Disaat peluh berhasil mengintip isi dunia perlahan
menjadi petanda, apa yang sedang engkau kerjakan
jawabku lirih dan tak terdengar walau banyak telinga terpasang
kemandegan berpikir-pun kembali nampak menjegal
kemana ??? jemari-jemari yang selalu mengantarkan isi otakmu
berhentilah sejenak, jemarimu sudah penuh dengan peluh
basuh dan ajaklah jemarimu kembali
berhentilah sejenak, jemarimu sudah menjadi pelupa
basuh dan tuntunlah jemarimu dengan isi otakmu
kemana ??? jemari-jemari yang selalu mengantarkan kata untuk sebuah makna
bersandarlah untuk beberapa saat, karena jemarimu terlihat lelah
basuh dan genggamlah otakmu jangan kau lepas
goreskan sejenak, karena jemarimu rindu akan kelembutan-kelembutan itu
tuntunlah jemarimu kembali, menjadi candu di keheningan malam
bersiaplah untuk kembali, karena jemarimu telah pergi jauh dari otakmu
jemari itu pun kembali
menggoreskan kata demi kata yang tercerabut
menjadi barisan kalimat menjadi pengingat
bahwa jemari-jemariku kemarin, kenapa menjadi pelupa
dan bersyukurlah karena kita sering menjadi pelupa atau memang dilupakan?
kenapa? karena pelupa menjadi pengingat hidup sejatinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H