Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Yuki Kato, Quarter Life Crisis, dan Cara Menghadapinya

30 Mei 2021   13:32 Diperbarui: 30 Mei 2021   13:45 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aktivitas di laboratorium yang bermanfaat dan menyenangkan. Sumber: Dokpri

Quarter life crisis adalah periode saat seseorang berusia 18-30 tahun merasa tidak memiliki arah, khawatir, bingung, galau, akan ketidakpastian kehidupannya di masa mendatang. Misal khawatir tentang relasi, asmara, karir dan kehidupan sosial.

Semua orang bisa mengalami periode ini dalam kehidupannya, tidak memandang status sosial, pendidikan dan lain-lainnya.

Hal ini dibuktikan dengan pengakuan seorang aktris cantik blasteran Indonesia-Jepang, Yuki Kato yang mengungkap bahwa dirinya pernah mengalami quarter life crisis, dalam akun YouTube Cinta Laura, PUELLA ID pada 23 Mei 2021.

Aktris cantik dengan karir bagus ini mengaku bahwa dirinya pernah merasa tak punya arah dan tujuan dalam hidupnya. Saat itu bahkan dia sempat membandingkan pencapaian dirinya dengan orang lain. 

Dia melihat orang lain sudah pacaran lama, lalu menikah. Ada juga temannya si A yang tetap bekerja, sementara Yuki merasa ia hanya di rumah saja tak melakukan apa-apa, padahal pada saat itu sebenarnya dia juga sudah punya pekerjaan.

Pengisi suara tokoh Mulan dalam film produksi Disney dalam versi Indonesia ini merasa kondisi itu sangat menganggunya. Yuki semakin tidak percaya diri hingga menjadi toxic bagi dirinya sendiri.

Yuki juga mengaku bahwa kondisi itu sangat berpengaruh pada pekerjaan dan hubungan pertemanan, bahkan ia sempat berpikir bahwa dirinya bukanlah anak pertama yang baik, bukan kakak yang baik, bukan teman yang baik dan perasaan overthinking lainnya.

Selain mengalami quarter life crisis, Yuki juga mengalami existensial crisis, yaitu krisis yang terjadi dalam diri seseorang dimana dia mempertanyakan makna dan tujuan keberadaannya di dunia.

Penyebab Quarter Life Crisis

Sebenarnya apakah penyebab quarter life crisis itu? Melansir dari alodokter.com, ada beberapa kondisi yang sering memicu terjadinya quarter life crisis, diantaranya:

  • Masalah pendidikan, pekerjaan atau finansial
  • Sedang merencanakan karier dan masa depan
  • Pertama kalinya menjalani hidup mandiri
  • Pertama kali menjalani hubungan romantis yang serius
  • Putus cinta setelah menjalani hubungan yang serius sekian lama
  • Melihat teman sebaya sudah mencapai impiannya lebih dulu
  • Ketika membuat keputusan pribadi atau profesional yang akan bertahan dalam jangka waktu yang lama

Tanda-tanda Quarter Life Crisis

Ada beberapa tanda seseorang sedang mengalami quarter life crisis:

  • Sering merasa bingung tentang masa depannya
  • Merasa terjebak dalam situasi yang tidak disukai
  • Sulit membuat keputusan ketika menghadapi beberapa pilihan
  • Kurang motivasi dalam aktivitas sehari-hari
  • Sulit menentukan apakah harus menjalani hidup sesuai dengan keinginan diri sendiri, tuntutan keluarga, masyarakat
  • Khawatir tertinggal dalam ketidakpastian hidup seorang diri
  • Merasa iri dengan teman sebaya yang sudah sukses

Cara Menghadapi Quarter Life Crisis

Melansir dari themuse.com, quarter life of crisis sebenarnya bukanlah hal baru, adalah sangat wajar bila seseorang mengalaminya. 

Namun, ini juga tidak boleh dianggap remeh, karena bila tidak dihadapi dengan bijak, quarter life crisis bisa berubah menjadi depresi. Untuk menghadapi quarter life crisis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain, fokus pada diri sendiri

Ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain. Sumber: shutterstock via kompas.com
Ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain. Sumber: shutterstock via kompas.com
Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menambah rasa kecewa dan menjadi makin khawatir. Sebaiknya fokus pada diri sendiri, apakah yang menjadi tujuan hidup dan prioritas kita, yang membuat kita bahagia, hal-hal yang kita sukai, apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan kita, serta merencanakan bagaimana kita akan mencapainya.

Namun, juga perlu ditanamkan dalam pikiran bahwa jawabannya mungkin tidak akan langsung ada. Fokus saja dengan bagaimana kita bisa melewati satu hari dengan sebaik-baiknya. 

Yakinlah bahwa perlahan-lahan kita akan mengetahui keinginan dan tujuan hidup, bahkan mungkin tanpa disadari, seiring dengan berjalannya waktu.

Baca artikel tentang kerugian membandingkan diri dengan orang lain di sini.

 2. Lakukan dan temukan hal-hal yang bermanfaat dan menyenangkan

Ilustrasi aktivitas di laboratorium yang bermanfaat dan menyenangkan. Sumber: Dokpri
Ilustrasi aktivitas di laboratorium yang bermanfaat dan menyenangkan. Sumber: Dokpri
Mungkin saat ini ada yang dalam kondisi sudah lulus kuliah tapi belum mendapat pekerjaan, atau sudah bekerja tapi belum sesuai harapan dan impian. Atau mungkin masih kuliah tapi bingung bagaimana setelah lulus nanti, mau bekerja dimana atau mau melanjutkan S2 dimana. 

Kebingungan yang terakhir ini pernah diungkapkan anak saya. Saat itu saya hanya mengatakan cobalah mencari hal-hal yang disukai dalam kuliahnya, misalnya memilih internlab di laboratorium yang sesuai dengan minatnya. 

Saat itu saya juga mengatakan jangan hanya kuliah saja, lakukan hal-hal yang menyenangkan misalnya jalan-jalan, ikut klub olahraga di kampus, menekuni hobi (misal fotografi) atau videografi, menulis blog tentang pengalaman dia selama kuliah, mengajar dengan menjadi volunteer, arubaito (bekerja paruh waktu) dan lain-lain.

Saat itu anak saya sempat tertawa ngakak, dia bilang biasanya orangtua melarang anaknya menjadi youtuber, tapi ini ibunya malah tidak keberatan. Saya bilang buat konten yang bermanfaat dan menginspirasi, niatkan untuk berbagi, tentu dengan tetap memperhatikan kuliahnya. 

Pendek kata, banyak hal bermanfaat dan menyenangkan untuk dilakukan di usia remaja. Akhirnya anak saya ikut internlab di laboratorim yang dia minati, menjadi volunteer (mengajar online) dan arubaito (menjadi pekerja paruh waktu dengan bergabung di ubereats).

 Memikirkan masa depan itu penting, tapi jangan sampai overthinking. Lakukan perlahan yang bisa dilakukan, step by step. Lakukan terbaik yang bisa dilakukan, semampunya.

3. Carilah lingkungan yang positif dan supportif

Ilustrasi lingkungan yang positif dan supportif. Sumber: Freepik via glints.com
Ilustrasi lingkungan yang positif dan supportif. Sumber: Freepik via glints.com
Dalam menghadapi quarter life crisis ini, penting sekali berada di lingkungan yang positif dan supportif. 

Carilah orang-orang yang memiliki kesamaan minat, yang bisa menginspirasi dan membuat kita menjadi lebih baik. Dengan begitu, kita tidak akan merasa sendiri dalam menjalani hidup.

Gehlert mengatakan bahwa wanita lebih beruntung dalam menghadapi segala jenis krisis, karena mereka cenderung lebih sering mencari dukungan dibanding pria, wanita cenderung bisa bercerita dan berbagi dengan teman-temannya. 

"Hal terbaik dan pertama yang harus Anda lakukan jika Anda merasa buntu dan tidak bahagia adalah mulai berbicara dengan teman Anda," katanya.

Tapi bila belum menemukan teman atau lingkungan yang positif dan supportif,  bisa juga mulai menanamkan kata-kata positif kepada diri sendiri. Seperti yang dilakukan Yuki Kato, tiap bangun pagi dia mengatakan, "Kamu mantap, mantap!" 

Telinga akan mendengar kata-kata itu dan otak akan meresponnya. Kata-kata positif akan menjadi energi positif dan berdampak positif pula.

Jangan lupa bahwa kita juga masih mempunyai keluarga dan orang-orang tercinta yang akan mendengarkan dan mensupport saat kita menghadapi the quarter life crisis. 

4. Belajar mencintai diri sendiri

Ilustrasi self love, mencintai diri sendiri. Sumber: shutterstock/Krakenimages.com via Kompas .com
Ilustrasi self love, mencintai diri sendiri. Sumber: shutterstock/Krakenimages.com via Kompas .com
Mencintai diri sendiri (self love) atau lebih tepat disebut dengan self esteem (rasa penghargaan kepada diri sendiri) yang sehat bisa didapatkan saat satu individu bisa berdamai dengan kekurangannya dan menghargai segala kelebihannya secara proporsional.

Ketika sedang terjebak dalam quarter life crisis, kita mungkin akan lupa pada kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan dalam hidup, kita perlu mengenal, menghargai dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu.

***

Demikianlah 4 hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi quarter life crisis. Melansir dari themuse.com, Trunk mengatakan bahwa quarter life crisis adalah proses yang normal dalam kehidupan dan hanya berlangsung sementara. 

Ini adalah 'krisis keharusan' untuk beralih dari seorang anak yang diberi tahu apa yang harus dilakukan dan melakukannya serta mendapat hadiah, menjadi orang dewasa yang harus memikirkan segalanya untuk diri mereka sendiri. Jadi kecemasan itulah yang seharusnya dilakukan untuk tumbuh,  karena itulah cara diri kita mengetahui siapa kita yang sebenarnya. 

Semua orang bisa mengalami quarter life crisis, , karena sesungguhnya masalah dalam hidup adalah hal yang sangat wajar. Fase ini membutuhkan ketahanan fisik dan mental yang kuat supaya tidak  berlanjut menjadi depresi.

Selain memperhatikan kebutuhan jiwa, jangan lupa juga untuk merawat diri, berolahraga, dan mengonsumsi makanan bergizi untuk kesehatan tubuh. Apabila masih mengalami kesulitan dalam menghadapi quarter life crisis, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

 Semoga bermanfaat

Jakarta, 30 Mei 2021

Seliara

Referensi

satu, dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun