Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000, dan sebagian besar ibu kota provinsi serta hampir 65% penduduk tinggal di wilayah pesisir, wilayah Indonesia rentan terhadap dampak perubahan iklim, khususnya yang disebabkan oleh kenaikan muka air laut serta penggenangan akibat banjir di wilayah pesisir atau rob.Â
Kenaikan muka air laut, selain menyebabkan dampak langsung berupa berkurangnya wilayah akibat tenggelam oleh air laut, rusaknya kawasan ekosistem pesisir akibat gelombang pasang, juga menimbulkan dampak tidak langsung berupa hilangnya atau berubahnya mata pencaharian masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di tepi pantai, berkurangnya areal persawahan dataran rendah di dekat pantai yang akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan, gangguan transportasi antar pulau, serta rusak atau hilangnya obyek wisata pulau dan pesisir.
 Perubahan iklim global akibat pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah, terutama di dekat permukaan bumi. Pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya gas rumah kaca, terutama disebabkan oleh industri.
Peningkatan gas rumah kaca ini menyebabkan panas gelombang panjang (inframerah) yang dipancarkan oleh permukaan bumi dipantulkan dan diserap kembali oleh permukaan bumi. Pengamatan suhu bumi sejak abad ke-19 menunjukkan bahwa temperatur rata-rata telah berubah, yang merupakan indikator perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini ditandai dengan kenaikan suhu rata-rata hingga 0,74oC antara tahun 1906 dan 2005. Diperkirakan bahwa suhu global rata-rata akan terus meningkat sekitar 1,8 hingga 4,0 derajat pada abad ini, dan bahkan studi IPCC lainnya memperkirakan bahwa itu akan bervariasi antara 1,1 dan 6,4 derajat.Â
Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tak stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung lama. Dalam jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim memiliki dua dampak, yaitu fluktuasi curah hujan yang besar dan kenaikan permukaan air laut yang menyebabkan air tergenang di wilayah daratan dekat pantai.
Dampak lain yang ditimbulkan oleh kenaikan muka air laut antara lain erosi pantai, penurunan salinitas air laut, penurunan kualitas air permukaan dan peningkatan risiko banjir. Suhu lingkungan menunjukkan angka yang berbeda-beda pada setiap hari dan jam nya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan suhu ini antara lain intensitas cahaya matahari, curah hujan, polusi udara, dan kelembaban udara. dampaknya akan terjadi kerusakan ekosistem lautan. Naiknya suhu permukaan laut menyebabkan punahnya terumbu karang, rumput laut, mangrove, beberapa keanekaragaman hayati dan ekosistem laut.Â
Perubahan iklim berdampak luas pada kehidupan manusia, di Indonesia yang beriklim tropis ini pada musim kemarau berkepanjangan merupakan kondisi yang sangat baik bagi perkembangan bakteri, virus, jamur dan parasit karena kelembaban udara pada musim kemarau cukup tinggi.
Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut tumbuh dengan sangat subur dan dapat bertahan hidup lebih lama. Kondisi ini menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan bakteri dan udara semakin banyak terjadi seperti penyakit kulit akibat jamur. Selain itu, udara yang hangat adalah pertanda bagi bunga untuk melakukan penyerbukan. Umumnya, orang alergi dengan benda-benda kecil seperti serbuk bunga. Sehingga, kondisi ini menyebabkan peningkatan penyakit akibat alergi meningkat.Â
Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.
Perubahan Iklim juga menyebabkan cuaca ekstrim dan sulit ditebak. Di satu wilayah, bisa saja terjadi hujan terus-menerus yang disertai dengan angin kencang dan menyebabkan banjir.
Sementara di wilayah lain terjadi kemarau berkepanjangan hingga mengeringkan sawah, ladang dan sumber-sumber air masyarakat. Belum lagi suhu ekstrim yang disebabkan terik matahari dapat membakar kulit. Cuaca ekstrim seperti hujan kencang yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan banjir jika daratan tidak siap menampung limpahan air yang banyak. Kondisi banjir menyebabkan lingkungan kotor dan menjadi lingkungan yang sangat baik bagi sarangga dan nyamuk penyebar penyakit untuk hidup dan bereproduksi.Â
Dengan kondisi seperti ini, kasus penyakit seperti malaria dan demam berdarah dengue akan sangat banyak, sampai pada titik endemik. Sementara kondisi ekstrim lingkungan mempengaruhi daya tubuh manusia sehingga mudah sekali menjadi sakit. Dan pada saat kemarau, akibat peningkatan suhu bumi terus-menerus dapat menyebabkan kebakaran pada semak belukar dan hutan karena kondisinya yang kering. Asap yang dihasilkan dari kebakaran dapat mencemari udara yang juga berdampak pada kesehatan saluran pernafasan manusia, dalam kondisi tersebut akan sering ditemukan kasus-kasus seperti Infeksi Pernapasan hingga menyebabkan kematian.
Dampak perubahan suhu :Â
1. Menurunnya kualitas air Terlalu tingginya curah hujan akan mengakibatkan menurunnya kualitas sumber air. Selain itu, kenaikan suhu juga mengakibatkan kadar klorin pada air bersih.Â
2. Gagal panen Kasus gagal panen akibat kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim terjadi seperti contoh yang ada di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Puluhan hektar sawah di Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar tersebut dipastikan gagal panen akibat kekeringan. Hal ini memengaruhi perekonomian manusia, serta menipisnya ketersediaan bahan pangan.Â
3. Perubahan iklim terhadap kesehatan manusia Perubahan iklim menyebabkan banyak masalah lingkungan. Hal yang sudah mulai terjadi adalah fenomena es di kutub-kutub bumi meleh yang menyebabkan permukaan air naik sehingga menyebabkan banjir. Ditambah lagi cuaca ekstrim yang belakangan ini sering terjadi. Misalnya saja, musim kemarau yang berkepanjangan.Â
4. Mencairnya es abadi di kutub maupun puncak jaya. Pada tahun 1998, terdapat lima gletser di Puncak Jaya. Tapi kini, hanya terdapat 3 gletser. Hal ini terjadi karena gletser tersebut mencair yang disebabkan oleh peningkatan suhu bumi yang menyebabkan pemanasan global. Jika kondisi suhu bumi tetap pada kondisi seperti ini, NASA memprediksikan seluruh gletser di Papua akan musnah pada 20 tahun mendatang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H