Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Tarik Telinga Kelinci, Nasihat dari Rabbit Field

30 Januari 2017   10:24 Diperbarui: 30 Januari 2017   11:41 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan Tarik Telinga Kelinci!" Itulah sebuah nasehat dari Pak Ali, pengelola Rabbit Field (Taman kelinci). Saya berkesempatan menikmati tempat ini dan ngobrol dengan Pak Ali selaku Pengelola.Selain itu ada Pak Budi Santoso, pemilik lahan dan manajemen “Plaza Garden”yang memiliki beberapa destinasi wisatadi Malang

Rabbit Field (dok. pribadi)
Rabbit Field (dok. pribadi)
Perjalanan ke Rabbit Field

Rabbit Field  atau biasa dikenal juga dengan Taman kelincimerupakan tempat edukasi alam, isinya taman dan kelinci-kelinci yang bebas ditaman. Letak tempat ini adalah di wilayah kabupatan Malang. Bila dari kota Batumenuju Jombang/Kediri melalui jalur utama, kita akan melewati Patung Sapi yangarahnya ke Air Terjun Coban Rondo. 

Setelah melewati patung ini, perjalanan akan dihadapkan pada jalanan berkelok. Tak jauhdari itu ada jalan pertigaan, jika ke kiri (jalur utama) menuju ke Jombang/Kediri. Nah, di jalan ke kanan merupakan jalan pintas menuju kota Batu tapi tak melalui jalur ke Air Terjun Coban Rondo. Jika kita dari arahJombang/Kediri tinggal dibalik saja, jika ke kanan arah ke jalur Air Terjun Coban Rondo; maka ambil jalur lurus.

Rabbit Field (dok. pribadi)
Rabbit Field (dok. pribadi)
Setelah di jalan ini, lurus sebentar dan pada jalan ke kiri pertama itulah jalan ke Rabbit Field. Setelah itu akan banyakgambar dan arah yang menunjukkan ke arah Rabbit Field. Jangan kaget dengan jalannya yang kurang nyaman. Destinasi ini merupakan wisata baru di Malang, semoga saja Pemerintah kabupaten Malang memperhatikan jalan-jalan di wilayahnya.

Harga makanan di kampoeng Cafe (dok. pribadi)
Harga makanan di kampoeng Cafe (dok. pribadi)
Sesampainyadi Rabbit Field, lahan parkirnya untuk sepeda motor agak menanjak. Setelah membeli tiket masuk, kita bisabersantai di Kampoeng Cafe dekat pintu masuk. Spot di Pintu Masuk juga merupakan spot awal yang menarik untuk berfoto. Banyak pengunjung yangmemanfaatkan tempat ini sebelum masuk atau ketika mau pulang untuk berfoto. Ada gambar kelinci merupakan daya tarik tersendiri.

Rabbit Field (dok. pribadi)
Rabbit Field (dok. pribadi)
Rabbit Field, Edukasi Alam untuk Anak-anak

Setelah menunggu beberapa waktu, alhasil saya dan rekan Malang Citizen bertemu dengan Pak Ali dan Pak Budi Santoso. Mereka menceritakan konsep awal pembuatan destinasi wisata tentang Kelinci ini, awalnya karena prihatin dengan perkembangan permainan anak-anak.  Main dengan Gadgetmenjadi hal mainstream yang dilakukan anak-anak. "Plaza Garden", menajemen dari Pak Budi mencoba mengembalikan lahan bermain anak-anak ke alam.

Rabbit Field (dok. pribadi)
Rabbit Field (dok. pribadi)
Kenapa Kelinci? Menurut Pak Ali, Kelici dipilih karena mudah diterima anak kecil. Jadi, Taman kelinci ini lebih cenderung untuk anak-anak. Buka tempat ini mulai jam 7 pagi sampai 5 sore. Peresmiannya pada 23 Desember 2016 sudah banyak menarik pengunjung. Pekerja di tempat ini pun dari warga sekitar.

Rabbit Field (dok. pribadi)
Rabbit Field (dok. pribadi)
Saya cukup penasaran dengan kebebasan merokok di tempat ini, karena sebelumnya sayadi alun-alun ada tulisan dilarang merokok. Ketika saya tanya apakah tempat ini bebas rokok? Ternyata dijawab bebas untuk merokok di tempat ini. Hal ini karenalokasinya di ruangan terbuka.

Jangan Tarik Telinga Kelinci (dok. akutau.com)
Jangan Tarik Telinga Kelinci (dok. akutau.com)
Jangan Tarik Telinga Kelinci

"Jangan Tarik Telinga Kelinci!" Nasehat ini menjadi salah satu pengetahuan dari Pak Ali.Kasihan memang kelinci jika dipegang kupingnya, karena syarafnya akan terganggu. Pengelola juga coba memberikan edukasi kepada pengunjung di dalamtentang hal ini. Agar kelinci tak sakit dan bisa dinikmati keindahannya.

Merujuk kaskus, didalam daun telinga kelinci terbanyak syaraf syaraf yang langsung terhubung kekepala kelinci dan pusat pengendali tubuh kelinci itu sendiri, karenanya akansangat berbahaya jika telinga kelinci ditarik, selain kelinci sangat rawan stres, apabila telinga kelinci ditarik akan sangat beresiko kecelakaan, karenanyakelinci cenderung terdiam saat telinganya ditarik, hal ini untuk menghindari resiko kecelakaan yang akan dihadapi jika kelinci berontak.


Hampir sama seperti dituliskan artikel ini,menurut Pak Ali pula baiknya dalam mengambil kelinci jangan ditarik telinganya. Pun begitu saat menggendong dengan baik. Ketahanan telinga kelinci berbedadengan hewan lainnya. Kita perlu memperhatikan syaraf-syarafnya agar kelinci tetap sehat.

Banyak jenis kelinci, membuat berbeda punya kekuatan pada sisi telinganya. Namun meski demikian, kita selayaknya tetap memperhatikan tata cara yang baik memegang dan memperlakukan kelinci. Apalagi di Rabbit Field ini cukup banyak kelinci yang berkeliaran, jika membawa kerabat atau anak-anak sebaiknya diingatkan akan hal ini.


Jenis kelinci yang ada di lapangan Rabbit Field ini jenis Kelinci lokal. Kelinci cenderung tak keluar jika siang hari. Menurut Pak Ali sekitar jam 4 sore barukeluar untuk cari makan. Ada trik khusus dari Pengelola waktu terik jika siang hari; yakni dibatasi keluarnya, jika biasanya 50 kelinci.

Bersama Pak Budi (dok. pribadi)
Bersama Pak Budi (dok. pribadi)
PakBudi juga menjelaskan konsep ke depannya “Plaza Garden” akan membangun lahansekitar 3 Ha untuk Wisata edukasi alam, ada konsep antariksa pula. Beliau punsedikit membahas tentang “Plaza Garden” dengan mengelaborasi kata perkata. Menurutnya Plaza adalah tempatberkumpul dan interaksinya orang. Sedang konsep taman adalah tentang edukasi alam. Semoga saja konsep yang baik dan ramah akan alam semakin berkembang! [SH]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun