"Namun, negara ini sangat kecil. Kami tak memadai secara geografis maupun demografis," kata pemimpin sayap kanan itu. Menurutnya, membawa masuk pengungsi Arab juga akan mengganggu keseimbangan Israel yang didominasi orang Yahudi. Saat ini, sekitar seperlima dari 8.3 juta populasinya adalah orang Arab.
Hal ini merupakan tanggapannya terhadap seruan pemimpin partai oposisi utama Serikat Zionis, Isaac Herzog, meminta para pemimpin Israel untuk "menyerap pengungsi konflik Suriah", negara tetangga yang dianggap musuh oleh Israel.
Meskipun belum ada seruan internasional agar Israel membuka perbatasannya bagi pengungsi Suriah, Herzog berpendapat bahwa Netanyahu punya tugas moral untuk menerima mereka.
"Perdana Menteri orang Yahudi tidak akan menutup hati dan gerbangnya saat orang-orang, dengn membawa bayi, berlari menyelamatkan diri mereka dari penganiaya," imbuh Herzog.
Sementara itu, Uni Eropa memberlakukan kuota bagi negara-negara anggotanya untuk menanggulangi masalah banjir imigran belakangan ini. Bagi Rumania, kuota itu terlalu berat. Menurut Presiden Rumania, Klaus Iohannis, negaranya hanya mampu menampung 1.785 orang imigran. Padahal dalam rencana Uni Eropa, seharusnya Romania bisa menampung sampai 6.351 pengungsi.
"Kami bisa melakukan ini dengan tenang, bertanggung jawab, dan penuh simpati kepada negara dengan jumlah pengungsi yang besar (Suriah dan Irak). Tapi, saya tidak berpikir kuota wajib itu adalah solusinya," kata Iohannis, Senin (7/9), sebagaimana dikutip oleh Reuters.
Jumlah 1.785 imigran merupakan angka maksimal bagi negaranya, menurut sang presiden. Rumania, sebagaimana negara tetangganya, Bulgaria termasuk negara miskin di antara 28 negara anggota Uni Eropa lainnya.
Iohannis menambahkan, imigran tidak begitu saja bisa mendatangi Rumania. "Kami bukan bagian dari Schengen, zona bebas paspor Uni Eropa. Imigran harus memenuhi beberapa aturan jika mereka ingin masuk ke Rumania," tutur Iohannis menjelaskan.
Rumania tak sendiri dalam penolakan kuota yang diberlakukan Uni Eropa. Negara bagian timur Eropa lainnya pun melakukannya, termasuk Hungaria. Polisi sampai menggunakan semprotan merica untuk menghalau keriuhan pengungsi di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H