"Monggo, Mas. Sampean yang imam"
Terkaget. Namun, saya pun kemudian bersedia mengimami beliau.
Solat Ashar sore itu sedikit telat. Saya tidak enak memotong sesi kelas beliau. Namun, karena setelah beberapa lama tidak ada peserta kelas lain yang meminta jeda waktu solat, maka saya mengangkat tangan dan mengingatkan bahwa sebaiknya kita solat dulu saja.
"Oh, iya. Keasyikan ngajar, sampai saya lupa ngajak solat. Terimakasih mas, sudah mengingatkan. Ayo, Mas kita solat "
Lho? Ternyata beliau juga harus solat toh. Saya kira bukan Muslim. Ah, dasar Abas. Jiwanya masih saja kecil.
"Mas, suasana perkampungan begini ngingetin saya waktu ngekos saat kuliah di Unair dulu, deh""Lika-liku jalannya, para warga, bahkan bau nya membawa masa lalu, Mas"beliau melanjutkan
Saat itu, kami melaksanakan solat di suatu masjid perkampungan seberang Menteng Huis.
"Lho, pak Harminto alumni Unair toh. Fakultas apa pak? FH kah? "Lah, si Abas nebak.
"Oh, bukan, Mas. Saya di FKH"Jawab pak Har
"FKH? FKH... Kedokteran Hewan? ""Iya, betul""Wah. Jadi Pak Harminto ini adalah seorang Dokter Hewan Harminto? "
"Iya, lebih kurang. Tapi, semenjak lulus saya malah gak pernah kerja di sekitar dunia dokter hewan kok, Mas"