Mohon tunggu...
Sekar PrayudhatiHapsari
Sekar PrayudhatiHapsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa aktif Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Analisis Kebijakan Stunting di Indonesia : Pencegahan, Implementasi, Kendala dan Dampaknya.

31 Maret 2024   01:26 Diperbarui: 1 April 2024   21:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Analisis Kebijakan Stunting di Indonesia

 

Stunting adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tinggi badan anak yang terlalu pendek dibandingkan anak pada usia yang sama. Sederhananya, stunting mengacu pada kegagalan pertumbuhan anak. Penyebab utama stunting adalah gizi buruk pada ibu hamil dan kurangnya asupan gizi pada masa pertumbuhan anak. Banyak orang yang tidak sadar bahwa tinggi badan yang pendek pada anak bisa menjadi tanda adanya masalah gizi kronis. Tapi bisa kita ingat bahwa anak yang menderita tubuh dengan kondisi pendek belum tentu mengalami keterbelakangan pertumbuhan (stunting), nama anak yang menderita stunting pasti bertubuh pendek.

Gejala stunting pada anak memiliki ciri-ciri yaitu, terlihat lebih muda dibandingkan dengan anak-anak seusianya, mengalami keterlambatan pertumbuhan fisik dan gigi, sulit fokus dan memiliki daya ingat yang buruk, serta memiliki berat badan yang lebih ringan dibandingkan dengan anak-anak pada usia yang sama. Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman besar terhadap kualitas masyarakat Indonesia.

Selain mempengaruhi pertumbuhan fisik, anak juga mengalami gangguan perkembangan otak sehingga mempengaruhi kemampuan dan kinerja nya. Gizi yang buruk dapat menghambat sistem kekebalan tubuh anak, yang seringkali menjadi penyebab timbulnya penyakit dan membutuhkan lebih lama waktu untuk sembuh. Anak yang mengalami stunting juga mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner dan stroke, seiring bertambahnya usia. Selain itu, penderita stunting juga dapat mengalami berbagai risiko Kesehatan lainnya, antara lain diabetes, tekanan darah tinggi, dan anemia.

Menurut WHO, suatu negara dikatakan mengalami masalah stunting jika jumlah orang yang terinfeksi melebihi 20%. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), jumlah kasus stunting pada balita di Indonesia turun yang dimana pada tahun 2021 sebesar 24,4%, dan menjadi 21,6% di tahun 2022.  Target pemerintah adalah 14% pada tahun 2024. Oleh karena itu, tujuan tersebut perlu dilaksanakan lebih maksimal lagi. Terlebih lagi, tahun 2024 akan menjadi tahun politik karena jumlah daerah/provinsi stunting di Indonesia masih tinggi.

Pencegahan stunting pada anak dapat dilakukan melalui berbagai cara, yakni:

  • Pemenuhan kebutuhan gizi sejak hamil, dimana ibu yang sedang mengandung harus selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi atau suplemen gizi untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
  • Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, karena Air Susu Ibu (ASI) dapat mengurangi peluang stuntinh pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro.
  • Beri olahan protein hewani pada MPASI, olahan protein hewani dapat memberikan manfaat untuk anak yang sedang memulai makanan pendamping.
  • Imunisasi rutin untuk membantu mencegah penyakit yang dapat mengakibatkan stunting.
  • Memperhatikan tumbuh kembang anak. Ibu perlu mengukur tinggi badan anak secara berkala untuk mencegah terjadinya stunting.
  • Menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, seperti selalu menjaga kebersihan lingkungan, memakan makanan yang bergizi, serta penggunaan air yang bersih.

Ketika kita mengkaji penyebab dan karakteristik stunting, kita dapat melihat dan menemukan bahwa hal tersebut berkaitan dengan permasalahan mendasar yang dapat terjadi di masyarakat lokal dan negara berkembang. Seperti tentang pemerataan pangan di masyarakat, khususnya pada ibu hamil dan anak kecil, serta pola hidup sehat yang berkaitan dengan ketersediaan sanitasi yang memadai dan ketersediaan air bersih.

Ironisnya, hal-hal tersebut merupakan permasalahan yang sangat mendasar yang masih harus dihadapi Indonesia. Namun, memang tidak mudah untuk menyelesaikan permasalahan mendasar tersebut karena Indonesia memiliki lahan dan jumlah penduduk yang luas, serta kondisi geografis yang beragam. Kasus stunting tidak hanya berada pada wilayah yang terluar, terdepan dan tertinggal, tetapi juga terdapat pada wilayah perkotaan yang tingkat pendidikan dan pendapatannya relatif tinggi. 

Dengan prevalensi stunting yang masih tinggi di beberapa daerah pemerintah Indonesia telah mengambil Langkah-langkah untuk mengurangi angka stunting melalui berbagai kebijakan dan program. Hal ini mencakup upaya peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan, promosi gizi yang baik, pendidikan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui. Selain itu, upaya pencegahan stunting juga melibatkan peningkatan akses terhadap sanitasi yang layak, peningkatan kesadaran akan pentingnya praktik kebersihan, serta penguatan sistem kesehatan yang menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas untuk ibu dan anak. Evaluasi terhadap dampak kebijakan dan program pencegahan stunting menjadi kunci dalam memastikan efektivitas upaya-upaya ini dan mengarah pada pengembangan strategi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah stunting di Indonesia. 

Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai program untuk mengatasi stunting secara komprehensif:

  1. Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 bulan, termasuk program IMD/Inisiasi Menyusui Dini melalui pemberian ASI jolong/kolostrum dan memastikan edukasi kepada ibu untuk terus memberikan ASI Eksklusif kepada anak balitanya.
  2. Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan, dengan mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zinc, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, dan melakukan pemberian vitamin A.
  3. Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal, yang dipercaya akan menurunkan angka stunting.
  4. Program Sinergitas Stakeholder dalam Mengatasi Stunting Berbasis Pencegahan (SIKAMASEAN) dan Sistem Informasi Stunting Berbasis Desa dan Kelurahan (SITUNDUAN), yang diluncurkan oleh Pemda Kabupaten Toraja Utara.
  5. Program SIGAP (Sinergi Gerakan Indonesia untuk Gerakan Percepatan Pencegahan Stunting), yang mendukung target pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting balita di Indonesia menjadi 14% pada tahun 2024.

Analisis kebijakan stunting di Indonesia menunjukan bahwa pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi stunting di negara ini. Sebagian dari program-program ini bertujuan untuk membantu pemerintah dalam pengembangan kebijakan dan advokasi terkait program percepatan pencegahan stunting, serta melakukan kampanye publik mengenai kesadaran dan pencegahan stunting.

Kendala implementasi dan evaluasi dalam analisis kebijakan stunting di Indonesia merupakan hal yang kompleks dan melibatkan sejumlah factor. Adapun yang menjadi kendala implementasi dan evaluasi pencegahan stunting dapat bervariasi, namun beberapa kendala umum yang sering dihadapi yaitu:

  1. Program pencegahan stunting belum efektif
  2. Implementasi intervensi gizi spesifik dan sensitif masih belum terkoordinasi secara optimal di semua tingkatan baik dari segi perencanaan dan penganggaran, implementasi serta monitoring dan evaluasi.
  3. Alokasi dan pemanfaatan sumber daya dan sumber keuangan belum efektif dan efisien
  4. Sarana prasarana yang terbatas seperti kurangnya fasilitas dan sarana prasarana yang memadai dapat menyebabkan program stunting tidak dapat berjalan secara optimal.
  5. Masih kurangnya promosi, kampanye tentang stunting serta berbagai upaya untuk mencegahnya.
  6. Keterbatasan akses dan dukungan masyarakat. Masalah kurangnya tenaga gizi dan kesadaran masyarakat mengenai program stunting mengakibatkan program tidak dapat berjalan secara maksimal.
  7. Kurangnya kesadaran masyarakat, seperti kurangnya pengetahuan tentang program stunting dan cara mengatasinya dapat menyebabkan pogram tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Maka dari itu dapat digaris bawahi bahwa peran serta partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk mendukung suatu program agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ada.

Tindakan atau upaya mengubah perilaku masyarakat dari pola hidup tidak sehat menjadi sehat merupakan pekerjaan besar. Untuk menerima dan menerapkan pola hidup sehat, tidak cukup dengan sosialisasi  saja, tetapi juga kesadaran diri sendiri. Tokoh masyarakat hendaknya mempunyai panutan atau role model dan orang terdekatnya yang dapat mengingatkan jika hal tersebut tidak dilaksanakan. Dalam menganalisis kebijakan pencegahan stunting, penting untuk mengidentifikasi kendala-kendala dan mencari solusi yang kuat, termasuk memperkuat kolaborasi antar-sektor, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan memperbaiki sistem pemantauan untuk Keputusan yang lebih efektif.

Dalam program penanggulangan stunting di Indonesia, perspektif aktif dari berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga kesehatan, organisasi non-pemerintah (LSM), lembaga pendidikan dan masyarakat, sangat penting untuk mencapai hasil yang maksimal. 

  • Pemerintah memiliki peran utama dalam merumuskan kebijakan dan alokasi sumber daya  untuk mendukung program-program gizi dan Kesehatan anak. Pemerintah juga bertanggung jawab atas koordinasi antar sektor dan pemantauan pelaksanaan program secara efektif. 
  • Lembaga kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan tenaga kesehatan lainnya, memiliki peran kunci dalam memberikan layanan kesehatan kepada ibu dan anak, termasuk pemeriksaan rutin, penyuluhan gizi, serta pemantauan tumbuh kembang anak. Kontribusi lembaga kesehatan dapat menyediakan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas. 
  • Selanjutnya, organisasi non-pemerintah (LSM) yang sering kali terlibat dalam pelaksanaan program-program pencegaham stunting di tingkat komunitas. Mereka dapat memberikan dukungan teknis, sumber daya manusia, serta pendampingan masyarakat dalam mengadopsi pola hidup sehat. 
  • Adapun sektor pendidikan yang memiliki peran dalam menyediakan informasi dan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang, pola makan yang sehat. 
  • Terakhir yaitu masyarakat yang memiliki peran sentral dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan anak-anak. Masyarakat dapat berperan aktif dalam mempraktikkan pola makan yang sehat, memberikan perhatian dan perawatan kepada anak-anak, dan berpartisipasi dalam program-program pencegahan stunting yang diselenggarakan oleh komunitas sekitar.

Dengan meningkatkan kesadaran serta partisipasi aktif dalam upaya pencegahan stunting, masyarakat dalam mengadopsi pola hidup sehat serta mendukung upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah, LSM, lembaga kesehatan, dll. Dengan demikian, kolaborasi aktif antara semua pihak yang terkait menjadi fondasi yang kuat dalam upaya bersama untuk mengurangi angka stunting dan meningkatkan kesehatan generasi mendatang.

Kebijakan dan program stunting memiliki dampak positif terhadap perkembangan bayi dan balita serta meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup anak-anak. Dengan memfokuskan pada pencegahan dan intervensi dini, program ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stunting, yang merupakan indikator penting pada perkembangan anak. Dengan memberikan akses yang lebih baik terhadap gizi yang cukup dan seimbang, serta perawatan kesehatan yang baik, program stunting membantu mengurangi risiko penyakit. Selain itu, upaya pencegahan stunting juga memainkan peran kunci dalam meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negera dengan menghasilkan generasi yang lebih sehat dan berkembang.

Kebijakan dan program stunting juga memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek, stunting berdampak terhadap pertumbuhan fisik yaitu tinggi anak yang lebih rendah dari rata-rata anak seusia dengan usianya. Pada jangka panjang, stunting menyebabkan anak menjadi rentan untuk terjangkit penyakit seperti diabetes, jantung, stroke, dan disabilitas usia tua. Dampak jangka panjang bagi anak yang menderita stunting juga akan berpengaruh dengan kualitas SDM suatu negara.

Maka dari itu, untuk mengurangi stunting perlu dilakukan kerja sama antar lintas sektor dan program, serta pengawasan terhadap setiap pelaksanaanya agar dapat terlaksana secara tepat dan akuntabel. Kementerian keuangan sendiri telah menyiapkan anggaran untuk menangani stunting, dan diharapkan kasus stunting di indonesia menurun dengan target 14% di tahun 2024 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun