Mohon tunggu...
tri bawonoaji
tri bawonoaji Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

Saya adalah manusia biasa saja seperti yang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Tragedi Kampus Giliwangi

13 September 2023   00:55 Diperbarui: 13 September 2023   00:56 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Betul Mas Bayu, sebaiknya sebisa mungkin masalah ini berakhir di sini malam ini juga. Kalau melibatkan polisi nanti malah beritanya bisa digoreng nggak karu-karuan dan nyebar kemana-mana. Reputasi kampus bisa jatuh”, kata Pak Ahmadi menanggapi usulan Bayu.

Bayu pun akhirnya bisa bernafas dengan lega, setidaknya dia tidak dibawa ke kantor polisi untuk mintai keterangan malam ini.   

Pak Ahmadi kemudian memanggil beberapa warga kampung untuk membantunya. Bukan warga biasa, didatangkannya para tetua adat kampung notabene punya keahlian spiritual. Butuh waktu tak sebentar untuk bisa membuat sadar Jesika, juga butuh persyaratan yang tak sedikit dan tak mudah, termasuk kepala kambing segar. Sehabis dipotong, kepala kambing itu mesti segera ditanam di halaman gedung laboratorium. Ritual adat dilakukan diam-diam malam itu. Di lantai 3 gedung laboratorium berlanjut ke halaman belakang gedung.

“Sukma Jesika sedang disandera di alam siluman. Harus dikeluarkan secepatnya ! Jika tidak, nyawa anak ini nanti bisa ikut melayang”, jelas Mbah Wiro, salah satu tetua adat yang memimpin ritual. Segera setelah melakukan penerawangan dengan mata batinnya.

Bayu hanya bisa menjadi pengamat, sementara Pak Ahmadi sibuk berkoordinasi dengan petugas sekuriti yang lain. Mengkondisikan keadaan supaya aman terkendali.

Usut punya usut, gedung kampus baru itu ternyata berdiri di lahan sengketa. Beberapa warga ada yang masih belum ikhlas melepas tanahnya dengan imbalan ganti rugi yang ditawarkan pihak developer. Beberapa warga yang tak ikhlas melepas tanahnya itu, akhir-akhir ini sering bersekutu melakukan ritual-ritual kuno untuk membuka pagar gaib di kompleks makam keramat. Berharap siluman penunggu makam itu terlepas dan melakukan teror di kompleks gedung kampus baru tersebut.

Di area kompleks gedung kampus baru itu memang terdapat makam keramat yang belum dipindahkan sesuai kesepakatan bersama warga kampung sekitar. Tepatnya di halaman belakang gedung laboratorium. Ilusi yang dialami Jesika malam itu adalah ulah siluman penunggu makam keramat tersebut. Berwujud seperti manusia dengan tubuh yang dipenuhi bulu lebat, tapi kepala dan kakinya seperti kerbau.

Siluman itu dulunya berhasil ditakhlukkan oleh sang empunya makam keramat tersebut. Setia menemani kemanapun beliau pergi. Sampai beliau wafat, siluman itu juga masih setia menunggui makamnya. Area pergerakannya kemudian dibatasi pagar gaib oleh para tetua adat yang terdahulu. Hanya di sekitar kompleks makam keramat saja. Supaya tidak mengganggu warga dengan ilusinya yang aneh-aneh.

Belum jelas mulai kapan siluman itu terlepas. Yang jelas, malam itu Jesika sudah menjadi korbannya. Beruntung akhirnya masih bisa diselamatkan. Singkat cerita, Jesika berhasil siuman dari pingsan setelah ritual adat diadakan. Mbah Wiro beserta tim spiritualnya berhasil bernegosiasi dengan si siluman. Tapi tentu saja perlu waktu untuk memulihkan kondisi mentalnya sehingga harus segera dilarikan ke klinik psikiater dan menjalani serangkaian terapi psikologis.

Maka sejak kejadian itu, pihak manajemen kampus segera bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk membereskan persoalan agraria yang selama ini terus ditunda-tunda, termasuk memindahkan makam keramat tersebut ke lokasi yang telah menjadi kesepakatan dengan warga sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun