Mohon tunggu...
Selaya Anastasya
Selaya Anastasya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi S1 Universitas Diponegoro

Belajar dari yang tidak mungkin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mencengangkan! Perubahan Iklim Ternyata dapat Mengancam Kesehatan Mental!

10 Januari 2025   03:40 Diperbarui: 10 Januari 2025   04:29 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Okezone.com

Perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan terbesar di abad ini, tetapi dampaknya tidak hanya terasa pada lingkungan fisik. Banyak individu di seluruh dunia kini menghadapi sebuah fenomena psikologis yang dikenal sebagai eco-anxiety. Apa itu eco-anxiety, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya? Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang isu kesehatan mental yang semakin relevan di tengah krisis lingkungan global.

Apa Itu Eco-Anxiety?

Eco-anxiety adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan rasa takut, cemas, atau khawatir yang berlebihan terhadap dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Meskipun istilah ini belum diakui secara resmi sebagai gangguan mental dalam manual diagnostik seperti DSM-5, banyak ahli kesehatan mental yang menganggapnya sebagai fenomena nyata yang memengaruhi kesejahteraan emosional individu.

Perasaan ini sering kali muncul ketika seseorang menyadari besarnya ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, seperti kenaikan suhu global, pencairan es kutub, kebakaran hutan, dan bencana alam lainnya. Bagi sebagian orang, kesadaran ini dapat berubah menjadi beban emosional yang berat.

Gejala dan Dampak Eco-Anxiety

Orang yang mengalami eco-anxiety mungkin menunjukkan beberapa gejala berikut:

  1. Rasa takut yang terus-menerus: Kekhawatiran tentang masa depan planet ini dan dampaknya pada kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.

  2. Kehilangan harapan: Perasaan putus asa bahwa segala upaya untuk menyelamatkan lingkungan tampak sia-sia.

  3. Gangguan tidur: Kesulitan tidur akibat pikiran-pikiran negatif tentang perubahan iklim.

  4. Rasa bersalah: Merasa bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan akibat gaya hidup pribadi.

  5. Kesulitan fokus: Terobsesi dengan berita tentang perubahan iklim sehingga mengganggu produktivitas sehari-hari.

Eco-anxiety tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga dapat menimbulkan dampak sosial, seperti meningkatnya konflik antar kelompok akibat perbedaan pandangan tentang solusi untuk perubahan iklim.

Siapa yang Rentan Mengalami Eco-Anxiety?

Eco-anxiety dapat dialami oleh siapa saja, tetapi kelompok berikut cenderung lebih rentan:

  • Generasi muda: Anak-anak dan remaja sering kali lebih terpapar informasi tentang perubahan iklim melalui media sosial dan pendidikan, sehingga lebih rentan merasa cemas.

  • Aktivis lingkungan: Orang-orang yang aktif dalam gerakan lingkungan sering kali menghadapi tekanan emosional akibat lambatnya perubahan yang mereka perjuangkan.

  • Komunitas yang terdampak langsung: Mereka yang tinggal di daerah rawan bencana iklim, seperti daerah pantai yang terancam naiknya permukaan laut, lebih mungkin merasakan dampak langsung yang memicu kecemasan.

Penyebab Eco-Anxiety

Ada beberapa faktor yang dapat memicu eco-anxiety, antara lain:

  1. Paparan berita negatif: Media sering kali menyoroti dampak buruk perubahan iklim tanpa memberikan solusi yang konstruktif.

  2. Kurangnya kontrol: Merasa tidak mampu mengubah situasi global yang begitu besar dan kompleks.

  3. Ketidakadilan lingkungan: Menyadari bahwa komunitas rentan sering kali menanggung dampak terberat dari perubahan iklim meskipun mereka berkontribusi paling sedikit.

  4. Kehilangan koneksi dengan alam: Kerusakan lingkungan sering kali diiringi dengan hilangnya hubungan emosional antara manusia dan alam.

Cara Mengatasi Eco-Anxiety

Meskipun eco-anxiety bisa menjadi pengalaman yang menantang, ada beberapa langkah yang dapat membantu mengatasinya:

  1. Edukasi yang seimbang: Fokus pada informasi yang tidak hanya mengungkapkan masalah tetapi juga menawarkan solusi.

  2. Bergabung dengan komunitas: Terlibat dalam kelompok yang peduli lingkungan dapat memberikan dukungan emosional dan rasa memiliki.

  3. Praktik kesadaran diri: Meditasi, yoga, atau praktik mindfulness dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.

  4. Aksi nyata: Melakukan tindakan kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik atau menanam pohon, dapat memberikan rasa kontrol dan dampak positif.

  5. Konsultasi dengan profesional: Jika perasaan cemas terus-menerus mengganggu, berkonsultasi dengan psikolog atau terapis dapat menjadi solusi.

Mengubah Kekhawatiran Menjadi Motivasi

Daripada membiarkan eco-anxiety melumpuhkan, kita bisa mengubahnya menjadi motivasi untuk bertindak. Dengan mengambil langkah-langkah kecil dan bergabung dalam gerakan kolektif, kita tidak hanya membantu lingkungan tetapi juga memperkuat kesehatan mental kita sendiri.

Perubahan iklim adalah isu besar yang membutuhkan perhatian serius, tetapi dengan kesadaran, dukungan, dan tindakan, kita bisa menghadapinya bersama. Ingatlah bahwa setiap langkah kecil yang Anda ambil dapat membuat perbedaan besar, baik bagi planet ini maupun kesehatan mental Anda.

Referensi

Andina, Y. R. (2023). Fenomena eco-anxiety pada generasi muda. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diambil pada 10 Januari 2025, dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2060/fenomena-eco-anxiety-pada-generasi-muda

Siloam Hospitals. (n.d.). Apa itu eco-anxiety?. Siloam Hospitals. Diambil pada 10 Januari 2025, dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-eco-anxiety

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun