Perkumpulan Kumpul Kope terbentuk pasti memiliki berbagai latar belakang terjadinya perkumpulan tersebut, sehingga dalam hal ini orang Manggarai membentuk sebuah perkumpulan Kumpul Kope yang beranggotakan Keluarga Patrilineal untuk memenuhi sebuah tuntutan budaya paca atau belis dalam masyarakat Manggarai. Perkumpulan Kumpul Kope berdiri pada tahun 2004. Asal mula terbentuknya Kumpul Kope berawal dari keinginan beberapa orang tua yang ada di Manggarai. Di mana mereka berpikir dengan adanya budaya Paca atau Belis biaya Mas kawinnya sangat besar, sehingga para orang tua mulai membentuk suatu Perkumpulan kecil yang beranggotakan keluarga patrilineal agar segala sesuatu berjalan dengan lancar dalam Perkawinan anak laki-laki mereka. Para inisiator berpikir dengan perkembangan zaman dan perkembangan pendidikan dari seorang anak perempuan maka Belis atau Paca lebih tinggi.
Oleh karena itu, mereka berinisiatif untuk membentuk sebuah wadah untuk berkumpul bersama agar yang berkaitan dengan budaya paca atau belis bisa terealisasi. Selanjutnya mereka mendekati keluarga kerabat ngaung), dan tetangga anggota (pa'ang hubungan kekerabatan karena kenalan dekat (Hae reba). Setelah semua keluarga beserta kerabat berkumpul lalu dilakukan pembicaraan bersama. Pokok pembicaraan pada saat perkumpulan tersebut adalah mengenai bantang kope bermusyawarah bersama menyangkut berapa besar dana yang akan disiapkan, baik secara kolektif maupun secara individu. Kemudian di tentukan juga kapan hari pelaksanaan Kumpul Kope tersebut. Munculnya adat perkawinan di Manggarai tidak diketahui secara pasti, tetapi sudah lama ada. Berdasarkan sejarah bahwa budaya belis dalam upacara pernikahan masyarakat Manggarai, awalnya istilah belis (paca), hanya untuk kalangan orang kaya atau orang berpengaruh. Misalnya kaum keturuna Raja atau orang yang mempunyai status sosial yang tinggi di masyarakat. Karena istilah belis (paca) hanya diterapkan apabila dari pihak woe (keluarga laki-laki) sanggup memenuhi segalah permintaan dari ineame (keluarga perempuan) dalam pelaksanaan perkawinan adat. Dan hal ini sangat dipengaruhi pada pelaksanaan perkawinan adat yang lain yang berstatus sosialnya rendah atau bukan keturunan raja. Secara umum terdapat tiga sistem dalam adat perkawinan dalam adat dan budaya Manggarai. Ketiga sistem perkawinan ini sudah ada sejak nenek moyang dulu. Tiga sistem perkawinan itu meliputi sistem perkawinan Tungku sistem perkawinan Cako dan sistem perkawinan Cangkang.
Ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam perkawinan di Manggarai, meliputi: tuke mbaru (melamar), kawing (pernikahan), wagal (pengukuhan). Tradisi Kumpul Kope merupakan suatu budaya masyarakat Manggarai yang dilakukan keluarga mempelai laki-laki (tae laki) kepada keluarga kerabat patrilineal (ase kae/wau), keluarga kerabat tetangga (pa'ang ngaung), keluarga kerabat kenalan dekat (hae reba) pada saat anak laki-laki hendak menikah. Tradisi Kumpul Kope diadakan karena Tradisi Kumpul Kope sebagai ikatan hubungan dan persatuan antara keluarga patrilinealnya (ase kae/ wa'u) keluarga kerabat tetangga (pa;ang ngaung). Keluarga kerabat kenalan dekat (hae reba) dan Tradisi Kumpul Kope sudah menjadi tradisi yang melekat dalam kehidupan masyarakat Manggarai Jadi Tradisi Kumpul Kope ini adalah persiapan pernikahan, dukungan yang tanpa mengharapkan imbalan tanpa mengejar popularitas dan tanpa keistimewahaan. Jadi dalam Tradisi Kumpul Kope nilai-persaudaraan dan Persatuan bukan karena pertama-tama karena kita satu keturunan, satu suku, atau karena dipuaskan oleh yang lain melainkan karena cinta dan merasa bahwa kita semua adalah sama yaitu manusia yang membutukan kehadiran orang lain dalam hidup.
Berdasarkan sejarah bahwa budaya belis dalam upacara pernikahan masyarakat Manggarai, awalnya istilah belis (paca), hanya untuk kalangan orang kaya atau orang berpengaruh (Lon, 2016). Misalnya kaum keturunan Raja atau orang yang mempunyai status sosial yang tinggi di masyarakat. Karena istilah belis (paca) hanya diterapkan apa bila dari pihak woe (keluarga laki- laki) sanggup memenuhi segalah permintaan dari ineame (keluarga perempuan) dalam pelaksanaan perkawinan adat. Pelaksanaan perkawinan merupakan rangkaian yang panjang. Pelaksanaan perkawinan diawali terlebih dahulu dengan melakukan beberapa tahap/proses. Pihak mempelai laki-laki dan keluarganya harus terlebih dahulu mengunjungi keluarga perempuan untuk terlebih dahulu melakukan perkenalan, kalau kedua belah piahk laki-laki dan perempuan (suka sama suka) maka akan melaukan penukaran cincin sebagai tanda telah dilamar dan menyerahkan uang secara simbolis, Pihak keluarga laki-laki dan perempuan kembali bertemu untuk segerah membicarkan kapan dilangsungkan perkawinan dan menanyakan kepada keluarga perempuan apa yang harus di persiapkan oleh pihak laki-laki dalam melakukan acara perkawinan, Menentukan besarnya suatu yang di persiapkan biasanya sangat di pengarui oleh status sosial pihak keluarga laki-laki. Setelah permintaan dari pihak perempuan disepakati oleh pihak keluarga laki-laki maka pihak laki-laki akan menentukan tanggal dilangsungkan perkawinan disesuaikan waktu dari pihak perempuan.
Struktur organisasi perkumpulan kumpul kope diantaranya, Ketua Gendang: Sebagai perangkat upacara Adat, yang mengepalai rumah Adat dan berhak atas gong dan gendang adalah tua gendang. Apabila ada urusan musyawarah, maka musyawarah senantiasa dilaksanakan di rumah adat (mbaru gendang) dan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan. Ketua Kilo: Tua kilo (tua= Ketua, Kepala: kilo=keluarga, pasangan dalam satu turunan Patrilineal yang menjabat sebagai kepala keluarga (ayah/suami) yang mengayomi semua kelurga untuk hidup bergotong royong mebiayai perkawinan dari anak laki-laki. Sekretaris: Ditugaskan untuk menuliskan anggotanya serta mencatat jumlah uang yang di kumpulkan pada saat perkumpulan kumpul kope. Bendahara: Ditugaskan untuk menyimpan uang khas anggota keluarga patrilineal di Manggarai.
Hubungan antar sesama anggota perkumpulan Kumpul Kope dibangun berdasarkan kekeluargaan, di mana interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lain saling membutuhkan. Seperti yang diungkapkan oleh Gerungan yaitu "individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastik kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain" (Gerungan, 2000:57). "Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok" (Rahman D, dkk, 2000:21). "Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan saling timbal balik" (Waligito, 2003:57). Dari pandangan diatas diungkapkan bahwa, hubungan antar anggota perkumpulan Kumpul Kope di Manggarai sangat solid dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Hubungan antar sesama anggota perkumpulan kumpul kope di Manggarai sangat harmonis dan interaksi antar sesama anggota terjalin sangat positif dan baik. Mereka saling membutuhkan satu sama lain ini terbukti dari kekompakan mereka untuk hadir dan memberikan bantuan dalam bentuk dana, pikiran, waktu dan tenaga pada saat salah satu anggotanya mengalami kesulitan dalam pembayaran Mas kawin dari anak laki-laki mereka yang hendak menikah, setiap persoalan ataupun kesulitan yang dihadapi oleh anggotanya merupakan persoalan bersama sehingga setiap anggota secara ikhlas membantu meringankan proses bebannya. Peminangan pada keluarga perempuan berjalan dengan baik dan lancar. Dengan adanya hubungan yang baik dan terjadinya interakasi sosial antara sesama anggota Kumpul Kope di Manggarai sehingga terjalinnya proses peminangan awal pada pihak keluarga perempuan. Kumpul Kope dikatakan sebagai sebuah bentuk solidaritas sosial karena di dalam perkumpulan Kumpul Kope semua beranggotakan berdasarkan darah dalam satu garis hubungan keturunan. Sehingga jarang terjadi suatu permasalahan/ konflik di dalam menjalankan suatu program perkumpulan Kumpul Kope. Meskipun ada sedikit permasalah diantaranya jika keterlambatan dalam pembayaran uang arisan perkumpulan perkawinan dari anak laki-laki, tetapi itu tidak sampai ada konflik secara fisik, hanya berupa teguran dari Ketua Kilo agar segera melunasi kewajiban sesuai dengan kesepakatan awal dibentuknya sebuah perkumpulan.
Kumpul kope merupakan kebiasaan sebagian besar masyarakat Manggarai, sebagaimana yang telah dilakukan di Manggarai. Secara umum, kumpul kope bertujuan untuk mengumpulkan uang dalam rangka membantu calon mempelai laki-laki dalam membiayai proses perkawinannya. Lebih dari itu, kebiasaan tersebut sesungguhnya mengedepankan penerapan nilai kebersaman, ekonomis, solidaritas dan sosial bagi masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa acara kumpul kope yang dijalankan oleh masyarakat Manggarai bukan sekadar kegiatan mengumpulkan uang tetapi sebagai bukti bahwa sebagian besar masyarakat peduli, solider, dalam kehidupan sebagai suatu kelompok atau komunitas. Proses pelaksanaan tradisi kumpul kope terdiri dari tiga tahap yaitu, dali dia-dia kope, bantang kope, dan kumpul kope. Pertama, adanya persiapan lahir batin dari calon mempelai laki- laki (tae laki) untuk menikah dan membentuk keluarga baru (dali dia kope). Kedua persiapan awal/upaya-upaya awal perlaksanaan tradisi kumpul kope dari keluarga/pihak laki-laki yang hendak kawin melalui musyawarah bersama (bantang kope). Ketiga tradisi kumpul kope dilaksanakan di mana keluarga yang datang hanya memberikan uang, makan bersama dan menyampaikan dari keluarga calon mempelai laki-laki mengenai pelaksanaan perkawinan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Kumpul Kope: (1) Nilai Solidaritas diartikan perasan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang membentuk oleh kepentingan bersama. Tradisi kumpul kope dapat terlaksana melalui kerja sama masyarakat sehingga akan menikat rasa solidaritas mereka, bahkan karena mereka merasa dari leluhur yang sama, implikasi rasa solidaritas akan semakin tumbuh. Nilai solidaritas disini mengandung pengertian bahwa dalam pelaksanaan Tradisi Kumpul Kope banyak pihak terlibat, bukan hanya keluarga dekat tetapi masyarakat juga terlibat didalamnya; (2) Nilai Kekeluargaan yaitu Tradisi Kumpul Kope menunjukkan bahwa tidak satupun kegiatan yang lepas dari keterlibatan keluarga. Kenyatan ini menunjukan tingginya nilai kekeluargaan yang masih kental dan telah mengakar kuat dalam setiap aktivitas upacara tradisional. Proses pelaksanaan perkawinan di Manggarai ada tiga tahap: (1) Pihak mempelai laki- laki dan keluarganya harus terlebih dahulu mengunjungi keluarga perempuan terlebih dahulu melakukan perkenalan, kalau kedua belah pihak laki-laki dan perempuan (suka sama suka) maka akan melakukan penukaran cincin sebagai tanda telah dilamar dan menyerahkan uang secara simbolis; (2) Pihak keluarga laki-laki dan perempuan kembali bertemu untuk segerah membicarakan kapan dilangsungkan perkawinan dan menanyakan kepada keluarga perempuan apa yang harus di persiapkan oleh pihak laki-laki dalam acara perkawinan; (3) Menentukan besarnya suatu yang di persiapkan biasanya sangat dipengaruhi oleh status sosial pihak keluarga laki-laki. Setelah permintaan dari pihak perempuan disepakati oleh pihak keluarga laki-laki maka akan menentukan tanggal dilangsungkan perkawinan disesuaikan waktu dari pihak perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H