Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Yuki Kato, Quarter Life Crisis, dan Cara Menghadapinya

30 Mei 2021   13:32 Diperbarui: 30 Mei 2021   13:45 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, ini juga tidak boleh dianggap remeh, karena bila tidak dihadapi dengan bijak, quarter life crisis bisa berubah menjadi depresi. Untuk menghadapi quarter life crisis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain, fokus pada diri sendiri

Ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain. Sumber: shutterstock via kompas.com
Ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain. Sumber: shutterstock via kompas.com
Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menambah rasa kecewa dan menjadi makin khawatir. Sebaiknya fokus pada diri sendiri, apakah yang menjadi tujuan hidup dan prioritas kita, yang membuat kita bahagia, hal-hal yang kita sukai, apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan kita, serta merencanakan bagaimana kita akan mencapainya.

Namun, juga perlu ditanamkan dalam pikiran bahwa jawabannya mungkin tidak akan langsung ada. Fokus saja dengan bagaimana kita bisa melewati satu hari dengan sebaik-baiknya. 

Yakinlah bahwa perlahan-lahan kita akan mengetahui keinginan dan tujuan hidup, bahkan mungkin tanpa disadari, seiring dengan berjalannya waktu.

Baca artikel tentang kerugian membandingkan diri dengan orang lain di sini.

 2. Lakukan dan temukan hal-hal yang bermanfaat dan menyenangkan

Ilustrasi aktivitas di laboratorium yang bermanfaat dan menyenangkan. Sumber: Dokpri
Ilustrasi aktivitas di laboratorium yang bermanfaat dan menyenangkan. Sumber: Dokpri
Mungkin saat ini ada yang dalam kondisi sudah lulus kuliah tapi belum mendapat pekerjaan, atau sudah bekerja tapi belum sesuai harapan dan impian. Atau mungkin masih kuliah tapi bingung bagaimana setelah lulus nanti, mau bekerja dimana atau mau melanjutkan S2 dimana. 

Kebingungan yang terakhir ini pernah diungkapkan anak saya. Saat itu saya hanya mengatakan cobalah mencari hal-hal yang disukai dalam kuliahnya, misalnya memilih internlab di laboratorium yang sesuai dengan minatnya. 

Saat itu saya juga mengatakan jangan hanya kuliah saja, lakukan hal-hal yang menyenangkan misalnya jalan-jalan, ikut klub olahraga di kampus, menekuni hobi (misal fotografi) atau videografi, menulis blog tentang pengalaman dia selama kuliah, mengajar dengan menjadi volunteer, arubaito (bekerja paruh waktu) dan lain-lain.

Saat itu anak saya sempat tertawa ngakak, dia bilang biasanya orangtua melarang anaknya menjadi youtuber, tapi ini ibunya malah tidak keberatan. Saya bilang buat konten yang bermanfaat dan menginspirasi, niatkan untuk berbagi, tentu dengan tetap memperhatikan kuliahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun