Plastik yang menjadi sampah di laut berdampak langsung pada kehidupan organisme di laut. Bukan hanya manusia yang mendapati problem sampah, hewan pula terpengaruh akan hal ini. Hawan laut, tumbuhan laut hingga plankton mandapati problem akan sampah plastik ini. Kehidupan laut menjadi terkotori oleh sampah-sampah plastik ini.
Organisme yang menjadikan laut sebagai rumahnya terdampak akan banyaknya sampah ini. Mereka yang mengira sampah plastik ini adalah makanan akan mempengaruhi system pencernaannya. Pencernaan terganggu akan menghambat pertumbuhan dan perkembang biakan. Hal ini juga bisa menyebabkan kematian. Jika ikan-ikan yang mengandung sampah plastik ini dimakan manusia, maka akan dampaknya akan mengkhawatirkan.
Dampak sampah laut ini perlu disadari bersama. Ada penelitian yang menyebutkan pada 2050 diperkiraan berat sampah plastic mengkhawatirkan karena akan lebih berat daripada seluruh ikan. Usaha bersama untuk menjadikan lautku bebas sampah adalah kebutuhan. Peran sekecil apapun sangat berguna.
Melihat dampaknya yang mengkhawatirkan, sampah plastik menjadi perhatian serius bersama. Pemerintah melalui Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman mengungkapkan hal ini.
"Plastik ini bahaya kalau dimakan ikan, dan ikan dimakan manusia, akan terkontaminasi pada bayi segala macam, masa kita mau generasi kita yang akan datang generasi yang DNA punya kelamahan sana sini," jelas Luhut.
Menurut penjelasan beliau pula, 80 % sampah plastik di lautan berasal dari daratan. Kultur kebutuhan pemakaian plastik dalam kehidupan sehari-hari memang menunjang fakta yang diungkap sang menteri. Terlebih budaya nagatif buang sampah sembarang perlu ditinggalkan khalayak ramai.
Penggunaan limbah sampah plastik mulai dikembangkan untuk campuran aspal, hal ini dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang). Kemen PUPR akan melakukan pencampuran sampah plastik dengan aspal pada pembangunan di sebagian jalan wilayah Bekasi.