Ilustrasi pecel Madiun. Sumber: Tripadvisor.com
Pandemi belum juga berakhir, justru semakin menjadi, membuat saya harus menunda kepulangan ke Madiun, hiks ....
Sudah 2 kali lebaran saya tidak pulang, rencananya pada lebaran haji ini ingin pulang, tapi ada daya, covid makin menggila. Akhirnya ndekem atau berdiam diri di rumah menjadi pilihan utama.
Sedih sudah pasti, tapi mau bagaimana lagi. Ini adalah pilihan terbaik bagi semuanya.
Setiap pulang ke Madiun, ada satu hal yang tak boleh dilupakan, yaitu makan nasi pecel madiun. Biasanya pecel madiun dimakan pakai nasi dan lauk lainnya, seperti kerupuk beras, rempeyek, telor ceplok, tempe goreng, ayam goreng daging empal dan lain-lain.
Nasi pecel madiun biasanya disajikan diatas pincuk daun pisang, duuh sangat menggoda selera! Melihat penyajiannya saja sudah membuat perut keroncongan.
Legit bumbu kacang yang gurih pedas asam manis, berpadu dengan aneka tekstur sayuran, ditambah harum daun kemangi di atasnya, ditemani nasi pulen hangat ... hm ... benar-benar kuliner nusantara yang selalu saya rindukan!Â
Entah apa hanya karena perasaan saya saja, setiap makan pecel madiun di tempat aslinya, rasanya sungguh berbeda dibanding saya makan di tempat lain. Rasanya nikmaaat sekali, baik sayurnya maupun bumbu pecelnya terasa berbeda.
Langganan saya adalah pecel madiun Bu Wir yang terletak di jalan Cokroaminoto. Â Mungkin juga karena kenangan masa SMA saat saya sering membeli pecel di sana.
Ini adalah penampakan makanan yang dijual di warung nasi pecel bu Wir. Kita bisa memilih sayuran apa saja, memilh aneka lauk serta bisa memilih bumbu kacang yang pedas atau sedang.
Oya, di kedai Bu Wir ini juga dijual bumbu pecel yang masih kering, jadi kita bisa membeli sebagai oleh-oleh untuk kerabat atau untuk dimakan sendiri. Tersedia varian dengan rasa tidak pedas, sedang dan pedas. Di masa pandemi ini, Bu Wir juga melayani pembelian online, tinggal pesan, transfer dan bumbu pecel akan dikirim sampai ke rumah kita. Â
Selain Bu Wir, masih banyak kedai legendaris yang menjual nasi pecel madiun, misalnya Yu Gembrot, Nasi Pecel Pojok dan lain-lain. Semuanya enak dan mempunyai pelanggan masing-masing.Â
Sejarah Pecel Madiun
Ilustrasi
Selain Madiun, ada beberapa daerah di Jawa yang juga terkenal dengan nasi pecel-nya, misal Blitar, Kediri. Jogyakarta dan lain-lain. Tentu tiap daerah mempunyai kekhasanya masing-masing. Bagi saya yang pencinta nasi pecel, semuanya terasa enak dan lezat.Â
Istilah pecel diduga pertama kali muncul dari Ki Gede Pamanahan. Pada Babad Tanah Jawi ada sebuah cerita mengenai pertemuan Ki Gede Pamanahan dengan Sunan Kalijaga.
Pertemuan di siang hari itu sempat dilalui dengan acara makan bersama. Ki Gede Pamanahan menghidangkan nasi beserta sayuran dan lauk pauk lainnya.
Melihat hidangan tersebut, Sunan Kalijaga bertanya hidangan apa yang disajikan oleh Ki Gede Pamanahan. Pertanyaan itu dijawab Ki Gede Pamanahan dengan penjelasan bahwasanya hidangan itu ialah dedaunan yang direbus kemudian diperas airnya.
Kata pecel diartikan sebagai sesuatu yang direbus kemudian diperas airnya. Apabila merujuk cerita ini, pecel pertama kali muncul di Yogyakarta. Sementara itu, Pecel Madiun menjadi lebih populer dibanding pecel-pecel dari daerah lain karena pecel ini memiliki kekhasan tersendiri.
Pada sambal pecel Madiun ada tambahan pemakaian daun jeruk purut. Pecel Madiun juga terkenal karena komponennya yang lengkap, mulai dari beragam jenis sayuran, serta lauk pauk pendamping lainnya.
Cara Membuat Pecel Madiun
Sebenarnya kunci kelezatan pecel madiun terletak pada racikan bumbunya yang khas. Kacang tanah yang dibuat bumbu sambal pecel ini biasanya disanggrai di wajan tanah liat, bukan digoreng dengan menggunakan minyak goreng, jadi lebih sehat. Itulah mengapa saat kita membeli bumbu sambal pecel yang masih kering, teksturnya akan kepyur dan bukan menggumpal karena kacangnya memang tidak digoreng dengan minyak goreng tapi disanggrai.
Resep bumbu sambal pecel Madiun biasanya terdiri dari kacang tanah yang disanggrai dan bumbu-bumbu yang digoreng terlebih dulu  seperti bawang putih, bawah merah, cabe merah, cabe rawit, gula merah, gula pasir, garam, asam jawa dan daun jeruk purut.
Dulu saya sering membuatnya sendiri, tapi kini saya memilih membeli langsung di Madiun dan dikirim ke rumah, sekalian membantu usaha kecil di sana.
Selama pandemi, nasi pecel menjadi pilihan saya. Selain praktis ekonomis, rasanya enak dan cara menyiapkannya juga mudah. Tinggal merebus atau mengukus beberapa macam sayuran sesuai selera dan disiram dengan bumbu sambal kacang.Â
Bumbu kacang yang masih kering ini cukup awet disimpan di kulkas, tinggal dikeluarkan kalau ingin dipakai dan bisa disimpan kembali.
Bumbu kacang sebelum dipakai dicampur  air matang panas dengan kekentalan sesuai selera.Â
Tata sayuran di atas piring dan siram dengan bumbu kacang. Taraaa .... pecel sudah siap dinikmati. Jangan lupa atasnya diberi taburan daun kemangi untuk mempercantik dan memberikan aroma yang menggugah selera. Tinggal ditambah lauk yang ada, misalnya serundng kelapa, tempe goreng dan lain-lain.
Demikian tulisan tentang  nasi pecel madiun. Teriring doa semoga pandemi segera berakhir, sehingga kita semua bisa menjalani kehidupan normal seperti dulu lagi. Rasanya sudah rindu untuk melakukan perjalanan, pulang kembali ke kampung halaman.
Sementara tak bisa pulang, biarlah sepiring nasi pecel (waau tanpa alas pincuk daun pisang) menemani dan mengobati rasa rindu akan kampung halaman tercinta.
Jakarta, 27 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H