Tari Rantaya , Tari Tradisional hadir dalam pembukaan Seminar Nasional pada Pasar Raya Baznas kota Malang 2017 yang diselengkaraan Baznas dan Bolang. Tari Rantaya namanya... Bagi pecinta seni tari tradisional Tari Rantaya bisa saja jamak terdengar, namun berbeda bagi mereka yang kurang intens dalam bidang tari atau tradisi. Sebagian rekan Badan Amil  Zakat Nasional (Baznas) kota Malang dan Bolang (Blogger Kompasiana Malang) pun turut larut.
Masih SD sudah jago Tari Tradisonal!
Dua anak dari Malang dengan nyaman dan apik membawakan sebuah tari. Lemah gemulai gerakan tangan, tubuh hingga kakinya. Ternyata mereka baru kelas 4 SD (Sekolah Dasar). Tariannya terasa lambat namun padat, istilahnya indeept. Peserta seminar nasional pada rangakaian Pasar Raya Baznas kota Malang terlihat menikmatinya.
Anak-anak ini berasal dari Omah Sinau, Karangploso-Malang. Mereka bersama mbak lilik hadir disini. Gerakan yang cakap dilantunkannya menjadi penghangat sebelum acara Seminar Nasional. Sangat jarang memang, acara Seminar dibuka dengan tarian tradional. Ini bisa jadi hal yang perlu diiterapkan bagi instansi Pemerintahan juga masyarakat pencinta tari tradisional.
Ruang paripurna DPRD terlihat tenang dan sejuk dengan lantunan musikdan gerakan tari anak-anak ini. Bahkan ada yang berkomentar tarian ini terasa dalam atau indeept sehingga sebenarnya merupakan tarian yang susah untuk dimainkan sebarang orang. Latihan yang membuat anak-anak ini mampu menyuguhkan gerakan lentik mereka.
Pakaian tradisional dengan riasan menunjang penampilan anak -- anak ini saat tampil. Musiknya pun mampu membawa hadirin yang menyaksikan larut dalam makna tarian yang dalam. Seirama dan senada dengan musik, menjadikan tarian semakin indah dilihat. Tari tradisional yang sengat jarang tampil di layar kaca masyarakat Indonesia. Menyaksikannya menjadi dahaga tersendiri dalam hiruk pikuk zaman now.
Tentang Tari Rantaya
Tari yang digerakkan anak-anak kecil adalah Tari Rantaya Putri. Dibilang putri karena mereka adalah dimainkan oleh putri. Tari Rantaya adalah jenis tari yang dikenal dari Surakarta. Tari ini bisa dibilang adalah tari dasar.
Kata Rantaya dari kata paran (apa) dan taya/mataya (tari). Diambil kata Ran dan Taya maka jadilah Rantaya. Menurut sumber bahwa rantaya yang berasal dari kata 'rante' dan 'taya' rang artinya didalam rantaya ada sebuah gerakan belajar berjalan atau didalam istilah tari dinamakan Lumaksana.
Tarian ini menggunakan hamper semua organ tubuh dari kepala hingga kaki. Gerakannya yang halus atau alus terkesan memailiki makna dalam. Gerakan halus juga membutuhkan energi yang stabil. Salut untuk anak-anak ini yang mampu menampilkan gerakan apik tari rantaya.
Jenis tari Rantaya ada yang tari rantaya putra dan putri serta diperjelas lagi dengan adanya jenis rantaya gagah dan halus atau alus. Manfaat tari rantaya ini bisa juga untuk kesehatan, karena hampri seluruh organ tubuh ikut dari gerakan kepala, tangan hingga tumit kaki.
Membangkitkan Tradisi Tari Tradisional
Tari Tradisional menjadi pertunjukkan yang jarak dilihat. Terlebih di era disebut zaman now ini. Budaya asing mulai masuk ke Indonesia. Menjadi sesuatu yang perlu filtrasi Empar Pilar Kebangsaan. Budaya asing masuk dengan perlahan. Melalui film, musik, tarian hingga banyak pusat studi budaya dikembangkan di instansi pendidikan di Indonesia.
Semangat mengembangkan tari tradisional menjadi sesuatu yang dibutuhkan di zaman now. Zaman dimana digital menjadi media yang tepat untuk mengambangkannya. Agar hal ini tak semakin tergerus akan budaya asing. Hal ini bisa saja dilihat di media negeri ini, sudah mulai banyak menampilkan tradisi asing.
Untuk optimalisasi pengembangan tari tradisional. Sanggar-sanggar tari hingga pusat budaya Indonesia perlu lebih ditingkatkan. Banyak acara yang menggunakan symbol tradisional dalam rangkaian kegiatannya. Ini tentu akan sangat emndukung terwujudkan masyarakat yang bisa menyukai budaya Indonesia. Hal ini seperti yang dilakukan dalam pembukaan Seminar Nasional pada rangkaian Pasar Raya Baznas kota Malang. Semoga semakin berkembang ke acara lainnya. Salam Tradisi, Semangat Indonesia! (SH)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H