Kagem Bapak dan Ibu tercinta di rumah,Â
Teriring salam dan doa semoga Bapak dan Ibu selalu sehat dan senantiasa dalam limpahan kasih sayang dari Allah SWT. Aamiiiin.
Bapak dan Ibu, apa kabar?
Semoga selalu dalam keadaan baik, bahagia dan tak kurang sesuatu apapun njih ...
Bersama surat ini Ara ingin mengabarkan bahwa kondisi Ara dan keluarga di Jakarta dalam keadaan sehat wal'afiat. Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, kami di sini bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar. Semoga demikian juga dengan Bapak dan Ibu di kampung.
Bagaimana kondisi kampung kita, Bu?
Semoga masih selalu aman dan tidak banyak yang tertular virus covid-19 seperti di Jakarta.
Ara rindu ingin pulang, Bu
Ara rindu dengan masakan ibu yang enak-enak
Ara rindu dengan es krim yang dulu sering Bapak belikan saat Ara kecil
Ara rindu melihat hamparan padi yang menguning di sawah depan rumah kita
Ara rindu pagi-pagi melihat Gunung Lawu yang menjulang dengan puncaknya tertutup kabut
Ara rindu dengan semua yang ada di kampung kita
Kapan Ara bisa pulang ya, Bu?
Bapak dan Ibu tercinta,
Seperti yang Bapak dan Ibu ketahui, pemerintah melarang mudik, demi terputusnya penyebaran covid-19. Ijinkan kami mohon maaf karena lebaran tahun ini kami tidak bisa pulang, tidak bisa sungkem dan sowan ke Bapak dan Ibu.
Semoga Bapak dan Ibu tidak apa-apa kami tidak pulang njih ...
Sebenarnya kami sangat rindu dan ingin sekali pulang, tapi kami khawatir kedatangan kami nanti justru akan membawa kemudharatan. Â Ada beberapa teman Ara yang pulang kampung, tak berapa lama kemudian teman tersebut positif, ternyata tertular dari teman kantor, dan sempat menularkan ke bapak ibunya di kampung, sehingga semua harus dirawat. Ara sungguh tak ingin hal ini terjadi pada keluarga kita. Ara ingin bapak dan ibu selalu sehat dan jangan sampai tertular covid-19.
Bapak dan Ibu yang selalu Ara rindukan,
Bersama surat ini pula, Ara mengirim tanda sayang dan hormat Ara sekeluarga kepada Bapak dan Ibu di rumah. Semoga bisa membantu Bapak dan Ibu dalam merayakan Idul Fitri tahun ini, meski kita saling berjauhan. Nanti kita akan video call ya ...
Bapak dan Ibu tercinta,
Sebagai rasa sayang, ijinkan Ara memohon Bapak dan Ibu sementara bisa di rumah saja, selama masa pandemi ini. Semua untuk melindungi Bapak dan Ibu dari tertular covid-19, bisa dari siapa saja yang kontak dengan kita. Sebaiknya Bapak dan Ibu mengurangi kontak dengan orang-orang sekitar, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menghindari kerumuman dan mobilitas (jangan pergi-pergi dulu njih ...)
Semua keperluan Bapak dan Ibu menyambut lebaran akan Ara kirim dari Jakarta. Nanti bila ada yang kurang, Ara sudah minta tolong Bulik untuk melengkapinya. Bapak dan Ibu tinggal ngendikan ke Bulik, ya. Dan yang penting Bapak dan Ibu untuk sementara tetap di rumah dan selalu menjaga kesehatan.
Insyaa Allah nanti kalau kondisi sudah membaik, kami akan segera pulang kampung dan kita bisa berkumpul dengan aman.
Bapak dan Ibu yang selalu di hati Ara,
Ara ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas kasih sayang, kebaikan hati, kesabaran dan perjuangan yang telah Bapak dan Ibu lakukan dalam membesarkan Ara selama ini ...
Terima kasih atas limpahan cinta yang tak pernah padam
Terima kasih atas doa-doa yang terlantunkan siang dan malam
Terima kasih atas air mata dan semua kelelahan
Terima kasih atas pelukan hangat yang selalu ada
Terima kasih atas kekhawatiran dan kecemasan saat Ara sakit
Terima kasih atas semua nasehat dan semangat saat Ara di ambang putus asa
Terima kasih sudah menghapus semua air mata Ara
Semoga Allah membalas dengan pahala kebaikan yang berlimpah
Ara selalu berdoa semoga Allah menerima semua amal ibadah Bapak dan Ibu dengan pahala kebaikan yang berlipat ganda
Sepenuh cinta dan kasih sayang
Dari anakmu yang selalu merindukan, menyayangi dan mendoakanmu
Seliara
Jakarta, 9 Mei 2021
Epilog :
Ara melipat surat itu, memasukkan dalam amplop. Dibukanya laci lemarinya, sebuah kotak coklat penuh amplop terlihat saat kotak itu dibuka. Tampak sebuah surat yang ditulisnya setahun yang lalu. Ara lalu meraih surat yang baru ditulisnya, menciumnya lalu memasukkannya ke dalam kotak itu.
Dilihatnya tumpukan bingkisan yang sudah dikemas rapi di sudut ruangan. Ara tersenyum, menyeka cairan hangat yang tiba-tiba membasahi mata beningnya. Ara menyadari, kedua orang tuanya sekarang sudah tidak memerlukan bingkisan itu lagi. Mereka berdua sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Walau begitu, Ara akan selalu menyiapkan bingkisan itu setiap menjelang hari raya, dari tahun ke tahun. Pun menulis sepucuk surat untuk keduanya dengan penuh kerinduan dan doa-doa.
Ya Allah ampunilah Bapak dan Ibu, maafkanlah semua kesalahannya, terimalah semua amal baiknya, berikanlah tempat yang terbaik di sisi-Mu ya Allah ... pinta Ara dengan air mata berderai. Ingin ia menuntaskan semua kerinduan itu ...
"Assalamu'alaikum, Ma ... " terdengar suara ketukan di pintu, tampak Dika si sulung membuka pintu kamarnya.
"Mama jadi mau kirim bingkisan ke panti wreda? Dika antar ya?"Â
"Makasih ya, Mas ..." Ara tersenyum dan mengangguk.
Dengan sigap Dika mengangkat bingkisan-bingkisan itu dan memasukkannya ke mobil.
"Pasti eyang-eyang di sana nanti akan bahagia menerimanya ya Ma," kata Dika. Sejak kecil ia sudah hafal dengan kebiasaan mamanya menjelang hari raya.Â
Setelah menaruh barang ke mobil, Dika masuk ke rumah, dilihatnya sang mama berdiri terdiam memandang sebuah bingkai foto. Â Ah pasti mama rindu dengan kakek dan nenek, kata Dika dalam hati. Dipeluknya sang mama dari belakang, sambil berucap lirih, "Dika juga rindu sama Yang Kung dan Yang Uti. Kita doakan ya, Ma. Semoga Allah memberi tempat terbaik buat Yang Kung dan Yang Uti. Aamin Ya Robbal'alamiiin."
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali 3 perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H