Pada suatu hari, permaisuri bercerita tentang seekor penyu yang datang dalam mimpinya dan memberikan kalung komala.Â
Sang putri penasaran dan meminta ijin kepada orangtuanya untuk mencari penyu tersebut. Berbekal ijin sang raja dan pengawalan ketat pasukan kerajaan, sang putri akhirnya bertemu dengan penyu yang ada dalam mimpi sang permaisuri.Â
Ternyata penyu itu berbau sangat busuk. Sang putri memanggil sang penyu dengan sebutan "penyu busuk", sang penyu tidak terima dengan panggilan itu dan berenang menuju ke laut. Sang putri terus mengejarnya hingga akhirnya hilang ditelan gulungan ombak.
Akhirnya pantai ini dinamakan Pantai Penyusuk, singkatan dari Penyu Busuk. Wallahu alam.
Entah dengan kebenaran cerita tersebut, yang pasti selalu ada moral dibalik sebuah kisah, yaitu sebaiknya kita tetap menghormati orang lain, apalagi seseorang yang baru dikenal. Misalnya memanggil seseorang dengan panggilan yang lebih sopan, bagaimanapun kondisinya, kita tak sepantasnya memanggil dengan panggilan yang bernada merendahkan.
***
Baiklah, demikian kisah tentang Pantai Penyusuk. Semoga pandemi segera berlalu, dan kita bisa segera mengunjungi tempat-tempat indah di belahan bumi pertiwi.
Salam hangat sehat selalu.
Jakarta, 6 Juli 2021
Seliara
Bagi Pembaca yang ingin mengetahui kisah perjalanan saya lainnya, silakan klik "Seliara Melukis Senja"
Tulisan lainnya tentang Bangka Belitung, silakan klik "Seliara Wonderful Babel"
Terima kasih