Yang menarik adalah saat menjelaskan Kurma Medjool atau Medjool dates. Kurma dibudidayakan di Arizona dan California. Yang memeng cocok untuk buah kurma. Kurma dari Amerika Serikat ini cukup besar. Meski belum sempat mencobanya, tapi terlihat jika makan beberapa sudah cukup untuk mengenyangkan perut.
Ada US Beef atau daging dari Amerika Serikat yang terlihat berbeda dibandingkan Beef atau daging yang lain. Karena menurut Mr. Garrett Macdonald, US Beef memiliki keistimewaan dengan banyaknya lemak. Tekstur daging-nya memang berbeda, jelas karena konsumsi makanan sapi di Amerika Serikat tentu khusus.
Bendera Indonesia berdampingan dengan Amerika Serikat di berbagai sudut tempat. Selama program berlangsung, akan ada program Top Spender untuk pemegang member TRUST card, di mana pelanggan dapat memperoleh keuntungan tambahan dengan berbelanja produk Amerika minimum sebesar Rp 1.500.000 di gerai Ranch Market, Farmers Market dan atau The Gourmet selama program berlangsung.
Pelanggan berhak memperoleh kesempatan memenangkan voucher belanja dengan total senilai Rp 5.000.000. Banyak promosi lainnya juga seperti harga special atau hadiah langsung setelah nominal pembelanjaan tertentu akan berjalan di semua gerai untuk memanjakan pelanggan dan memberikan pengalaman berbelanja yang lebih baik lagi di USA Fair ini.
Chef Henry Alexie Bloem hadir dalam acara pembukaan ini. Beliau akan melakukan demo masak dengan mengangkat resep Indonesia. Makanan yang dimasak menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Amerika dengan tajuk Story of Heritage Culinary.
Chef Henry Alexie Bloem dibantu asistennya akan membuat 3 menu makanan. Pertama yakni US Beef Rujak. Dengan dibantu salah satu pengunjung racikan Rujak dengan bahan-bahan dari Amerika ini dilangsungkan. Mulai dari Daging hingga cuka apel dari Amerika.
Menu Berikutnya adalah Nasi Djenggo. Nasi bungkus komplit dengan lauk pauk yang dibungkus dengan daun pisang adalah makanan khas dari Denpasar, Bali yang sekarang ini sangat popular di Bali. Ada cerita di balik Nasi Djenggo ini dari Chef Bloem. Berikut ceritanya...
kebetulan saya sendiri adalah cikal bakal dari Nasi Djenggo tersebut. Awalnya Nasi Djinggo dibuat oleh ibu saya, pada sekitar tahun 1970 dengan harga perbungkusnya jaman itu sekitar 75 Rupiah. Ibu saya biasanya bangun jam 2 subuh untuk menyiapkan jualannya, dibantu oleh karyawannya yang saat itu ada 3 orang, dan sekitar jam 6 pagi sudah siap nasi bungkus tersebut untuk di bawa dan dijual ke pelabuhan Benoa. Nasi bungkus dengan 3 macam pilihan lauk, yaitu: babi guling, daging sapi dan ayam. Kenapa di sebut Djenggo, ceritanya begini: ayah saya adalah penggemar film film cowboy, saking sukanya dengan film itu, hingga saya yang saat itu masih bayipun (saya kelahiran 1968) dinyayikan/dininabobokan dengan syairnya: Djenggo jango tembak, Djenggo jago tembak.....hingga saya tertidur di pelukannya ( karna saking sukanya ayah saya dengan salah satu film cowboy jaman itu DJANGGO, yang saat itu di perankan oleh Franco Nero) karena seringnya beliau menyebut Djenggo, dan banyak tetangga serta saudara dirumah mendengarnya, hingga akhirnya sayapun dipanggil Djenggo (nama kecil saya) kemudian pada tahun 1970, ibu saya mulai berjualan nasi bungkus yang jaman itu sudah membuat lebih dari 300 bungkus, yang dikonsumsi untuk sarapan pagi oleh para pekerja di pelabuhan Benoa, serta sopir sopir angkot, truck/tangki Pertamina, serta para pemancing di pelabuhan. Karyawan ibu saya menjajakannya di pinggir jalan di pelabuhan sambil mengatakan NASI BUNGKUS MEN DJENGGO, yang artinya: Nasi Bungkus Ibunya Si Djenggo. Dan kadang saat itupun ibu saya sudah membuat lebih dari 800 bungkus nasi, jika menerima pesanan dari kapal pesiar yang berlabuh jaman itu di pelabuhan Benoa. Jadi sejak tahun 1970 an Nasi Djenggo sudah dicicipi oleh tourist manca Negara yang kebetulan kapal nya berlabuh di pelabuhan Benoa. Nah untuk mengingat dan mengendang cerita tersebut, resep Nasi Djenggo ini sudah saya modifikasi dengan gabungan bahan bahan dari US dan mempergunakan resep resep tradisional Bali.