Mohon tunggu...
selestin nisfu
selestin nisfu Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Epidemiologi Kesehatan

on learning process. love every little things to write in.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Serunya! Sahur di Kampung Nelayan

18 Mei 2018   21:37 Diperbarui: 18 Mei 2018   23:13 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiupan angin berhembus lembut, tidak seperti angin - angin saat fajar sebelumnya.

Aroma laut, menghipnotis. Percikan ombak menyambar tipis -- tipis ke wajah.

Pancingku bergetar menarik umpan, memecah kantuk dan refleks aku menarik pancing.

Yashhh, umpanku disambar ikan yang cukup besar.

Tapi, tetiba datang naga menyambar ikan ku, datang dari bawah laut. Waittt.... Lah kok bisa ada naga?

"Sahuuuur.... Sahuuuurrr..... Dinn... bangun Dinn... Lo apain si kaki gue", seru Maya membangunkanku sambil menarik kaki nya yang tanpa sadar aku tarik dan sudah bersiaga di depan wajahku.

"Hm.. gue kira bakalan sahur pake ikan pagi ini, tahu nya kaki lo", aku bangun sambil membuang kaki Maya yang sebelumnya ada di wajahku.

"Mau ikan? Mancing dulu lah sana di depan, tinggal keluar.", jawab Maya sambil cengingisan.

Kami berdua yang lebih dulu bangun diantara teman -- teman lainnya, mengumpulkan nyawa lalu akan membangunkan teman lain.

Hari ini adalah sahur pertama bagi kami semua, puasa pertama bersama. Kami semua adalah tujuh mahasiswa multidisiplin ilmu yang sedang melakukan kegiatan kuliah di lapangan, tepatnya wilayah Kampung Nelayan. Seru rasanya pengalaman pertama sahur bersama mereka, teman yang baru saja dipersatukan dalam kegiatan bersejarah ini. Selama disana kami menggunakan Balai Desa sebagai tempat tidur, mandi, posko kegiatan, dan lain -- lain. Sebagai orang yang bangun pertama, aku dan Maya sedikit geli melihat pemandangan bagaimana teman -- teman kami tidur. Yaa... menyadari kami tidur dengan posisi yang tidak karuan, beralaskan tikar dan ada yang hanya beralaskan kursi/meja yang dijadikan tempat tidur, saling berpencar memenuhi aula Balai Desa.

"SAHHHUUUURRRRR!! SAHUUUURRR!!!", teriak bocah -- bocah anak nelayan dari balik jendela Balai Desa sambil membawa peralatan ember berisiknya dan segala macam kentongan, meneriaki kami. Rasanya teriakan mereka membantu kami membangunkan teman lainnya. Akhirnya semua bangun. Tapi rasanya lucu, karena kita semua bangun dan diam. Lalu bingung, kita akan sahur dengan apa?

Ini pertama kalinya kami semua bermalam disini, dan hari pertama puasa juga. Diantara ketujuh orang itu tidak ada yang berinisiatif membeli makan sahur pada malam harinya, alhasil kita tidak memiliki sesuatu untuk dimakan pagi itu.  Harapan kami semua, tertuju pada ketua kelompok, berharap dia dengan gentle bangun dan bertanya kepada kami "Teman -- temanku setanah air, apakah yang hendak kalian makan untuk saur? Kiranya biar aku yang belikan dan hidangkan untuk kalian semua. Juga aku yang bayar.", ahh dialog halu (=halusinasi) yang aku bayangkan kepada si Bapak Ketu (Ketua Kelompok).

"Ehhh... ini gak ada yang mau beli makan yak? Aku laper nichh... keburu imsak lohhh. Nitip dong ada yang jalan beli makan."  Akhirnya pak Ketu buka suara, meskipun dengan jawaban yang tidak kami harapkan.

"Yahhh, mas aja deh yaa yang beli, mas kan laki -- laki, kita nitip dong mas... Yah yah yah", salah satu teman perempuanku yang lain menimpalinya.

"Kok aku, kan aku bukan lelaki satu - satunya disini, masih ada lelaki lainnya. Jangan memilih aku. Aku takut dan gatau mau beli apa." Jawab pak Ketu. Jawaban yang membuat kharismatiknya sebagai lelaki runtuh dihadapan semua wanita di Balai itu. Mungkin serentak semua wanita disana menatapnya kompak dengan tatapan nanar.

"Yaudah aku saja yang keluar sini, aku beliin. Pada mau makan apa? Semalem sempet survei, kalau yang jualan deket sini pas subuh adanya abang sate dan nasi goreng? Tapi kalau bisa satu tempat saja ya, karena lokasinya jauh, kecuali ada yang mau keluar lagi, mencar", jawaban solusi dari teman lelaki ku lainnya. Ah dia 'pahlawan yang belum kesiangan', keluar dari toilet Balai. Disaat dalam kelompok itu cuma ada dua lelaki dan sisanya perempuan.

"Nahhh.. kita semua nasi goreng aja fix. Biar gampang.", jawabku mewakili jawaban teman -- teman lainnya.

"Ehhh aku nasi goreng telurnya didadar pisah ya, jangan pedes. Sedeng aja. Takut sakit perut, sama kalo ada teh hangat boleh ya titip, aku ga perlu ikut gapapa kan ya? Aku jagain perempuan disini aja", pinta pak Ketu yang membuatnya langsung saja  semakin tak bernilai dirinya sebagai lelaki di padangan kami, para wanita. -__-

Lucu sih, bahkan unik bertemu dengan banyak karakter orang baru dan menanti makan sahur bersama. Keseruan sahur.

Sambil menunggu, aku melihat keluar Balai, aroma laut ikan asin menyambar indera penciumanku. Lampu -- lampu cabe menghiasi perahu -- perahu nelayan dan disepanjang jalan setapak kampung itu. Ciri khas yang indah. Terlihat satu dua orang nelayan lewat sambil menyapa dalam bahasa Jawa. Cukup lama menunggu makanan datang, untung kami bangun lebih awal. Bocah -- bocah pembangun sahur sudah balik arah, tanpa suara teriak -- teriak lagi, setelah membangunkan yang lain untuk sahur sekarang saatnya mereka yang pulang kerumah masing -- masing untuk sahur. Atau malah, terakhir membangunkan keluarganya sendiri untuk sahur. :")

Ahh... akhirnya lampu motor si pembawa makanan datang.

"Ayooo karpetnya kita gabunginnn... Kita ngeriung makan barenggg. Abang kita sudah tiba.", teriak Maya mengkondisikan lapak makan kami di dalam Balai.

"Yok makan, sini pada ambil. Spesial buat pak Ketu yang ga dikaretin ya", ajak pahlawan sahur kami saat itu. Sambil menaruh makanan di karpet yang sudah kami siapkan.

"Lahh.. kaga dikaretin gimana, tumpah -- tumpah dong makanan gue.", timpal pak Ketu sewot menanggapi makanannya.

"Ga kok ga tumpah, karena spesial buat pak Ketu ga dikaretin, tapi di pita in. Biar c-u-t-esss", jawab jail si lelaki pembeli makanan menjaili pak Ketu.

Hahaha... suasana jadi lebih cair dan akhirnya kita semua makan sahur bersama. Alhamdulillah amanah beli makanan sahur tidak jatuh ke tangan 

orang yang salah, karena ternyata dia peduli juga membelikan minuman air putih, air rasa -- rasa, gorengan, dan teh hangat. Subuh pun akhirnya berkumandang. Segera kita bersama ke masjid terdekat dan berjamaah disana. Beberapa tetap di posko menjaga. Seru nya sahur bersama teman -- teman, lingkungan baru, dan rasa siap akan berpuasa hari itu. Sepanjang hari itu ada banyak rencana yang akan kita lakukan disana, untuk pengabdian masyarakat.

Singkatnya, bagiku sahur beramai -- ramai terasa menyenangkan. Biasanya aku hanya saur sendiri dan bukan tipe orang yang biasa sahur dini hari, tapi sahur malam hari sebelum tidur. :"". 

Tau tidak? Ternyata Allah SWT menitipkan rezeki bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi teman -- teman yang baik juga rezeki dari Allah SWT. Selamat menjalankan ibadah puasa, hi semua yang ada di kampung nelayan itu dan teman -- teman yang telah menjadi bagian dari keseruan sahur disana.   

  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun