Jangan Jadi Air Mata, tapi Jadilah Mata Air Bagi Generasi Selanjutnya.
Kalimat di atas adalah sebuah kata mutiara dari ringkasan dari Mr. Hendra Sensei. Tentang pentingnya meninggalkan kebaikan dan manfaat. Kompasiana Nangkring Surabaya bersama Axa memberikan pengalaman dan sharing banyak hal tentang keuangan hingga perencanaannya. Berikut ulasannya...
Blogger Kompasiana Malang (Bolang) ada agenda ke Surabaya pada 14 Juli 2017. Sangat jarang Bolang punya agenda ke Surabaya, kali ini berniat silaturrahim sekaligus menghadiri acara Kompasiana Nangkring bersama AXA di Hotel JW Marriot.
Perjalanan Malang-Surabaya memberikan kesan tersendiri. Mulai dari menikmati fasilitas penataan antrian bis di Terminal Arjosari, obrolan seru bersama saat perjalanan hingga mendapat kesan akan perkembangan dan suka-duka pengemudi tranportasi online di Surabaya.
Selepas beribadah, kami menuju lokasi acara. Mas Kamil menyambut kami dengan senyum dan jabatan tangan hangatnya. Selepas registrasi barcode dan data tulisan, kami makan bersama dengan rekan lainnya yang hadir. Hidangan yang bermacam dan menyegarkan perut, membuat peserta bisa nyaman untuk mengikuti Kompasiana Nangkring.
Di sisi lain ada orang lain yang menjelaskan secara umum jalannya permainan dan mengatur ritme permainan. Seperti suasana ekonomi yang mempengaruhi jalannya permainan. Praxis Game, saya ulas lebih lengkapnya bisa mengunjungi tulisan saya sebelumnya disini.
Mr. Hendra Sensei menjadi pembicara pertama dalam Kompasiana Nangkring Surabaya bersama Axa kali ini. Beliau telah berpengalaman 18 tahun di Asi tenggara membantu nasalah Private Banking, agar dananya tidak bocor. Di awal sesi ini, beiau membuka tentang Tujuan Perencanaan Keuangan yakni untuk Surplus.
Hutang menurut beliau ada 2 tipe, yakni jangka panjang dan pendek. Namun seiring bertambahnya waktu Hutang berubah menjadi Jatuh Tempo. Hal ini tentunya memang hal yang dirasa benar, karena hutang memang harusnya dikembalikan berdasar waktu atau jatuh temponya; entah itu jangka panjang ataupun pendek.
Banyak hal yang beliau coba bangun pada persepsi dan fakta tentang finansial. Kendala Financial yang umum salah satunya adalah pajak. Mengutip Bejamin Franklin "Taka da yang bisa lari dari Pajak", menggambarkan jika pajak menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan masyarakat. Mr. Hendra Sensei pun menjelaskan tentang Hukum Waris di Indonesia yang terbagi menjadi 3 yakni, Hukum Perdata, Islam dan Adat. Serta ada 1 lagi yang bisa dipakai yakni Kesepatan Bersama.
 Ada 3 hal pula yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan keuangan., yakni:
1.  Saving. Hal ini seperti  Uang Cash, Tabungan dan Deposito. Kita menggunakan uang tunai untuk melakukan transaksi. Hal ini bersifat Pasti. Beliau simpulkan tipe ini, tak buat kaya tapi bebas bergerak.
2. Investment. Hal ini seperti dan Pensiun dan Reksadana.
3. Protection. Kontrak Pertanggungan. Untuk hal ini dijelaskan oleh bu Umi, pembicara berikutnya.
Bu Umi sebagai pembicara setelah Mr. Hendra Sensei, menjelaskan  tentang Kontrak Pertanggungan. Miracle of Protection. Beliau gambarkan tentang keluarga muda yang menuju keluarga mapan dengan melakukan akuisisi aset.
Beliau menambahnya tentang produk Maestro Infinate Protection (MIP) , sebuah produk yang menjawab tentang Kontrak Pertanggungan. MIP memiliki makna 3 pasti, yakni:
1. Kepastian Perlindungan Jiwa hingga 100 tahun. Namun tak hanya jiwa, namun juga kecelakaan sampai Rp 1 Miliar.
2. Cara dapatnya sangat mudah, bayarnya juga bisa disesuaikan.
3. Bisa didapat jika masih hidup. Pertanggungan masih jalan hingga 100 tahun.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H