Mohon tunggu...
tri bawonoaji
tri bawonoaji Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

Saya adalah manusia biasa saja seperti yang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Tragedi Kampus Giliwangi

13 September 2023   00:55 Diperbarui: 13 September 2023   00:56 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makam Keramat

youtube.com/Prasetya DH
youtube.com/Prasetya DH


Sementara itu, di gedung laboratorium lantai 3, tampak seorang mahasiswa celingak-celinguk seperti mencari seseorang. Cowok berkacamata tebal itu menebar pandangan matanya ke seluruh ruangan lab yang sejak dia datang pintunya tak terkunci. Kuncinya ditemukan tergeletak di atas meja, bersebelahan dengan tas punggung warna cerah yang dihiasi pernak-pernik aksesoris di beberapa sisi. Sudah bisa dipastikan itu tas cewek. Di luar tadi juga dia lihat sepatu sendal cewek terpampang di rak sepatu. Tapi ke mana orangnya?

“Ah, mungkin sedang ke kamar mandi”, gumamnya pelan.

Mahasiswa itu tak mau ambil pusing dan buang buang waktu, segera dihampirinya sederet rak yang berisi sampel objek penelitian miliknya. Jika tak segera dilakukan pencatatan data, nanti keburu kelewat jamnya. Sambil berjongkok segera diukurnya tinggi kecambah tanaman yang tumbuh di tiap lubang tray semai lalu dicatatnya ke dalam lembar kertas berisi tabel.

Sampai separuh jumlah sampel berhasil dilakukan pengukuran dan pencatatan, teringatlah dia tentang sepatu dan tas perempuan yang dilihatnya tadi. Pemiliknya sebetulnya ke mana? Sebab sudah cukup lama dia beraktivitas. Untuk separuh sampel saja dia biasa memakai waktu hampir 1 jam. Seandainya berada di kamar mandi, masa sih belum juga keluar? Rasa penasaran pun mengusik konsentrasinya. Diletakkannya semua peralatan, lalu bangkit dan melangkah keluar ruangan menuju kamar mandi.

Alangkah terkejutnya dia ketika melihat tubuh seorang gadis terbaring di lantai dalam posisi miring mepet ke tembok, tanpa busana! Jas lab, kemeja dan celana jeans tampak berserakan di sekitarnya, juga pakaian dalam. Buru buru dihampirinya tubuh si gadis, dipegangnya urat nadi di leher untuk memastikan apakah masih bernyawa atau tidak. Yakin urat nadi yang dipegangnya masih berdenyut, segera diselimutinya tubuh si gadis dengan jas lab lalu dibopongnya masuk ke dalam ruang laboratorium. Dibaringkan tubuh si gadis di atas meja yang paling panjang.

Si mahasiswa itu tampak begitu cekatan, mulai dari caranya mengecek denyut nadi, membopong, hingga upayanya menyadarkan si gadis dari pingsan. Rupanya dia itu adalah mahasiswa yang sering menjadi relawan kegiatan kemanusiaan. Perkara pertolongan pertama pada kecelakaan, dia sudah hafal di luar kepala. Dialah Bayu, mahasiswa semester akhir yang seharusnya menerima estafet kunci ruang laboratorium dari Jesika, sebagaimana pesan yang disampaiakan oleh Dewi si asisten praktikum tadi. Sedangkan si gadis tak sadarkan diri yang ditolongnya itu tentu saja adalah Jesika.

Selihai-lihainya Bayu menangani orang yang sedang pingsan, kali itu tetaplah dia agak canggung bercampur gelisah. Pertama karena aneh, tubuh si gadis yang ditolongnya itu ditemukan sudah dalam keadaan tanpa busana. Terang saja kepalanya langsung terjejali dengan berbagai pertanyaan. Kedua, ini bisa berbahaya buat dirinya sendiri. Salah-salah, dia bisa jadi tertuduh sebagai pelaku pelecehan seksual. Akhirnya, diputuskanlah untuk tetap melapor ke petugas security kampus. Ketimbang ragu-ragu, Bayu lebih memilih pasrah mengikuti prosedur. Ragu-ragu justru akan mengundang kecurigaan. Yakin bahwa kebenaran punya cara sendiri untuk menemukan jalannya.

Singkat kata, Pak Ahmadi, petugas security yang hari itu jadwal jaga malam berhasil ditemuinya dengan cepat. Beruntungnya, Pak Ahmadi ini tergolong orang yang bijak, bisa dengan mudah memahami laporan Bayu. Rupanya Pak Ahmadi itu orang asli kampung terdekat, sudah mafhum dengan kejadian-kejadian aneh di kawasan kampus baru tersebut. Lagipula, Pak Ahmadi percaya pada Bayu yang sudah dikenalnya sebagai mahasiswa semester akhir tanpa cacat reputasi. Pak Ahmadi juga sepakat dengan usulan Bayu untuk tidak terburu-buru melibatkan pihak kepolisian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun