Namaku Berlian dan Aku adalah seorang sales barang elektronik dan spesialisasiku adalah mesin cuci kelas Premium. Pelangganku untuk korporasi biasanya Hotel, perusahaan Laundry dan untuk retail bisanya kelompok perumahan Menengah Atas.
Aku memiliki kebiasaan melakukan kunjungan pelanggan untuk lebih memahami harapan pelanggan dan juga dalam rangka mempertahankan Pelanggan. Maklumlah persaingan penjualan barang elektronik sangat ketat, kalo tidak dekat dengan Pelanggan, bisa-bisa Mereka hengkang dari Perusahaan Kami.
Dalam melakukan kunjungan Aku tetap menjaga professionalisme sebagai Sales. Aku tetap berusahan netral terhadap berbagai keadaaan, termasuk kondisi yang Aku hadapi sekarang ini.
"Bu Henny ngomong apa? Ada ngomongin tentang Saya ga?" Tanya mba Diah kepadaku, saat Aku melakukan daily visiting ke Kastamer.
"Aah tidak ada mba Diah, mba Henny hanya cerita tentang Putrinya Evi yang sebentar lagi mau wisuda", jawabku.
"Alaaaah, baru wisuda aja sombongnya minta ampun. Gimana kalo udah kerja, udah punya usaha, hidungnya pindah ke kuping kali" Kata mba Diah sengit.
"Ngga' mba Diah, malah mba Henny itu salut sama mba Diah, yang udah berhasil menyekolahkan anaknya hingga sarjana semua"
"Malah Beliau salut banget sama Barep putranya mba Diah yang udah berhasil meraih gelar MBA dan udah bekerja di luar negeri lagi" Kataku berusaha menentramkan hati mba Diah.
Begitulah perseteruan dua tetangga yang menjadi pelanggan utama Kami.
Terkadang tensi tinggi ada di pihak mba Henny, terkadang ada di mba Diah. Penyulutnya bisa macam-macam, masalah suara mobil terlalu berisiklah, masalah Tukang Sayur yang terlalu lama melayanilah, pokoknya pemicunya hanya masalah sepele.
Awal perseteruan kedua tetanggga bermula dari kehadiran pohon Nangka. Mba' Diah memiliki pohon Nangka yang sangat rimbun dan kalau panen, hmmm buahnya banyak dan rasanya juga sangat manis. Saking rimbunnya, pohon tersebut tumbuh menyeberang ke pekarangan Mba' Henny.