Mohon tunggu...
Kang Isrodin
Kang Isrodin Mohon Tunggu... wiraswasta -

aku anak desa yang punya mimpi,membangun Indonesia dengan memulai dari desa untuk Indonesia, memulai dari park farmer PAKIS wujud dedikasi utk negeri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rong Dina Dadi Wong Ndesa, Merdeka!

15 Agustus 2016   15:45 Diperbarui: 18 Agustus 2016   14:17 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kemerdekaan menembus batas_masuk kawasan hutan_dokpri

lomba slumbat kelapa_kearifan lokal_dokpri
lomba slumbat kelapa_kearifan lokal_dokpri
lomba tangkap belut_bermain kembali kealam_dokpri
lomba tangkap belut_bermain kembali kealam_dokpri
lomba balap getek/rakit_dokpri
lomba balap getek/rakit_dokpri
lomba balap upih/pelepah pohon pinang_dokpri
lomba balap upih/pelepah pohon pinang_dokpri
Semangat perjuangan pun nampak jelas berasa ketika 6 kelompok beradu otak untuk mengatur strategi untuk menjadi yang terbaik, bukan menjadi juara tujuan saya ungkap sang pemenang, yang terpenting adalah kita mampu benar-benar bisa memaknai arti kemerdekaan yang sesungguhnya, bahwa semua kemerdekaan itu butuh perjuangan, kebersamaan bahkan pertaruhan hidup pun harus siap dikorbankan, ucap peserta saat memberikan kesan pesan kelompok merah dan putih yang memang menjadi juara umum di berbagai perlombaan yang digelar.

Menengok dipojok kampung itu, nampak sayup-sayup terdengar nyanyian berkibarlah benderaku, lambang suci gagah perwira...belasan anak kampung pun sedang beradu nyanyi lagu-lagu perjuangan Indonesia. Tak luput di ruang pojok sebelah lagi, terlihat ekspresifnya anak-anak kampung  dan siswa-siswi MTs PAKIS menyuarakan barisan sajak-sajak kemerdekaan (sajak suara buah karya Wiji Tukul, bebas atau merdeka karya Isrodin, dan beberapa puisi karya sahabat-sahabat kompasianer mbak Fitri Manalu dan yang lain) hingga larut malam pun tiba iringan orkes sebagai penghangat pengantar mereka harus merajut alam bawah sadar di gubug-gubug yang terpencar dibalik rerimbunan pinus tinggalan nenek moyang.

lomba sastra_sajak kemerdekaan_dokpri
lomba sastra_sajak kemerdekaan_dokpri
Itulah cara mereka dalam memaknai perjuangan kemerdekaan Indonesia, bahwa kemerdekaan itu di dapat penuh pengorbanan, pesan yang harus kita gelorakan di era sekarang adalah bagaimana kita mampu membumikan karya-karya nyata dengan cara berkarya, bekerja bersama-sama masyarakat level bawah sekalipun yang memang butuh untuk disentuh agar terus bergeliat, berkembang sehingga mampu mengenali dirinya telah merdeka dan saling memerdekaan yang lain.

Pagi itu datang kembali, ketika para pemainrong dina dadi wong ndesa terbangun dari mimpi-mimpi menjadi orang desa disaat aroma kopi jawa hangat itu sudah tersaji, teh sepet berjejal dihiasan ruang meja prasmanan, berbagai khas makanan desa (mulai dari olahan singkong, ketela rambat, godogan pisang, rempeyek kedelai, ciwel, intil, mendoan tempe) sampai sajian butiran air keberkahan dari langit pun kerap menghujami negeri yang sangat melimpah di pagi sampai menjelang siang di kampung itu.

Dari yakin ku teguh, hati ikhlasku penuh, akan karunia Mu, tanah air pusaka, Indonesia merdeka, syukur aku sembahkan kehadlirat Mu Tuhan, menjadi satu kebanggaan hari itu bagi mereka tatkala dua hari menjadi orang desa, berbaur menyatu menjadi simbol kemerdekaan yang memang tahu batas.

Tanah air ku tidak kulupakan, kan terkenang selama hidupku, biarkan pun saya pergi jauh, tidakkan hilang dari kalbu, tanah yang kucintai, engkau kuhargai (penggalan bait lagu tanah airku). tanah airku takkan aku lupakan, engkau kan ku banggakan. Putaran waktu pun terus bergulir hingga tepat pukul 10 pagi para penghuni kampung kembali berkumpul di pojokan panggung dikampung itu.

Sebuah karya yang didedikasikan untuk negeri, rangkaian kegiatan menjelang usai menjadi orang desa saat itu pun digelar satu persatu. Memulai menebar benih-benih tanaman sejenis tanaman apung (tebar benih azola) di kolam belum ada endemiknya, harapan dari bibit azola ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan, hewan ternak kambing, sampai hiasan telaga kumpe menjadi hijau dengan ganti nama telaga azola.

Ayo menanam untuk Indonesia hijau karena alam tak akan mengingkari janjinya, gerakan hutan sebagai paru-paru dunia harus terus kita jaga, aneka tanaman buah-buahan di kawasan hutan pun dikembangkan dengan sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat, kemudian disusul tebar benih ikan sebagai modal endemik telaga azola kedepan.

Endemik elang jawa yang kerap melintasi tepian bukit-bukit itu harus merasa nyaman dan tetap utuh menjadi bagian dari riuh hunian ayam alas yang sering keluar dari semak belukar bukit itu, kearifan lokal yang harus terus bisa dijaga untuk terus dikembangkan hingga berdampak pada lingkungan.

Puncak kegiatan rong dina dadi wong ndesa pun tiba, Bank Indonesia dengan salah satu tugasnya pun menjelaskan seluk beluk Rupiah sebagai mata uang Indonesia, tugas lain yang tak kalah penting adalah urusan moneter di Negara Indonesia, kampung itu pun tak luput diejawantahkan dengan kerja nyata dengan memberikan paket-paket sembakao gratis untuk 120-an kepala keluarga, aneka bazar pakaian pun digelar sebagai wujud bahwa perekonomian masyarakat tetap berfungsi seimbang menyesuaikan zaman.

PAKIS diamanati program pendidikan agroforestry oleh BI_dokpri
PAKIS diamanati program pendidikan agroforestry oleh BI_dokpri
Selesai untuk memulai kerja nyata, kepercayaan yang diberikan Bank Indonesia untuk para pegiat pendidikan dan sosial entrepreneurship di kampung itu Park Farmer “PAKIS” mendapatkan amanat untuk mengembangkan program pendidikan berbasis agroforestry atau lebih akrab program pendidikan pertanian terpadu dengan pemanfaatan hutan dan lingkungan sebagai media pembelajaran dan sekaligus pengajaran yang mampu memberikan dampak ekonomi sehingga dirasa mampu mensejahterakan masyarakat yang tinggal disekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun