Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sedekah yang Terbungkus Harga Diri

18 Juni 2021   06:00 Diperbarui: 18 Juni 2021   06:27 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pedagang buah. Sumber: tribunjakarta.com

Sebenarnya ia tak ingin menerima uang tabungan anak tadi, tapi dia ingin menjaga harga diri sang anak dan ibunya, karena pasti akan ada rasa malu bila menerima sedekah darinya. 

Dengan menerima uangnya, teman saya tadi berharap sang ibu dan anaknya akan terjaga harga dirinya dan sang anak pun akan bangga bisa membeli sepatu dengan hasil tabungannya sendiri.  Hal itu akan menjadi pengalaman positif bagi sang anak untuk terus giat menabung dan bekerja keras, tak hanya mengandalkan bantuan atau pemberian orang lain.

Saya salut dengan prinsip teman saya tadi. Pantas saja tokonya selalu ramai dan berkembang. Selain berjualan offline, di masa pandemi ini dia juga membuka toko online. Mungkin karena kerja kerasnya, ditambah kebaikan hatinya lewat sedekah tadi, membuat usahanya lancar dan berkah. 

Membeli dagangan pedagang kecil

Ilustrasi pedagang buah. Sumber: tribunjakarta.com
Ilustrasi pedagang buah. Sumber: tribunjakarta.com
Teman saya yang lain pernah bercerita bahwa suaminya sering pulang dengan membawa buah-buahan atau sayuran yang tidak selalu bagus dan sedang tidak mereka butuhkan. Setelah ia bertanya pada suaminya, ternyata sang suami setiap bertemu dengan penjual yang sudah tua atau perlu dibantu, selalu membeli barang dagangannya, tanpa melihat apakah barang yang dijual bagus atau tidak, sedang perlu atau tidak.  

Sang suami membeli barang jualan itu niatnya untuk membantu sang penjual. Supaya sang penjual tetap bersemangat berdagang dan berusaha. Karena itu akan jauh lebih baik daripada dia menjadi seorang peminta-minta. 

Awalnya teman saya heran mengapa suaminya sering sekali membeli barang remeh temeh. Bahkan saat mereka sedang naik motor berdua, sang suami akan putar balik dan mengejar seorang bapak tua penjual apapun itu.

Karena sudah hafal dengan kebiasaan suaminya, teman saya segera membeli beberapa barang si bapak tua tanpa menawar. Bapak tua itu tampak bahagia, mungkin seharian dagangannya belum laku banyak. 

Sang suami juga sering membeli bubur kacang hijau yang lewat di depan rumahnya. Ternyata bapak penjual bubur itu langganannya sejak dia kecil dulu. Hingga sekarang, bapak itu masih tetap berjualan bubur kacang hijau. Asisten rumah tangga di rumahnya sampai heran, karena setiap membeli tidak pernah dimakan, akhirnya asisten tumah tangganya yang makan bubur kacang hijau itu.

Kata teman saya, suaminya membeli untuk menolong si bapak itu agar tetap semangat berjualan dan harga dirinya juga terjaga, dibandingkan jika langsung memberikan uang, akan merendahkan harga dirinya dan pasti ada rasa malu saat menerimanya.

Kebetulan teman saya suka memasak, jadi barang-barang yang sudah dibeli suaminya itu akan diolah menjadi makanan yang lebih enak. Misal, buah pisang yang sudah terlalu masak akan diolahnya menjadi cake pisang dan dibagikan ke tetangga, buah pepaya yang tidak manis (belum tua) akan diolah menjadi cocktail buah. Begitulah, sehingga apapun yang dibeli suaminya tetap bermanfaat dan tidak mubazir. Semoga juga bisa menghadirkan rasa bahagia bagi siapa saja yang mencicipi masakannya dari barang-barang yang dibeli tadi.

Membeli barang remeh temeh dari penjual yang membutuhkannya adalah sedekah yang terbungkus dengan harga diri.

Urip iku urup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun