Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Indonesia Bebas Sampah Plastik di Laut, Mungkinkah?

5 Desember 2017   09:19 Diperbarui: 5 Desember 2017   23:25 4618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Indonesia Bebas Sampah 2020 (dok.kitabisa)

Plastik yang menjadi sampah di laut berdampak langsung pada kehidupan organisme di laut. Bukan hanya manusia yang mendapati problem sampah, hewan pula terpengaruh akan hal ini. Hawan laut, tumbuhan laut hingga plankton mandapati problem akan sampah plastik ini. Kehidupan laut menjadi terkotori oleh sampah-sampah plastik ini.


Organisme yang menjadikan laut sebagai rumahnya terdampak akan banyaknya sampah ini. Mereka yang mengira sampah plastik ini adalah makanan akan mempengaruhi system pencernaannya. Pencernaan terganggu akan menghambat pertumbuhan dan perkembang biakan. Hal ini juga bisa menyebabkan kematian. Jika ikan-ikan yang mengandung sampah plastik ini dimakan manusia, maka akan dampaknya akan mengkhawatirkan.

Ilustrasi (dok.plasticnews)
Ilustrasi (dok.plasticnews)
Sampah plastik yang menjadi dampak ini tak hanya yang mangapung di laut. Namun juga sampah yang sampai ke dasar laut. Hewan-hewan yang kehidupannya di dasar laut mengkonsumsi sampah akan menjadi problem kelautan yang mengkhawatirkan. Sampah yang akan di dasar laut merupakan hasil dari sumber sampah laut yang mangapung menjadi bagian-bagian yang kecil.

Dampak sampah laut ini perlu disadari bersama. Ada penelitian yang menyebutkan pada 2050 diperkiraan berat sampah plastic mengkhawatirkan karena akan lebih berat daripada seluruh ikan. Usaha bersama untuk menjadikan lautku bebas sampah adalah kebutuhan. Peran sekecil apapun sangat berguna.

Ujicoba sampah plastik dalam Aspal (dok.kompas)
Ujicoba sampah plastik dalam Aspal (dok.kompas)
Sampah Plastik jadi campuran Aspal?

Melihat dampaknya yang mengkhawatirkan, sampah plastik menjadi perhatian serius bersama. Pemerintah melalui Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman mengungkapkan hal ini.

"Plastik ini bahaya kalau dimakan ikan, dan ikan dimakan manusia, akan terkontaminasi pada bayi segala macam, masa kita mau generasi kita yang akan datang generasi yang DNA punya kelamahan sana sini," jelas Luhut.

Menurut penjelasan beliau pula, 80 % sampah plastik di lautan berasal dari daratan. Kultur kebutuhan pemakaian plastik dalam kehidupan sehari-hari memang menunjang fakta yang diungkap sang menteri. Terlebih budaya nagatif buang sampah sembarang perlu ditinggalkan khalayak ramai.

Penggunaan limbah sampah plastik mulai dikembangkan untuk campuran aspal, hal ini dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang). Kemen PUPR akan melakukan pencampuran sampah plastik dengan aspal pada pembangunan di sebagian jalan wilayah Bekasi.

Ilustrasi (dok.tribun)
Ilustrasi (dok.tribun)
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga memiliki kebijakan pembatasan sampah plastik. Kebijakan ini sempat ramai di masyarakat yakni dengan pembatasan penggunaan plastik. Konsumen yang membeli barang dan menggunakan kantong kresek/plastik akan dikenai biaya tambahan. Kebijakan ini dibilang cukup sukses dalam menekan penggunakan kantong plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun