Menengok dipojok kampung itu, nampak sayup-sayup terdengar nyanyian berkibarlah benderaku, lambang suci gagah perwira...belasan anak kampung pun sedang beradu nyanyi lagu-lagu perjuangan Indonesia. Tak luput di ruang pojok sebelah lagi, terlihat ekspresifnya anak-anak kampung dan siswa-siswi MTs PAKIS menyuarakan barisan sajak-sajak kemerdekaan (sajak suara buah karya Wiji Tukul, bebas atau merdeka karya Isrodin, dan beberapa puisi karya sahabat-sahabat kompasianer mbak Fitri Manalu dan yang lain) hingga larut malam pun tiba iringan orkes sebagai penghangat pengantar mereka harus merajut alam bawah sadar di gubug-gubug yang terpencar dibalik rerimbunan pinus tinggalan nenek moyang.
Pagi itu datang kembali, ketika para pemainrong dina dadi wong ndesa terbangun dari mimpi-mimpi menjadi orang desa disaat aroma kopi jawa hangat itu sudah tersaji, teh sepet berjejal dihiasan ruang meja prasmanan, berbagai khas makanan desa (mulai dari olahan singkong, ketela rambat, godogan pisang, rempeyek kedelai, ciwel, intil, mendoan tempe) sampai sajian butiran air keberkahan dari langit pun kerap menghujami negeri yang sangat melimpah di pagi sampai menjelang siang di kampung itu.
Dari yakin ku teguh, hati ikhlasku penuh, akan karunia Mu, tanah air pusaka, Indonesia merdeka, syukur aku sembahkan kehadlirat Mu Tuhan, menjadi satu kebanggaan hari itu bagi mereka tatkala dua hari menjadi orang desa, berbaur menyatu menjadi simbol kemerdekaan yang memang tahu batas.
Tanah air ku tidak kulupakan, kan terkenang selama hidupku, biarkan pun saya pergi jauh, tidakkan hilang dari kalbu, tanah yang kucintai, engkau kuhargai (penggalan bait lagu tanah airku). tanah airku takkan aku lupakan, engkau kan ku banggakan. Putaran waktu pun terus bergulir hingga tepat pukul 10 pagi para penghuni kampung kembali berkumpul di pojokan panggung dikampung itu.
Sebuah karya yang didedikasikan untuk negeri, rangkaian kegiatan menjelang usai menjadi orang desa saat itu pun digelar satu persatu. Memulai menebar benih-benih tanaman sejenis tanaman apung (tebar benih azola) di kolam belum ada endemiknya, harapan dari bibit azola ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan, hewan ternak kambing, sampai hiasan telaga kumpe menjadi hijau dengan ganti nama telaga azola.
Ayo menanam untuk Indonesia hijau karena alam tak akan mengingkari janjinya, gerakan hutan sebagai paru-paru dunia harus terus kita jaga, aneka tanaman buah-buahan di kawasan hutan pun dikembangkan dengan sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat, kemudian disusul tebar benih ikan sebagai modal endemik telaga azola kedepan.
Endemik elang jawa yang kerap melintasi tepian bukit-bukit itu harus merasa nyaman dan tetap utuh menjadi bagian dari riuh hunian ayam alas yang sering keluar dari semak belukar bukit itu, kearifan lokal yang harus terus bisa dijaga untuk terus dikembangkan hingga berdampak pada lingkungan.
Puncak kegiatan rong dina dadi wong ndesa pun tiba, Bank Indonesia dengan salah satu tugasnya pun menjelaskan seluk beluk Rupiah sebagai mata uang Indonesia, tugas lain yang tak kalah penting adalah urusan moneter di Negara Indonesia, kampung itu pun tak luput diejawantahkan dengan kerja nyata dengan memberikan paket-paket sembakao gratis untuk 120-an kepala keluarga, aneka bazar pakaian pun digelar sebagai wujud bahwa perekonomian masyarakat tetap berfungsi seimbang menyesuaikan zaman.