Mohon tunggu...
selamat martua
selamat martua Mohon Tunggu... Penulis - Marketer dan Penulis

Hobby: Menulis, membaca dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berbeda Impian

5 Oktober 2020   06:50 Diperbarui: 5 Oktober 2020   07:43 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Harganya udah mentok Pak" tanya calon Pembeli.

"Iya Mas, sudah mentok 100 Juta" ulang Pak Sumilan ke caon pembeli tersebut.

"Wuaduuuh, berat nih. Harganya ketinggian". Kata calon pembeli, sambil mengetok-ngetok body mobil seakan tidak yakin dengan body mulus mobil tersebut.

"Saya jamin body masih original, mesin OK dan pemeliharaannya tepat waktu. Mobil ini tidak biasa pake BBM subisidi, karena ini mobil mandiri" Pak Sumilan menjelaskan detail mobil tersebut.

"Sayang Velgnya udah tidak standar. Coba kalau standar mobil ini terlihat lebih orisinil" Calon pembeli mencoba berdalih.

"Saya bisa aja kasi Velg yang standar, kalo memang ingin terlihat orisinil. Tapi harga ga'akan berubah!" Pak Sumilan mengeaskan kembali.

"Padahal yang pengen mobil ini Pak haji lhoo!" lanjut calon pembeli.

"Betuul yang mau beli pak Haji?" tanya pak Sumilan ke calon pembeli yang kelihatannya Cuma calo.

 "Iya be.... betul Pak" Kata calon pembeli tersebut gugup.

"Ya udah Saya minta no. HP pak Haji deh, biar Saya langsung ngomong sama Beliau" Kata pak Sumilan.

Transaksi hari itu gagal lagi. Sudah beberapa kali orang yang ngaku calon pembeli mobil pak Haji, tetapi pendekatannya selalu pake cara-cara calo. Kelihatannya Pak sumilan tahu betul dan bisa membaca gelagat Mereka.

Oleh sebab itu cara Pak Sumilan mengusir calon pembeli dengan menawarkan harga mobil yang tinggi. Biasanya Calo tersebut menggunakan atribut pak haji, pak Lurah dan bapak-bapak lainnya untuk mendapatkan harga yang murah. Tujuannya tidak lain mendapatkan keuntungan yang besar.

Ada keunikan Pak Sumilan saat menawarkan mobilnya, baik melalui media sosial maupun iklan. Ia menginginkan pembeli mobil itu adalah pemakai, bukan penjual mobil/reseller.

Catatan itu selalu jadi komentar para netizen di media sosial, tetapi Pak Sumilan tidak peduli. Dia selalu berpendapat kalo jodoh tidak akan lari kemana. Dan hebatnya lagi, Aku belon ketemu apa yang melatarbelakangi keputusan Pak Sumilan untuk ngotot bersikap seperti itu.

Hari itu Pak Sumilan kedatangan calon Pembeli, seorang Anak Muda dan kelihatannya cocok dengan kriteria pak Sumilan. Saat memandang mobil tersebut, matanya berbinar-binar menunjukkan kegembiraan.

"Ini dia mobil yang Aku cari!!!" kata anak Muda itu spontan.

"Oh yaaaa. Mudah-mudahan berjodoh" sambut pak Sumilan dengan santainya.

Lha udah ketemu orang yang minat, tetapi Pak Sumilan menyambutnya biasa saja.

Mungkin Pak Sumilan bosan lihat calon pembeli selama ini yang bisanya Cuma memPHP.

Ato ada hal lain yang Aku belon mengerti (pikirku dalam hati).

"bisa kurang Pak"langsung tanya Anak Muda tersebut tanpa basa-basi.

"Sebentar!. Boleh tahu, mobil mau dipakai apa ya Nak?" tanya Pak Sumilan.

Aneh! Menurutku kalau mobil sudah dibayar dan berpindah tangan khan bukan urusan Kita lagi. Terserah pemilik baru mau diapain. Kenapa repot-repot nanya mobil mau pakai untuk apa, yang penting minat, harga sepakat, Deal!!!. Oh iya ada lagi, surat jual beli dan balik nama, biar ga berurusan dengan pihak kepolisian kalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Ini mobil impian Saya Pak. Nanti kalau deal mobil ini akan Saya modif supaya lebih keren" jawab Anak Muda tersebut dengan meyakinkan.

"Hmmmmmmm, akan dimodif yaaaaa? Apanya yang ingin dimodif?" tanya Pak Sumilan dengan mimik serius.

"Pertama Saya akan rombak dan pasang Sunroof, kemudiannnn emmmmm bemper Saya akan ganti yang lebih Sporty, Audio  dan lampu Saya akan ganti" Dengan bangganya Anak Muda itu menjelaskan lebih detail.

"Maaf Nak. Saya ga jadi jual. Aku tidak ingin melihat mobil ini Kau cincang kesakitan!!" kata Pak Sumilan sambil meninggalkan Anak Muda tersebut terbengong-bengong.

"Mungkin belum rezeki Mas, mudah-mudahan dapat yang lebih baik" kataku menghibur Anak Muda tersebut.

"Iya Pak. Tapi apa salah Saya yaaa?" Tanya Anak Muda itu sambil pamit.

Dua Minggu setelah kejadian Aku tidak ketemu Pak Sumilan, karena kesibukan masing-masing. Tetapi rasa penasaranku terhadap alasan Pak Sumilan masih terus menghantui diriku.

Pagi ini Aku mengunjungi Rumah pak Sumilan sambil membawa beberapa oleh-oleh Wingko yang sangat Ia sukai.

"Mari masuk. MasyaAllah wa Tabarokalloh, kok repot-repot bawa oleh-oleh Semarang. Tahu aja kalau Saya suka banget. Terima kasih yaaa" respon Pak sumilan saat menyambut kedatanganku.

"Aaaaah, engga'seberapa. Sekedar ingat Pak sumilan saja waktu aku nongkrong di Simpang Lima" kataku menjelaskan.

"Gimana Bandara Ahmad Yani yang baru bagus yaaa?"tanya beliau.

"Iya bagus dan lebih bersih. Pokoknya nyaman. Senyaman mobil Pak Sumilan" Jawabku membelok percakapan.

"Kamu Naksir?"Balik pak Sumilan bertanya.

"Wuaaah, Saya belon punya uang sebanyak itu"Jawabku polos.

"Kalo kamu mau ya udah Saya kasih murah. Yang penting Kamu pelihara seperti Aku memelihara mobil itu" Kata Pak Sumilan.

"Sebenarnya apa sih tujuan Pak Sumilan Jual mobil ini?" tanyaku lebih lanjut.

"Aku sudah nyaman dengan mobil ini dan aku ingin berbagi kenyamanan dengan orang lain. Aku ingin pembeli mobil ini menyayangi seperti Aku memperlakukan mobil ini. Aku tidak mengijinkan mobil ini minum bahan bakar bersubsidi dan menggunakan spare part harus yang Orisinil" Pak sumilan menjelaskan syaratnya secara rinci.

"Terus kenapa ga' Pak Sumilan jual ke Anak Muda itu?. Khan Dia juga mengimpikan mobil Bapak?" tanyaku lebih dalam.

"Mungkin Dia mendapatkan mobil impian dariku, tapi setelah itu dia cincang ini mobil hingga berubah dari aslinya. Nah kalo itu Aku keberatan. Aku bisa merasakan betapa tidak nyamannya mobil ini ketika dikupas, dikerok dan dikuliti hingga memiliki wajah yang tidak kukenali" Pak Sumilan memberi alasan.

"Tapi khan mobil udah dibeli. Bukannya terserah si pemilik baru mobil mau  diapain?" tanyaku semakin tajam.

"Makanya aku merasa ga sebanding. Dia mendapatkan mobil impian dan aku kehilangan mobil impian. Mending ga' usah!" katanya sambil membawa oleh-oleh itu ke dalam rumah.

Hmmmm, Andaikan Aku punya uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun