Mohon tunggu...
Selasar.com
Selasar.com Mohon Tunggu... -

Selasar adalah Platform tanya jawab, tempat Anda memperluas jejaring pengetahuan. Selasar, tanya, tahu, terhubung.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Inilah 5 Fakta Unik dari Tragedi Paris

18 November 2015   04:58 Diperbarui: 18 November 2015   06:49 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi Paris  yang terjadi beberapa hari lalu menyedihkan, tidak hanya untuk warga yang menjadi korban, tetapi juga untuk kemanusiaan itu sendiri. Namun demikian, ada pula yang memanfaatkan Tragedi Paris untuk untuk kepentingan pribadinya. Sementara itu, ada pula yang sempat memergoki ‘pengantin bom’ bunuh diri di stadion sebelum akhirnya ia meledakkan diri.

Seperti apakah fakta-fakta unik dari Tragedi Paris tersebut? Simak 5 Fakta Unik dari Tragedi Paris berikut ini!

 

1. Presiden Formula 1 Dikecam Atas Komentarnya

Presiden otoritas balapan Formula 1, Jean Todt, menuai kecaman setelah ia membandingkan serangan teror di Paris yang menewaskan 129 orang dengan kecelakaan di jalan raya. Saat Tragedi Paris terjadi, Todt yang berkewarganegaraan Perancis membuat pejabat-pejabat tinggi di balapan F1 terkejut dengan komentarnya.

"Apakah Anda sadar bahwa jumlah orang yang terbunuh dalam kecelakaan di jalan raya jauh lebih tinggi ketimbang jumlah orang yang meninggal di Paris kemarin?" kata Todt, dikutip CNN Indonesia.

Bukan hanya melontarkan komentar, tapi Todt juga menyiapkan tribut untuk korban kecelakaan di jalan raya. Tribut tersebut dilaksanakan bersamaan dengan tribut untuk korban serangan Paris, yaitu sebelum balapan GP Brasil dilangsungkan pada hari Minggu, 15 Nopember 2015.

Mengapa Todt terlihat ingin sekali menghubungkan Tragedi Paris dengan isu lakalantas? Sebenarnya, Todt ingin menjadikan isu keselamatan berkemudi menjadi salah satu program unggulannya sebagai presiden FIA. Di Brasilia, Todt juga akan menghadiri konferensi pers tentang isu tersebut.

 

2. Tersangka Teroris Ditanyai Petugas Lalu Dibebaskan

 Seorang tersangka serangan Paris yang kini masih diburu oleh pihak kepolisian ternyata sempat ditanyai oleh polisi, tetapi kemudian dibebaskan. Hal itu terjadi hanya beberapa jam setelah berbagai serangan yang diluncurkan secara bersamaan di sejumlah tempat, dan menewaskan 132 orang serta melukai ratusan lainnya.

Dikutip dari Sky News, Salah Abdeslam, 26, dilaporkan membantu logistik dan menyewa mobil Volkswagen Polo berwarna hitam yang digunakan oleh para penyerang bersenjata yang menyerbu gedung konser Bataclan, di mana sebuah konser rock tengah digelar.

Sedikitnya 89 orang tewas pada Jumat (13/11). Abdeslam tampaknya sempat ditanyai oleh petugas polisi pada Sabtu (14/11) pagi ketika polisi meminta mobilnya menepi. Saat itu, Abdeslam membawa tiga orang di dekat perbatasan Belgia. Polisi kemudian memeriksa kartu identitas Abdeslam, tetapi kemudian membiarkan dia pergi.

Peristiwa itu terjadi hanya beberapa jam setelah pihak berwenang mengidentifikasinya sebagai salah satu tersangka yang diduga sebagai oknum yang menyewa mobil Polo yang ditinggalkan di tempat kejadian serangan itu.

Salah satu saudaranya, Ibrahim Abdeslam, dilaporkan merupakan salah satu pelaku bom bunuh diri dari tujuh serangan terkoordinasi menargetkan enam lokasi di ibu kota Perancis. Sementara, saudara Abdeslam lainnya yang tidak diungkapkan namanya dilaporkan ditangkap di Belgia dan sempat diinterogiasi oleh polisi sebelum dibebaskan.

Salah Abdeslam adalah pemuda kelahiran Brussels. Abdeslam digambarkan sebagai pria dengan tinggi 175 cm dan memiliki mata coklat.

Polisi merilis fotonya dan memperingatkan masyarakat bahwa dia tersangka yang berbahaya, dan menyatakan bahwa "jangan menangkapnya sendiri." Terdapat sejumlah laporan bahwa dia mungkin telah melarikan diri ke Spanyol.

Dilaporkan The Washington Post, polisi mengidentifikasi Bilal Hadfi, sebagai salah satu penyerang yang tinggal di Belgia seperti yang Salah dan Ibrahim Abdeslam.

 

3. Pascatragedi Paris, Jet Tempur Prancis Balas Dendam ke Suriah

 

Jet Tempur Dassault Rafale
Jet Tempur Dassault Rafale
Pascatragedi Paris, jet-jet tempur milik Perancis mulai mengebom beberapa wilayah yang dikuasai ISIS di Raqqa, Suriah, pada Minggu, 15 November 2015. Serangan terhadap ISIS tersebut dikatakan sebagai serangan dalam skala besar.

Sasaran pengeboman adalah pusat komando, pusat perekrutan, tempat penyimpanan amunisi, dan tempat pelatihan ISIS. Hal itu dikonfirmasi oleh Mickael Soria, penasihat pers dari Kementerian Pertahanan Perancis.

Dikutip Kompas, ISIS mengklaim Raqqa sebagai pusat dari negara yang tengah dibentuknya. Serangan udara itu dilakukan dua hari setelah serangan diikuti pengeboman terjadi di Paris. ISIS dikabarkan bertanggung jawab terhadap serangkaian serangan tersebut.

Menanggapi serangkaian serangan oleh ISIS itu, Presiden Francois Hollande bahkan menyatakan perang terhadap ISIS.

Sebanyak 10 pesawat jet dari total 12 pesawat dikerahkan dalam serangan di Raqqa tersebut. Adapun 20 bom telah dijatuhkan, seperti dikatakan Soria yang juga menyatakan bahwa seluruh target telah dihancurkan.

 

4. Inggris Merekrut 1.900 Pegawai Tambahan

Tiga badan intelijen Inggris akan merekrut 1.900 pegawai tambahan untuk membantu memerangi ancaman kelompok ISIS. Pengumuman itu disampaikan tiga hari setelah peristiwa penembakan di Paris yang menyebabkan 129 orang meninggal dunia. Rencana perekrutan ribuan orang tersebut dimungkinkan setelah Pemerintah Inggris memutuskan untuk meningkatkan pendanaan pegawai badan intelijen MI5, MI6, dan GCHQ, sebesar 15 persen.

"Ini adalah pergulatan generasi yang menuntut penyediaan sumber daya manusia lebih banyak untuk memerangi mereka yang ingin menghancurkan kita dan nilai-nilai kita," kata Perdana Menteri Inggris David Cameron, dikutip BBC Indonesia.

Selain untuk badan intelijen, penambahan dana juga akan diberikan untuk keamanan penerbangan. Dana tersebut bakal digunakan untuk membayar sejumlah pakar untuk memantau keamanan bandara di negara-negara yang banyak dikunjungi warga Inggris.

Berkaitan dengan tragedi di Paris, Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May mengatakan, aparat Inggris turut membantu pihak keamanan Perancis dan Belgia untuk mengindentifikasi dan memburu para pelaku.

Ketika ditanya apakah ada milisi ISIS yang bersembunyi di antara para migran di Inggris, dia mengatakan, Pemerintah Inggris menerima warga yang rentan dari kamp-kamp pengungsian Suriah. Pemeriksaan ketat, menurut dia, juga diberlakukan.

Dalam rangkaian serangan di Paris, salah seorang korban tewas adalah Nick Alexander asal Inggris yang saat itu sedang menjual merchandise di konser Eagles of Death Metal di gedung konser Bataclan.

 

5. Polisi Muslim Perancis Menggagalkan Bom Bunuh Diri di Stade de France

Zouheir, seorang polisi Perancis yang menjaga Stadion Stade de France, menjadi buah bibir setelah berhasil menggagalkan upaya bom bunuh diri di dalam stadion nasional Perancis itu.

Harian the Wall Street Journal melaporkan bahwa Zouheir yang beragama Islam ini tidak mengizinkan seorang pelaku pengeboman untuk masuk ke dalam stadion.

Pelaku diketahui memakai rompi berisikan bahan peledak ketika dilakukan pengecekan di mesin scanning. Penemuan ini hanya berjarak 15 menit sebelum laga persahabatan Perancis vs Jerman dimulai.

Zouheir melanjutkan, pelaku kemudian berupaya melarikan diri dari polisi dan meledakkan dirinya. Ledakan terdengar hingga ke dalam stadion.

Jaksa Francois Molins menuturkan, pelaku diyakini berencana mendetonasi bom tersebut di dalam stadion untuk memicu huru-hara dahsyat, yang berpotensi menewaskan banyak penonton.

Tercatat, setidaknya ada 80.000 penonton, termasuk Presiden Prancis Francois Hollande dan Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, di dalam stadion.

Ketika ledakan pertama terjadi, Zouheir sempat berpikir bahwa itu hanyalah ledakan kembang api biasa. Kembang api adalah sesuatu yang lumrah di pertandingan sepak bola di Eropa. Namun, ketika dia melihat Presiden Hollande dievakuasi keluar dari stadion di daerah St-Denis itu, Zouheri menyadari ada yang tidak beres.

Tiga menit setelah ledakan yang terjadi di paruh pertama pertandingan itu, ledakan lainnya terjadi di luar stadion. Kemudian, pelaku bom bunuh diri ketiga meledakkan dirinya di dekat restoran cepat saji McDonald.

Salah satu penonton di stadion mengaku mendengar ledakan sebanyak dua kali yang memicu kebingungan.

Ledakan juga dapat terdengar di televisi. Pertandingan tetap berlangsung hingga selesai.

Presiden Federasi Sepak Bola Perancis Noel le Graet mengatakan, informasi ledakan tidak disiarkan ke stadion untuk mencegah terjadinya kepanikan dan huru-hara. Berita ini akhirnya tersiar sendiri dari mulut ke mulut di antara penonton. Namun demikian, kesebelasan Jerman memilih tetap tinggal di ruang ganti stadion dan baru meninggalkan lokasi keesokan paginya.

Serangan ini memicu kekhawatiran akan keamanan Perancis mengingat Negeri Mode ini akan menjadi tuan rumah perhelatan sepak bola Euro 2016 yang akan digelar Juni 2016.

Sumber: https://www.selasar.com/budaya/inilah-5-fakta-unik-dari-tragedi-paris

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun