Bersama beberapa orang murid dari 28, saya menonton Stand by Me di Blitz Megaplex Grand Indonesia. Viral Stand by Me sebagai film terakhir Doraemon membuat penonton film membludak. Semua teater yang ada dipenuhi antrian masyarakat. Sayangnya, selepas menonton saya bisa yakin mengatakan kepada mu bahwa film Stand by Me tidak dapat memenuhi ekspektasi. Stand by Me tidak terasa sebagai sebuah “film terakhir” yang monumental.
Habisnya bagaimana ? Fujiko Fujio nya kan ga pernah bikin ending di komiknya. Celetuk salah satu murid saya.
Betul juga, alih-alih membuat suatu akhir, sang komikus sudah keduluan wafat. Malah mungkin sebenarnya memang sang penulis tidak merencanakan suatu ending khusus untuk Doraemon. Doraemon akan dibuat terus membantu Nobita dalam hari-harinya. Doraemon akan terus mengeluarkan berbagai alat untuk membantu Nobita menyelesaikan masalahnya. Sama seperti Ninja Hattori ataupun Crayon Shinchan. Komik-komik tersebut terus menceritakan keseharian para tokohnya dan bagaimana masalah mereka di selesaikan hari demi hari.
Beda dengan Detektif Conan, sang penulis pasti sudah merencakan ending untuk komiknya.
Betul kah ? komik-komik seperti Detektif Conan memang seharusnya punya ending. Jengah rasanya membayangkan Shinichi Kudo terus terperangkap di tubuh kecilnya. Somehow, Conan Edogawa dkk harus mengalahkan komplotan Jubah Hitam dan menemukan obat untuk mengembalikan tubuh Shinichi Kudo.
Mungkin karena kecintaan dan kerinduan saya atas Doraemon dkk lah yang membuat Stand by Me dirasa mengecewakan. Saya tidak menduga sungguh bahwa Stand by Me adalah film yang menghubung-hubungkan beberapa kisah dalam serial Doraemon menjadi kesatuan dalam film. Mulai dari kisah kedatangan Doraemon pertama kali bersama cucu dari cucunya Nobita, kisah alat berupa telur yang membuat siapapun akan menyukai orang yang pertama kali dilihatnya, hingga kisah heroic penyelamatan Shizuka oleh Nobita masa lalu yang pergi ke masa depan. Kisah-kisah tersebut ditutup dengan Doraemon yang harus pulang ke masa depan. Buat seseorang yang menonton serialnya, membaca komik-komiknya, tentu sangat bersahabat dengan kisah-kisah yang ditampilkan dalam film Stand by Me.
Memang ada pengembangan cerita. Namun, tetap saja Stand by Me dirasa menjadi seperti sebuah film yang hanya menyatukan seri-seri dalam Doraemon. Tidak banyak yang berbeda, hanya tentu saja tampilan grafis yang jauh lebih baik.
Padahal, sebagai salah satu orang yang tumbuh bersama Doraemon dkk, saya mengharapkan sesuatu yang lain, sesuatu yang membuat Stand by Me lebih mengharu biru. Suatu kisah baru yang menggambarkan Nobita yang bertumbuh dewasa, punya dunia baru dan melupakan Doraemon misalnya. Suatu kisah pertengkaran antara kedua sahabat itu yang dalam suatu kesempatan, membuat Doraemon marah sedemikian rupa karena diusir Nobita yang tidak lagi membutuhkannya. Lalu Doraemon pergi dan Nobita, menyesal, sungguh menyesal di kemudian hari.
Kisah kemudian dilanjutkan dengan Doraemon yang mengirimkan pesan dari masa depan. Dia malah yang lebih dulu meminta maaf dan berterimakasih atas segala hari-hari yang di jalani. Nobita memohon untuk Doraemon kembali, namun kembalinya Doraemon ke masa depan membuat dia terprogram ulang untuk tidak bisa kembali ke masa lalu. Nobita kemudian tidak punya pilihan, mesin waktu di laci meja belajarnya sudah tidak aktif lagi. Dia tidak bisa membuka dari masa lalu ke masa depan tanpa Doraemon. Nobita kemudian mengambil pilihan untuk melanjutkan hidup.