Ternyata harapanku sirna, tatkala di minggu berikutnya si Bocil muncul kembali dengan ciri khasnya bertelanjang dada. Ia kembali dengan sigap berlari kekerumunan motor dengan mengatur antrian agar tidak terlalu dekat dengan perlintasan Kereta.
Ada rasa kekhawatiran dalam diriku tentang si Bocil, tatkala para pengendera sudah mulai memberikan tips disetiap melewati perlintasan. Bukan apa-apa, Anak itu masih terlalu kecil untuk melakukan tugasnya dan juga belum saatnya mengenal uang. Tapi disisi lain cukup beralasan juga bila pengendera memberikan sekedar tips untuk membeli makanan maupun jajan sebagai rasa perhatian terhadap kebaikannya.
Waktu terus berganti, Kini Si Bocil telah tumbuh menjadi seorang remaja. Meskipun sudah menggunakan celana Panjang, tetapi masih mempertahankan ciri khasnya yaitu bertelanjang dada. Agak mengherankan memang dengan tubuhnya, sementara teman-teman yang lain kulit hitam legam terbakar sinar matahari. Tetapi Ia tetap memiliki kulit yang putih, meskipun menampakkan ada tanda-tanda terbakar matahari.
Oh iya, Jam operasional Mereka juga luar biasa. Mereka mengikuti Jam tayang Primer dari Kereta. Bayangkan Kereta mulai sibuk Jam 05.00 pagi hingga Jam 21.00 Malam dan Mereka juga memiliki jam operasional seperti itu. Aku tidak mengatakan menjaga perlintasan kereta adalah pekerjaannya, tetapi yang Aku tangkap adalah membantu kelancaran lalu lintas di perlintasan adalah Passionnya.
Ketika masyarakat mulai menyuarakan agar perlintasan itu ditutup dan sebaiknya dibangun fly over, Aku langsung teringat dengan si Bocil. Terbayang olehku bagaimana passion itu tiba-tiba Kita rampas dari dirinya dan membiarkan dirinya menemukan yang baru. Namun di sisi lain Aku juga harus berfikir seimbang dengan membantu Pemerintah mengurangi kemacetan lalu lintas dan menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas di perlintasan Kereta.
Ternyata Pemerintah Kota madya merespon dengan positif, dan dimulailah pembangun fly over. Awalnya kegiatan Si Bocil dan kawan-kawan justru sangat sibuk, dikarenakan terjadinya peneyempitan ruas jalan akibat adanya pekerjaan pembangunan tersebut. Namun, lambat laun aktifitas Mereka semakin berkurang dengan dibukanya system buka-tutup jalur. Hal ini menyababkan kenderaan lain enggan untuk melewati jalur itu, karena menjadi biang kemacetan.
Pembangunan direncanakan berlangsung selama setahun lebih. Oleh karena itu Aku menghindari jalur perlintasan kereta dan kembali ke rute normal, meskipun sedikit agak jauh namun trafik lalulintas tidak sepadat di jalur perlintasan kereta. Lambat laun, Karena sibuk dengan kegiatan sehari-hari, Akupun mulai melupakan jalur perlintasan kereta termasuk dengan para Volunter perlintasan khususnya si Bocil.
Fly Over telah diresmikan dan mulai digunakan. Meskipun ada kenikmatan baru berlalu lintas yang lancar dan tanpa halangan. Namun ada kenangan yang hilang setiap melintasi rute itu kembali. Aku tidak menemukan Si Remaja Bocil yang bertelanjang dada berdiri di tengah jalan sedang menjaga perlintasan, karena perlintasan sudah ditutup dan nyaris tak terlihat lagi.
Dimanakah para volunteer itu sekarang? Bagaimana dengan si Bocil?
Aku mencoba mengingat-ingat bagaimana hiruk pikuk kemacetan yang ada dan kesibukan para volunteer menebarkan kebaikan dengan suka rela membantu setiap pengendara agar bisa lewat dengan nyaman dan aman.
Suatu hari, Aku berkempatan menemani Istri untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Seperti biasa, Sambil menunggu. Aku biasanya menghabiskan waktu di dalam mobil dengan membaca atau mengetik cerita yang masuk dalam imajinasiku saat itu. Tiba-tiba aku mendengar ada yang mengetuk kaca mobil dan memberi isyarat perlu uang untuk makan. Pandanganku tidak begitu jelas, karena belum menggunakan kacamata.