Mohon tunggu...
tri bawonoaji
tri bawonoaji Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

Saya adalah manusia biasa saja seperti yang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahaya! Terlelap di Dunia Maya Bikin Tidur Jadi Tak Lelap

7 September 2023   22:17 Diperbarui: 7 September 2023   22:26 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai varian produk digital sekarang semakin terkoneksi dengan internet. Harganya punsemakin terjangkau sehingga hampir setiap orang sekarang memilikinya. Media digital pun semakin mudah diakses, termasuk medsos yang memungkinkan kita saling terhubung tanpa batas jarak. Juga menawarkan kebebebasan untuk mengeksplorasi berbagai macam informasi yang bertebaran di dunia maya. Maka tak heran jika pemakai media sosial saat ini seringkali terlalu lelap menyelam di dunia maya hingga lupa pada kenyataan. Nyatanya, memakai medsos secara berlebihan dapat membahayakan kesehatan.

Pemakaian media sosial yang berlebihan bisa mempengaruhi kualitas tidur kita. Media sosial dapat menyebabkan digital overload, yaitu fenomena di mana kita merasa kewalahan oleh gelombang informasi dan notifikasi yang tak pernah berhenti dari media digital. Hal ini dapat menimbulkan stres, kecemasan, depresi, dan gangguan tidur. Penggunaan smartphone, laptop, atau TV sebelum tidur dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur kita. Komunikasi melalui media digital seringkali kurang mendalam dan bermakna daripada komunikasi tatap muka. Kita mungkin merasa terhubung dengan banyak orang secara online, tetapi sebenarnya merasa kesepian dan terisolasi secara offline. Hal ini dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional dan psikologis kita, yang juga berdampak pada kualitas tidur kita.

Perlu diingat bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh. Tidur yang cukup dan berkualitas dapat memberikan berbagai manfaat. Saat kita sedang tidur, otak kita akan memproses informasi dan memori, sehingga kita lebih mudah fokus dan mengingat hal-hal secara detail. Saat tidur pula, hormon pertumbuhan akan membangun, memperbaiki, dan menjaga otot serta tulang. Jika kurang tidur, proses ini akan terganggu. Tidur juga dapat menyegarkan pikiran dan mengurangi stres, sehingga kita lebih bahagia dan bersemangat dalam menjalani aktivitas.

ichwanulmuslim.com/
ichwanulmuslim.com/

Tidur yang cukup dapat melindungi tubuh kita dari infeksi dan peradangan dengan cara meningkatkan produksi sitokin, yaitu protein yang berperan dalam sistem imun. Tidur dapat menurunkan tekanan darah dan hormon stres yang dapat memicu penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi dan serangan jantung. Kualitas tidur yang baik dapat menyeimbangkan hormon leptin, yaitu hormon yang menciptakan rasa kenyang. Jika kurang tidur, hormon ini akan menurun dan membuat kita lebih mudah lapar.

Kebutuhan manusia untuk tidur pada bayi adalah 13-16 jam untuk menunjang pertumbuhan, pada anak adalah 8-12 jam untuk perkembangan otak anak-anak untuk ketahanan memori, pada orang dewasa adalah 6-9 jam untuk menjaga kesehatan dan pada usia lanjut adalah 5 -8 jam untuk menjaga kondisi fisik.

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas selanjutnya disebut sebagai Insomnia. Insomnia dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat tanpa pandang bulu. Baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah, anak-anak, orang tua, orang dewasa maupun para lanjut usia. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20-50 % orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17 % mengalami gangguan tidur serius. Berdasarkan survei yang ada, prevalensi insomnia yang terjadi di Amerika mencapai 60-70 kasus orang dewasa. Insomnia memiliki pre dominansi terhadap perempuan. Sekitar 25% kasus insomnia dialami pada usia 65 -79 tahun dan 14% terjadi pada usia 18 -- 34 tahun. 

Apakah kalian juga termasuk di dalamnya ? Coba kenali ciri-cirinya : penderita insomnia biasa mengalami ngantuk yang berlebih pada siang hari, mengalami kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun pada malam hari ataupun di tengah-tengah saat tidur. Orang yang menderita insomnia juga bisa terbangun lebih dini dan kemudian sulit untuk tidur kembali.

Jika kalian termasuk dalam ciri penderita insomnia di atas, cobalah berintrospeksi diri. Apakah dalam keseharian kalian terlalu sering memakai medsos di handpone kalian ? Jika benar demikian, sadarlah akan kesehatan, perbaikilah kebiasaan itu. Bukan berarti kalian harus meninggalkan teknologi sama sekali, tapi cobalah saran berikut :

Pertama, batasilah penggunaan smartphone dan laptop sebelum tidur.

www.istockphoto.com/
www.istockphoto.com/

Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar elektronik dapat menipu otak kita untuk berpikir bahwa masih siang hari, sehingga kita sulit untuk tertidur atau tidur nyenyak. Kita perlu menghindari paparan cahaya biru setidaknya satu jam sebelum tidur dan menciptakan lingkungan yang gelap dan tenang untuk meningkatkan kualitas tidur kita.

Kedua, manfaatkanlah teknologi digital yang mendukung tidur nyenyak.

Ada beberapa teknologi digital yang dapat membantu kita tidur lebih nyenyak, seperti kasur pintar, lampu pintar, atau aplikasi pelacak tidur. Teknologi digital ini dapat mengontrol lingkungan tidur kita, membantu proses relaksasi kita, dan melacak pola tidur kita. Misalnya, kasur pintar dapat menyesuaikan suhu, kelembaban, dan kekencangan kasur sesuai dengan preferensi kita. Lampu pintar dapat menyesuaikan intensitas dan warna cahaya sesuai dengan waktu dan suasana hati kita. Aplikasi pelacak tidur dapat merekam durasi, kualitas, dan fase tidur kita, serta memberikan saran untuk meningkatkan tidur kita.

Ketiga, lakukan detoksifikasi teknologi secara berkala.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, eknologi digital dapat menyebabkan digital overload, fenomena di mana kita merasa kewalahan oleh gelombang informasi dan notifikasi yang tak pernah berhenti dari media digital. Ini bisa menimbulkan stres, kecemasan, depresi, dan gangguan tidur. Kita perlu melakukan detoksifikasi teknologi secara berkala untuk mengistirahatkan pikiran dan tubuh kita dari hiruk-pikuk dunia digital. Detoksifikasi teknologi dapat berupa menghapus aplikasi yang tidak perlu, mematikan notifikasi yang mengganggu, atau membatasi waktu penggunaan media sosial.

Kemajuan jaman yang sarat dengan teknologi digital memang tak bisa dibendung. Merubah pola hidup dan tatanan sosial yang meliputi segala lini, mulai politik sampai ekonomi. Kita mau tidak mau memang dituntut untuk bisa beradaptasi, tetapi kita juga harus tetap mawas diri terutama pada kesehatan tubuh kita sendiri. Apalah arti karir, jabatan ataupun kekuasaan jika tidak ditunjang dengan kesehatan.

Semoga bermanfaat, salam sehat !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun