"Garing! Saat Saya menjelaskan eeeh Dianya maenin HP, namun ketika Dia yang ngomong semuanya harus memperhatikan. Enggak fair banget," jawab mas Agus.
Terkadang Aku juga suka terlena dengan masa lalu, sehingga perubahan status orang lain tidak membuatku lebih sensitif dalam berinteraksi dan bisa membuat orang tersebut merasa tidak nyaman. Hal ini terjadi ketika Kami bertiga sedang Ngopi Sore (lebih tepatnya malam) setelah selesai rapat dengan pak GM. Sebenarnya Aku bukanlah tim yang diundang untuk menghadiri rapat penting perusahaan. Namun entah kenapa pak GM selalu memintaku untuk mendampingi Beliau disetiap rapat.
"Wuah, hebat sekali pemikiran pak GM tadi yaaa. Bisa-bisanya pak GM melihat peluang setajam itu!" Aku sengaja membuka percakapan sambil menunggu pesanan Kopi datang.
"Iya, betul Mas. Saya juga belum kepikir sampe sejauh itu," sambut mas Agus.
"Menurut mas Iwan gimana?"tanyaku ke Mas Iwan yang masih asyik dengan HPnya.
"Jangan panggil Mas donk! Aku khan atasan kalian, panggil Pak Iwan kek?" katanya (jujur Aku kaget).
"Maaf pak Iwan" kataku pendek.
"Gitu dooooong, Khan lebih enak," katanya bangga.
Ternyata hubungan antara Mas Agus dan Pak Iwan semakin hari kurang harmonis. Perseteruan semakin meruncing dan Aku tidak tahu apakah pak GM menangkap situasi ini.
Suatu ketika pak Iwan mendatangiku dan mengeluhkan prilaku mas Agus yang mengusik kenyamanannya Sebagai Manejer Penjualan.
"Saya khan ga punya banyak waktu untuk mendengar celotehan Anak Muda yang langitan gitu" kata Mas Iwan.