Mohon tunggu...
Sekar HayyuWibowo
Sekar HayyuWibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Brawijaya program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Terperangkap dalam Kesendirian: Eksplorasi tentang Kamar Pingitan

20 Desember 2023   07:27 Diperbarui: 20 Desember 2023   07:58 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Mentaati Adat 

2. Pembelajaran kepada anak-anak perempuan yang masih perawan untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga

3. Membentuk kepribadiaan anak-anak perempuan sehingga menjadi lebih serba bisa, lugu dan lemah lembut 

4. Mengajarkan anak perempuan diajarkan mengasuh, membasuh, mengurus, memasak, menjahit, dan kecapakan lain

5. Menghindari fitnah serta musibah pada perempuan 

Akibat dari Tradisi Pingitan Terhadap Kehidupan Perempuan 

Kamar pingitan zaman kolonial dianggap sudah tidak relevan di zaman sekarang. Namun dalam praktek lapangannya, kesetaraan yang dijanjikan tidak benar-benar berada dipihak perempuan. Kebebeasan pada perempuan masih terasa dibatasi, cukup mengkungkung arah gerak perempuan. Pemikiran bahwa tugas perempuan hanya kasur, sumur dan dapur terlalu mebuat ketidakprcayaan diri laki-laki. Perempuan selalu dituntut untuk lugu dan tak tau, agar laki-lakinya bisa bersifat heroik. Padahal zaman sudah berkembang, namun ke-kuno-an patriarki masih hangat beredar.

Kebebasan yang sudah diperjuangkan seperti kembali menjadi angan. Istilah kamar pingitan tidak benar-benar hilang, hanya berevolusi menjadi skala ruang yang lebih besar dan transparan. Lingkungan masyarakat yang ditempati perempuan seperti memingit mereka untuk tidak bertindak macam-macam, apalagi lebih dari lelaki, masih sering disalahkan dengan alasan perempuan. Tak pernah terbayang bagi para perempuan jika menjadi 'perempuan' harus seberat ini, bahkan kata sependek 'bebas' saja masih sulit untuk dimengerti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun