"Aaaaaah, itu dulu. Sekarang Awak ini Apalah. Hutang dimana-mana, kawanpun tak punya. Untung si Komang itu baek sama Awak. Kalo tidak mungkin Awak udah nginap di penjara" katanya dengan mimic sedih.
"Si Budi mana Pakcik?" tanyaku tentang Putra kedua Pakcik Tiro.
"Ada dibelakang" jawab pakcik Tiro.
"Apa usahanya? Â Lanjut aku ingin tahu.
"Tadinya khan bantu-bantu awak, tapi sekarang nganggur. Kasihan juga Dia agak terpukul dengan situasi yang Kami hadapi" kata Pakcik tiro menjelaskan prihal putranya.
"Kalo Budi mau, bisa kerja ditempat Saya. Yaa sekedar nambah pengalaman. Nanti kalo sudah bisa mandiri, Dia bisa meneruskan bisnis Pakcik Tiro" kataku menawarkan ke pakcik Tiro.
"Awak masih punya tunggakan hutang ke kantornya Nak Tantan. Kalo ada yang bisa diambil, silahkan ambil saja untuk membayar hutangku itu"kata Pakcik Tiro pasrah.
"Wuaaaaah, Kita sekarang ga bicara hutang. Tapi bagaimana caranya suapaya Pakcik Tiro bisa bangkit dan Berjaya seperti dulu" kataku menyemangati.
Aku pamit dari kediaman Pakcik Tiro sambil menyerahkan sedikit bantuan tanda keprihatinan dari Asosiasi Pengusaha di Kota ini. Banyak hikmah yang Aku petik dari kejadian ini. Semoga pakcik Tiro bisa bangkit lagi dan memiliki Budi sebagai penerus usaha dengan cara-cara yang lebih berkah.
WFH, 28-09-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H