Mohon tunggu...
Selfanny Meilania
Selfanny Meilania Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar - Siswi SMA Plus Ar-Rahmat

Saya merupakan siswi SMA Plus Ar-Rahmat Cileunyi yang juga merupakan seorang digital painter. Karya-karya gambaran saya dapat anda lihat di ig:Syapii_ping

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Peduli Kasih terhadap Sesama. Kisah Rasulullah SAW yang Penting untuk Diteladani

19 September 2024   11:09 Diperbarui: 19 September 2024   15:12 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadikan tanggal 12 Rabiul Awal terasa lebih berarti. Menjadi tanggal di mana kita kembali ditayangkan kisah-kisah keteladanannya, kembali menggali hikmah-hikmah dalam setiap perjalanan hidupnya. Penting bagi seorang muslim untuk meneladani Sang Khatamul Anbiya, ikut mengamalkan tiap-tiap sunah yang diajarkannya.

Maka tersampaikanlah sepenggal kisah dalam kitab Durratun Nashihin halaman 278 yang menerangkan salah satu Hadits riwayat Anas bin Malik.

Mengisahkan suatu perjumpaan di hari Idul Fitri, antara dua insan yang Allah pertemukan. Perjumpaan itu dimulai saat Rasulullah hendak berangkat untuk melaksanakan Shalat Id. Rasulullah tersenyum melihat anak-anak yang dengan cerianya bermain. Girang dengan pakaian-pakaian mereka. Namun kemudian senyumannya terlelap saat melihat seorang anak yang menangis. Tubuh kecil itu berdiri di hadapannya dengan pakaian yang kumal.

Rasulullah pun bertanya, "Nak, apa yang membuatmu menangis? Tidaklah kamu mau bermain bersama teman-temanmu?"

Anak yang tak mengetahui siapa lelaki di hadapannya pun berkata, "Paman, ayahku telah wafat saat mengikuti peperangan bersama Rasulullah. Setelahnya, ibuku menikah lagi dan mengambil semua harta-hartaku. Sedangkan bapak tiriku mengusirku dari rumah. Sejak itu, aku tidak memiliki makanan, minuman, pakaian dan rumah. Kemudian sampailah hari ini, aku melihat banyak anak sebayaku berbahagia dengan ayah-ayah mereka. Sedang aku penuh kehampaan tanpa ayah. Untuk itu aku menangis."

Mendengar hal itu membuat hati Rasulullah terenyuh. Rasul pun berniat merawat anak kecil ini. Digenggamnya dengan lembut tangan kecil itu, kemudian ia berkata, "Nak, bersediakah jika aku menjadi bapakmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi pamanmu, Hasan dan Husein menjadi saudara lelakimu dan Fatimah menjadi saudara perempuanmu."

Mendengar penuturan Rasulullah, anak itu tersadar bahwa lelaki di hadapannya tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Kemudian anak itu berkata, "Mengapa aku tidak sudi, Ya Rasulullah?" Senyumnya mengembang tatkala ia mengatakannya.

Kemudian dibawanya anak itu ke rumahnya. Dipakaikannya pakaian yang indah, diberikannya makanan sampai ia kenyang, diharuminya ia dengan minyak wangi yang harum. Anak itu menjadi girang, tertawa dengan penuh bahagia.

Melihat itu, teman-temannya bertanya dengan penasaran. "Bukankah engkau yang dulunya menangis? Mengapa engkau bisa terlihat bahagia sekarang?"

Dijawabnya dengan riang, "Ya. Dulu aku memang kelaparan, tapi kini sekarang aku kenyang. Dulu pakaianku kumal, tapi kin pakaianku indah. Dulu aku adalah anak yatim, tapi kini Rasulullah adalah ayahku. Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudara lelakiku, Ali pamanku, dan Fatimah saudara perempuanku. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia?"

Teman-temannya menjadi iri, "Andai bapak kami syahid saat peperangan, pasti kami akan seperti engkau."

Tapi waktu tetap berjalan tanpa memikirkan kerikil-kerikil yang hendak menyandungnya. Sampailah waktu di mana hari wafatnya Rasulullah. Anak itu kembali kehilangan kekasih hatinya, kembali meratapi nasibnya. "Celaka, sungguh celaka. Kini aku terasing kembali. Aku bukan siapa-siapa lagi. Aku kini menjadi yatim yang kesepian."

Kegundahan itu disaksikan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, dipeluknya anak itu. Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiqlah yang mengambil peran pengasuhannya.

Perjumpaan istimewa itu kian terkenang di berbagai kalangan sahabat. Diteladaninya kasih sayang Rasulullah kepada sesama manusia. Maka sebagai muslim, mengapa kita malah membiarkan sesama manusia tertindas?

Kasih sayang ini penting untuk kita teladani, saling menolong tanpa melihat latar belakang. Hal ini dapat kita amalkan mulai dari lingkup keluarga, pertemanan, dan masyarakat luas. Penting juga untuk kita menyayangi anak-anak yatim sebagaimana kita menyayangi anak-anak kita sendiri.

Dalam salah satu Hadist, Rasulullah bersabda "Aku dan orang yang mengurus (menanggung) anak yatim (kedudukannya) di dalam surga seperti ini. Beliau mengisyaratkan dengan (kedua jarinya yaitu) telunjuk dan jari tengah serta agak merenggangkan keduanya." (HR Imam Al-Bukhari).

Dengan demikian, marilah kita mengembangkan peduli kasih kita. Membangun kerukunan dan kedamaian sebagaimana tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun