Tema Samber kali ini benar-benar membuat saya surprise dan sama sekali tak menyangka, ternyata Candi Borobudur menyimpan kekayaan yang begitu menakjubkan, lebih dari yang saya kira!
Sejak kecil saya sudah sering berkunjung ke Candi Borobudur, biasanya dalam rangka liburan bersama keluarga atau mengikuti acara study tour bersama teman-teman sekolah. Jujur waktu itu saya tidak pernah memperhatikan dengan seksama tentang relief yang terukir di dinding Candi Borobudur. Kala itu saya hanya berjalan-jalan, melihat sekilas relief-relief dan berfoto diantara stupa-stupa yang indah.
Sejak suami sering mengajak saya traveling melihat aneka peninggalan sejarah dunia seperti Piramida Giza di Mesir, reruntuhan Kota Petra di Yordania, Kota Efesus di Turki, bentang alam bebatuan unik di Cappadocia dan lain-lain, perlahan saya mulai mencintai sejarah, salah satu mata pelajaran yang saya ‘takuti’ saat duduk di bangku sekolah hehehe (karena saya tidak jago menghafal).
Nah, karena tema Samber kali ini tentang Sound of Borobudur, mau tidak mau saya harus membaca beberapa artikel yang berhubungan dengan tema tersebut. Dan saya begitu terpana saat membaca tulisan Mbak Iie (Tri Utami) di soundofborobudur.org.
Sebuah artikel yang begitu menakjubkan dan menggelitik rasa penasaran saya. Tiba-tiba saya merasa jatuh cinta dan ingin mengunjungi Candi Borobudur, tertarik melihat dari dekat semua relief yang selama ini luput dari perhatian saya saat berkunjung ke sana. Terakhir berkunjung ke Candi Borobudur saat saya SMA, wah lama sekali ya!
Jika saja tidak masa pandemi, ingin rasanya segera cuss… terbang ke sana melihat secara langsung semua mahakarya itu!
1. Fungsi musik dalam kehidupan
Hingga sekarang, musik tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia modern. Musik merupakan bagian dari kesenian, sebuah unsur kebudayaan yang sudah menjadi kebutuhan manusia secara universal. Musik tercipta memang untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sebuah keindahan.
Dalam bukunya, The Anthropology of Music, Alan P. Merriam menegaskan fungsi seni musik paling utama, khususnya musik etnis, yaitu: sebagai media pengungkapan emosional, cabang seni, hiburan, media komunikasi, perlambangan, pengesahan lembaga sosial, media pengajaran norma-norma sosial, kesinambungan kebudayaan dan pengintegrasian masyarakat.
Sebagai sebuah karya cipta yang mengandung nilai-nilai sosial, musik dapat memberikan kontribusi dalam tatanan hidup masyarakat. Musik dalam konteks ini berisi tentang ajaran-ajaran untuk meneruskan sebuah sistem dalam kebudayaan terhadap generasi berikutnya.
2. Sound of Borobudur
Kita tentu sudah mengenal bahwa Borobudur adalah situs candi Budha terbesar di negeri ini dan telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh Unesco pada tahun 1991.
Tapi mungkin banyak yang belum tahu bahwa Borobudur pusat musik dunia. Melalui gambar alat-alat musik yang terpahat cantik di relief Candi Borobudur, diyakini situs ini dulu adalah sebuah sentrum yang mempertemukan ragam peradaban dari seluruh nusantara, bahkan dunia, melalui seni musik.
Pada dinding Candi Borobudur, terdapat beberapa alat musik yang terukir membentuk relief-relief. Kita bisa menemukan lebih dari 200 relief yang berada di 40 panel, yang menampilkan lebih dari 60 jenis alat musik: petik, tiup, pukul, dan membran, dari berbagai daerah di nusantara dan banyak negara di dunia.
Bisa dikatakan Borobudur adalah pusat musik dunia, pusat peradaban, serta titik pertemuan para pembawa budaya dari berbagai penjuru Nusantara bahkan dunia.
3. Jalan sunyi seorang Trie Utami
Saat itu Mbak Iie membaca literatur tentang relief berbagai alat musik yang berada di Candi Borobudur. Bahkan beliau menyempatkan tinggal beberapa bulan lamanya di area sekitar Candi Borobudur untuk meneliti relief-relief alat musik yang terukir di Candi Borobudur.
Dalam wawancaranya di youtube bersama Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo, Mbak Iie akhirnya ‘merayu’ dewa dawai Indonesia yaitu Dewa Budjana untuk membantu beliau mewujudkan alat-alat musik yang berada di relief Candi Borobudur ke dalam replika aslinya. Akhirnya dalam waktu 2 minggu jadilah beberapa replika alat musik itu.
Saat itu mereka berdua sepakat, yang penting alat musik itu bisa berbunyi dulu, walau entah bagaimana bunyinya, yang penting bisa berbunyi dulu.
Bersama sang suami, akhirnya mbak Iie melakukan banyak riset terkait alat musik, sejarah, peradaban, antropologi dan lain-lain. Jalan itu digambarkan Mbak Iie sebagai jalan sunyi, sepi dan sendirian.
4. Kolaborasi 3 musisi hebat tanah air
Setelah mereka melakukan mapping, ternyata ditemukan kemiripan alat musik di relief Candi Borobudur dengan alat musik khas daerah di 34 provinsi di Indonesia dan 40 negara!
Belum diketahui apakah saat itu Candi Borobudur sebagai titik temu ataukah titik sebar dari berbagai alat musik tersebut. Apakah dulu pernah ada konser musik di sana, yang mendatangkan banyak pemusik dari manca negara, ataukah alat musik itu asli milik bangsa ini, yang akhirnya tersebar ke berbagai daerah di dalam dan di luar negeri. Semua masih menyisakan tanya yang belum terjawab.
Mbak Iie menegaskan bahwa mereka tak hendak membentuk group musik, tapi lebih menekankan bagaimana melihat Borobudur sebagai sebuah pusat peradaban umat manusia pada jamannya.
5. Relief yang berbunyi
Menjadi PR besar bagi Dewa Budjana untuk mengejawantahkan relief-relief itu menjadi alat musik yang mampu menghasilkan bunyi. Ditambah tak ada keterangan yang jelas, misal pada alat musik dawai tentang bahan senar yang dipakai, apakah berbahan nilon, bulu kuda atau yang lainnya.
Akhirnya diputuskan untuk memakai bahan yang ada sekarang. Replika benar-benar dibuat berdasarkan skala pada relief dengan bentuk semirip mungkin. Misal ada alat musik yang senarnya mempunyai 3 putaran, maka pada replikanya juga dibuat 3 putaran.
Semua alunan musik yang tercipta, merupakan perpaduan murni dari replika alat musik dari relief Candi Borobudur, tidak ada bantuan keyboard atau alat musik modern lainnya.
Dan akhirnya, setelah melalui riset panjang, perjuangan dan latihan tak kenal lelah, menyamakan harmoni dan komposisi, akhirnya lahirlah sebuah alunan musik yang magis dan dinamis yang diberi nama “Sound of Borobudur”.
6. Seperti apakah suara “Sound of Borobudur”?
Merinding dan Indonesia banget! Itulah sensasi saat pertama kali mendengar nada-nada yang tercipta lewat alunan replika alat musik yang terpahat pada relief Candi Borobudur.
Sebenarnya begitu melihat kolaborasi 3 nama besar musisi tanah air yang terlibat dalam proyek Sound of Borobudur ini, saya langsung percaya musik yang dihasilkan pasti akan keren banget.
Tapi ternyata semuanya benar-benar melebihi imajinasi saya. Perpaduan alunan nada dan bunyi yang benar-benar spektakuler, dinamis, harmonis dan luar biasa merdu!
Beginilah alunan indah dan magis dari Sound of Borobudur, dari akun youtube Bapak Ganjar Pranowo.
7. Sound of Borobudur: The Miracle of Wonderful Indonesia!
Berawal dari sebuah mimpi, berlanjut dengan menelusuri literasi ilmiah dari dalam dan luar negeri, mengumpulkan musisi dengan semangat yang sama, berkumpul menata ulang interpretasi bunyi, membuat komposisi, dan dentang genta itu akhirnya menyapa ke seluruh pelosok negeri. Semoga bisa melanglang hingga luar negeri.
Bercermin pada Borobudur: masa lampau telah mewariskan, masa kini adalah saatnya membuktikan, agar dapat diwariskan kembali kepada masa depan.
Kehadiran Sound of Borobudur makin mengukuhkan slogan pariwisata kita, Wonderful Indonesia, sebuah negara dengan bentang alam dan kekayaan budaya berlimpah, menjadikan Indonesia makin mengagumkan dan menakjubkan sebagai destinasi wisata.
Semoga saya bisa segera berkunjung kembali ke Borobudur dengan rasa yang berbeda. Mendengar alunan Sound of Borobudur sambil mengagumi relief musik yang terpahat cantik, di sebuah pagi saat mentari belum meninggi.
Sound of Borobudur: The Miracle of Wonderful Indonesia! Luar biasa!
Seliara
Bintaro, 11 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H