Mohon tunggu...
Selasar.com
Selasar.com Mohon Tunggu... -

Selasar adalah Platform tanya jawab, tempat Anda memperluas jejaring pengetahuan. Selasar, tanya, tahu, terhubung.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Entah Berhasil atau Gagal, Inilah 5 Fakta Mogok Massal Pengendara Go-Jek

13 November 2015   11:40 Diperbarui: 13 November 2015   12:04 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin lalu, 2 November 2015, ribuan pengendara Go-Jek di seluruh kawasan Jabodetabek berencana melakukan aksi mogok massal. Aksi tersebut dilakukan karena tarif yang dibyaar perusahaan diturunkan secara sepihak.

Perusahaan milik Nadiem Makarim tersebut secara sepihak menurunkan tarif dari Rp 4.000,00 menjadi Rp 3.000,00 per kilometer. Pemberlakuan ini dilakukan mendadak sejak Senin dinihari tanpa melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada pengendara Go-Jek. Akibatnya, para pengendara melakukan mogok massal.

Kita tentu bertanya-tanya, seperti apakah kelanjutan mogok massal ini? Berikut adalah 5 Fakta Berkaitan Menarik dengan Mogok Massal Pengendara Go-Jek.

 

1. Diawali Pesan Berantai dan Perasaan Sapi Perah

 Pada Senin pagi, beredar pesan berantai yang isinya menginformasikan soal mogok massal yang akan dilakukan pengemudi Gojek. Sebagaimana diketahui, sejumlah pengemudi Gojek mengancam akan melakukan mogok masal karena merasa pendapatan mereka turun akibat penyesuaian tarif baru.

"Besok kita mogok bareng karena kebijakan akhir-akhir ini merugikan driver banget, Bang. Biaya antercostumer sebulan ini makin lama makin kecil, Bang. Terus masalah suspend yang makin lama makin nggak jelas alesannya," jelas Firman, driver Gojek di kawasan Kuningan, dikutip detikcom.

Firman dan rekan-rekan Go-Jek di area Jakarta dan sekitarnya mengaku akan melakukan mogok kerja pada hari Selasa, 3 Nopember 2015. Mereka tidak mau melayani penumpang hingga protesnya didengar oleh para pimpinan di perusahaan PT Go-Jek Indonesia.

Sebagaimana diketahui, dasar dari aksi mogok massal adalah perubahan kebijakan yang dilakukan secara sepihak. Tarif jarak per kilometer yang sebelumnya adalah Rp 4.000 kini diubah menjadi Rp 3.000 per kilometer per 2 November 2015. Sementara itu, bonus Rp 50.000 per hari yang sebelumnya didapat mitra pengemudi dari mengumpulkan lima poin kini baru bisa didapat jika mengumpulkan delapan poin per hari. Akibatnya, mereka merasa menjadi sapi perah manajemen Go-Jek.

"Dulu tarifnya empat ribu per kilometer, sekarang turun jadi tiga ribu. Kami merasa jadi sapi perah mereka saja," kata Jayadi, seorang pengemudi Gojek yang dihubungi CNN Indonesia, Selasa (3/11).

 

2. Isi Tuntutan Para Driver Go-Jek

 Sebagaimana setiap demo, tentu terdapat tuntutan yang bila dipenuhi akan menghentikan aksi demonstrasi. Para driver Go-Jek pun memiliki tuntutannya.

Tuntutan pengembalian tarif perkilometer, kata Jayadi akan menjadi tuntutan tunggal dalam demontrasi tersebut. Pasalnya, penurunan tarif nyaris memangkas penghasilan 30 persen kepada para pengemudi. Demonstrasi tersebut rencananya digelar sebelum jam makan siang.

"Biasanya dari Grogol ke Pulogadung Rp 92 ribu, sekarang Rp62 ribu saja, dan yang masuk saldo hanya Rp30 ribuan. Kemungkinan (demo) jadi, soalnya banyak teman yang sudah siap, dan bahkan ada sweeping buat yang pake atribut Gojek," papar Jayadi.

 

3. Aksi Sweeping Para Driver Go-Jek

Demi ‘menyukseskan’ aksi protes, sekelompok pengemudi Go-Jek yang berkumpul di sekitar Pasar Palmerah kemarin memaksa pengemudi Go-Jek lainnya menurunkan penumpang di tengah jalan.  Aksi sweeping ini dilakukan sekelompok pengemudi Go-Jek dalam rangka unjuk rasa terkait kebijakan manajemen yang menurunkan tarif Go-Jek.

"Ada penurunan tarif dari Rp 4.000 per kilometer menjadi Rp 3.000 per kilometer. Mulai hari ini penurunannya. Jadi kan kami dapatnya sedikit, tuh. Itu pada protes semua," ujar pengemudi Go-Jek bernama Ope, dikutip Kompas.

Menurut Ope, aksi ini dilakukan di sejumlah titik di Jakarta, Tangerang, hingga Depok. "Sebagian ada yang di FX, Pejompongan, Kuningan, Tangerang Selatan, Tangerang Kota, dan Depok," sambung Ope.

Di kawasan Pasar Palmerah, tampak belasan pengemudi Go-Jek yang berjaga di persimpangan jalan. Mereka berjaga untuk menghentikan pengemudi Go-Jek lainnya. Menurut Ope, kegiatan ini merupakan inisiatif sekelompok pengemudi Go-Jek yang dikoordinasikan melalui grup WhatsApp.

"Ada grup WhatsApp per wilayah. Kalau di sini nama grupnya Palmerah Bersatu, ada lagi grup Tangsel, Tangkot," sambung Ope.

Selanjutnya, para pengemudi Go-Jek akan berbicara dengan manajemen untuk menyampaikan protes. Mereka khawatir, penghasilan yang diperoleh sebagai pengojek aplikasi ini akan berkurang jika manajemen menurunkan tarif. Ope yang sudah dua bulan menjadi pengemudi Go-Jek ini mengaku bahwa dirinya memperoleh penghasilan rata-rata Rp 500.000 per pekan.

 

4. Tidak Semua Patuh Ajakan Berdemo

Kebijakan sepihak manajemen Go-Jek barangkali merugikan para pengendaranya. Akibatnya, timbul ajakan agar para driver melakukan demo demi mengembalikan tarif seperti semula. Namun, tidak semua drivermengikutinya. Kebutuhan keluarga adalah salah satu alasannya.

"Kalau saya pilih tetap narik. Ya, namanya juga kerja buat kebutuhan. Saya belum menikah, tapi saya ada adik yang masih sekolah dan ibu saya," kata salah seorang pengemudi Gojek dari Depok yang enggan disebut namanya.

Pria berusia 26 tahun tersebut mengaku pagi ini baru saja mengantar penumpang dari Depok ke Pondok Indah. Menjadi mitra pengemudi Gojek merupakan satu-satunya pekerjaan yang kini ia lakoni.

Sementara itu, pengemudi Gojek lain yang berdomisili di Tanah Kusir, Jakarta Selatan, mengaku tetap bekerja hari ini. Ajakan berdemo ia hiraukan karena baginya, informasi yang didapatkan tidak jelas. Ia tidak mengetahui secara pasti kapan pelaksanaannya sehingga order dari para pelanggan Go-Jek tetap ia ambil.

"Intinya kalau menurut saya, kabar itu tidak jelas. Saya kurang tahu kapan aksi itu mau dilakukan. Saya jalan terus, ini sudah dapat dua order," tuturnya.

 

5. Tanggapan dari Manajemen Go-Jek

Manajemen Go-Jek mengaku sampai saat ini beroperasi dengan merugi. Namun, manajemen mengaku terpaksa melakukan hal tersebut demi kesejahteraan pengemudi. Karena itu, manajemen menyatakan, maksud mereka mengurangi tarif pemasukan bagi pengemudi per hari ini lebih bertujuan untuk mengurangi kerugian dan demi menjamin kesejahteraan pengemudi beserta keluarganya.

"Sejak sebelum Agustus, manajemen telah mengeluarkan dana untuk promosi agar order yang didapat driver meningkat. Sejak saat itu sampai saat ini, manajemen tetap beroperasi dengan merugi demi kesejahteraan rekan-rekan driver," kata manajemen Go-Jek melalui pesan singkat ke pengemudi.

"Semua perubahan ini sudah kami pertimbangkan dengan sangat seksama, dan keputusan ini diambil agar Go-Jek dapat maju dan dapat makin mensejahterakan semua pihak, terutama rekan-rekan driver. Selamat melayani, Hidup Go-Jek," tutup manajemen.

 

Jadi, berhasilkah mogok para driver Go-Jek ini?

Sumber: https://www.selasar.com/gaya-hidup/entah-berhasil-atau-gagal-inilah-5-fakta-mogok-massal-pengendara-gojek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun