Rabu, 19 Agustus 2015, tribunjateng.com memberitakan tentang seorang pelajar SMK di Mijen yang terpaksa tinggal kelas karena tidak mampu melunasi biaya administrasi sekolah. Pelajar kelas XI itu menunggak biaya sekolah sebesar Rp 4,16 juta. Angka ini antara lain terdiri dari administrasi sekolah Rp 125 ribu per bulan (sewaktu kelas X), dan Rp 135 ribu per bulan (kelas XI).
DN, inisial sang pelajar tersebut akhirnya memutuskan tidak melanjutkan sekolah karena malu. Dia pun bekerja di sebuah warung soto di kawasan Unggaran sambil terus berupaya mengumpulkan uang untuk melunasi biaya sekolah.
Beberapa tahun silam saya juga pernah meliput tentang beberapa siswa SMK di Bandar Lampung yang terancam gagal mengikuti ujian karena belum melunasi biaya sekolah yang mencapai ratusan ribu rupiah. Tapi nasib para pelajar SMK di Bandar Lampung ini masih lebih baik. Setelah diberitakan di media, kepala sekolah memberikan keringanan. Para siswa boleh mengikuti ujian meski belum melunasi uang sekolah.
Dua contoh peristiwa di atas menunjukkan beberapa hal. Pertama, biaya pendidikan di negeri ini mahal. Kedua, minimnya dana yang dipersiapkan orang tua untuk biaya sekolah anak. Ya, orang tua. Orang tua adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam menjamin biaya pendidikan anak. Tidak mungkin kita membebankan semua biaya pendidikan kepada pemerintah. Anggaran tidak akan cukup untuk membiayai seluruh biaya pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi. Kalau pun pemerintah memberikan subsidi tentu diperuntukan bagi masyarakat miskin.
Mempersiapkan dana pendidikan sangatlah penting karena setiap tahunnya dana yang dbutuhkan terus naik. Konsultan keuangan Ligwina Hananto mengatakan jika biaya pendidikan rata-rata naik sekitar 20 persen per tahun. Dan beban ini masih ditambah dengan laju inflasi nasional. Membayangkan besarnya uang yang harus disiapkan tentu sangat memberatkan.
Tapi sebagai orang tua tentu ini sudah menjadi kewajiban untuk menyiapkan biaya sekolah. Ada beberapa hal yang mungkin bisa dipersiapkan saat mempersiapkan biaya pendidikan.
Persiapkan dana sejak dini.
Meski anak masih kecil atau bahkan bahkan baru lahir ada baiknya orang tua sudah menyiapkan biaya sekolah. Jangan pernah menundanya karena setiap tahun biaya pendidikan dipastikan naik. Semakin cepat orang tua menganggarkan dana untuk biaya pendidikan akan semakin baik.
Dana yang dipersiapkan tentu dapat dicicil secara bertahap. Orang tua mungkin dapat memperkirakan besarnya biaya pendidikan tentu dengan memperkirakan inflasi dan kenaikan biaya pendidikan per tahun. Semakin awal orang tua menyisahkan dana, maka uang yang akan terkumpul akan semakin besar.
Jangan tergoda untuk menggunakan dana pendidikan anak untuk keperluan konsumtif lainnya.
Memiliki dana atau simpanan terkadang membuat kita tergoda untuk menggunakannya. Ketika ada produk baru, dengan mudah kita membelinya karena ada ‘simpanan’. Terkadang orang tua juga menggunakan apologi seperti, “nanti kan bisa diganti.”
Jika sekali saja, orang tergoda menggunakan simpanan yang khusus untuk membeli barang konsumtif yang tidak diperlukan maka ada kemungkinan dia akan mengulangi hal tersebut. Akibatnya, tentu saja uang yang disisihkan tersebut akan terus berkurang.
Konsisten.
Ketika sudah memutuskan untuk menyimpan biaya pendidikan anak per bulan, jalanilah keputusan tersebut. Jangan pernah sekali pun melanggarnya. Sama seperti poin kedua, sekali kita tidak menyisihkan uang untuk biaya pendidikan anak sekali saja, maka besar kemungkinan di bulan-bulan berikutnya sang orang tua akan mengulangi perbuatannya yaitu tidak menabung.
Akibatnya saat akan mengambil dana tersebut, jumlahnya tidak sesuai dengan harapan. Bahkan bisa jadi jika uang tersebut masih sangat jauh dari biaya. Akibatnya orang tua harus mencari dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan sekolah lainnya. Jika ada kebutuhan lain yang sangat mendesak dan mau tidak mau orang tua harus menggunakan dana pendidikan anak maka harus diganti. Jangan pernah menunda untuk mengganti pos tersebut. Bahkan jika perlu dana pengganti yang dipersiapkan jumlahnya lebih besar daripada uang yang terpakai tersebut.
Prioritas.
Para orang tua diminta untuk merhatikan kondisi perekonomian rumah tangga secara utuh. Apakah pendapatan per bulannya berhasil memenuhi semua kebutuhan hingga masih dapat menabung. Jika tidak, perhatikan kembali pengeluaran karena rumah tangga dengan kondisi keuangan yang besar pasak daripada tiang biasanya menghamburkan uang mereka justru untuk barang yang tidak dibutuhkan.
Karena harus menyisihkan dana pendidikan setiap bulannya maka mau tidak mau orang tua harus memangkas dana untuk pos yang tidak penting. Kurangi pergi ke mal, membeli pakaian atau sepatu bermerk, atau kegiatan hura-hura yang justru kontra produktif dengan tujuan orang tua dalam menyisihkan dana pendidikan anak.
Berinvestasi.
Investasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dana di masa depan. Ada banyak bentuk investasi yang dapat dipilih untuk menjamin anggaran pendidikan anak. Dan salah satunya adalah asuransi pendidikan.
Asuransi pendidikan dapat dikatakan sebagai solusi jaminan pendidikan anak. Biasanya dalam asuransi pendidikan, anak akan mendapatkan dana di setiap awal memasuki sekolah. Saat SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Pencairan dana pendidikan dilakukan sebelum tahun ajaran baru.
Namun dalam memilih asuransi pendidikan anak tentu tidak mudah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, misalnya kejelasan produk. Sebaiknya orang tua tidak pernah memilih asuransi pendidikan yang tidak jelas kapan dapat memproses klaim dan sebagainya. Padahal jika orang tua mau sedikit saja mencari informasi tentang produk asuransi mungkin mereka akan dapat memilih produk yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan mereka.
Selain itu perhatikan juga kualitas agen penjual produk asuransi tersebut. Agen asuransi sekarang memiliki kartu identitas jelas. Saat bertanya tentang sebuah produk, ada baiknya tanyakan tentang latar belakang sang agen. Identitas yang jelas dari sang agen juga dapat menambah keamanan dan kenyamanan orang tua.
Dan yang terakhir dilihat adalah latar belakang perusahaan yang mengeluarkan produk asuransi tersebut. Perusahaan asuransi dengan alamat kantor yang jelas, dan nomor kontak yang mudah dihubungi adalah salah satu cara untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut layak dipercaya. Jangan pernah takut untuk bertanya. Bahkan kalau bisa bertanyalah sejelas-jelasnya. Sebagai konsumen, kita berhak atas segala bentuk informasi.
Mulailah sekarang.
Semua yang direncanakan tidak akan berhasil jika tidak pernah dikerjakan. Jadi, sekarang juga bagi orang tua yang memutuskan untuk menyiapkan anggaran pendidikan anak, maka kerjakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H