizza, walau banyak orang yang suka, di luar sana, pasti ada juga orang yang tidak suka pizza.
Sekeras apapun kita berusaha menyenangkan semua orang, kita tidak akan bisa dan memang kita tidak harus melakukannya. Lebih baik fokus pada orang terdekat dan orang-orang yang tepat.
***
Last but not least, jangan risaukan apa yang dikatakan setiap orang, karena banyak yang membaca dunia dengan pemahaman dan pengalaman yang berbeda.
Teruslah melangkah, selama kita meyakini apa yang kita lakukan benar.
Jangan berhenti, selama kita yakin berada di jalan kebaikan.
Berikut ini adalah pesan dari sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu :
- Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak membutuhkannya, dan yang membencimu tidak mempercayainya.
- Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tapi siapa yang mau berbuat baik.
- Jangan menghapus persaudaraan hanya karena sebuah kesalahan. Namun hapuslah kesalahan demi lanjutnya persaudaraan.
- Jika datang gangguan kepadamu, jangan berpikir bagaimana cara membalas dengan yang lebih perih, tapi berpikirlah bagaimana cara membalas dengan yang baik.
- Kurangi mengeluh, teruslah berdoa dan berikhtiar. Sibukkan diri dalam kebaikan hingga keburukan lelah mengikutimu.
Semoga bermanfaat.
Jakarta, 12 Agustus 2021
Seliara
Referensi
Note :
Untuk artikel kesehatan mental lainnya, klik "seliara kesehatan mental"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H