Mohon tunggu...
Sekar HayyuWibowo
Sekar HayyuWibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Brawijaya program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Terperangkap dalam Kesendirian: Eksplorasi tentang Kamar Pingitan

20 Desember 2023   07:27 Diperbarui: 20 Desember 2023   07:58 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia sebagai ikon keberagaman tak akan pernah luput dari istilah adat istiadat dan tradisi, adat sebagai perwujudan kebudayaan masyarakat telah mengatur segala tingkah laku, perbuatan dan aturan bertindak secara turun-temurun, dan hal tersebut masih terjaga hingga sekarang.Tradisi sudah menjadi sebuah identitas bangsa yang kaya akan kebudayaan, Indonesia dengan ribuan sukunya memiliki pakem tradisinya masing-masing, namun tidak menutup kemungkinan kesamaan nasib dan latar belakang bangsa melahirkan sebuah keserupaan antar tradisi. Salah satu tradisi yang sudah ada di Indonesia sejak jaman dahulu yaitu pingitan. 

TRADISI PINGITAN PADA JAMAN DAHULU 

Tradisi pingitan merupakan tradisi mengurung atau menyembunyikan anak perempuan yang menginjak dewasa pada suatu ruang khusus. Kebanyakan pada perempuan yang  berusia 10-12 tahun. Seperti yang terjadi pada Siti Walidah, seorang pejuang pendidikan wanita yang merupakan tokoh Muhammadiyah, tumbuh kembangnya dikungkung batas tembok kamar pingitan, hidupnya pun hanya berkutat di sekeliling keraton Kauman. Siti Walidah tak pernah menyentuh pendidikan formal, bahkan seberapa ingin pun dia, pendidikan formal bagi perempuan dieranya dianggap hal yang tabu, terlebih pendidikan tersebut diselenggarakan oleh Belanda, dianggap haram pada zamannya. 

TRADISI PINGITAN PADA JAMAN SEKARANG 

Seiring berkembangnya zaman, tradisi kamar pingitan memudar eksistensinya, tak hilang sepenuhnya, karena bagi beberapa masyarakat Jawa tradisi ini masih diterapkan sebagai rangkaian adat istiadat pernikahan, namun dengan gubahan, seperti waktu memingit yang sangat singkat, tidak sampai satu minggu, hal ini dilakukan untuk pengefektifan waktu. Beberapa tradisi pingitan yang masih ada pada jaman sekarang : 

1. Tradisi Dipiare di Betawi

Sebuah tradisi menjaga calon none mantu dengan memelihara kecantikan dan kesehatan fisik dan mentalnya menjelang pernikahan, terkadang juga disertai program diet untuk mengatur pola makan dan menjaga tubuh sang calon none mantu.

2. Tradisi Karia di Muna

Tradisi Karia merupakan tradisi menuju kedewaasaan bagi remaja perempuan Muna, Karia dianggap sebagai metode pembersihan diri dan pendidikan karakter bagi remaja perempuan yang akan masuk fase dewasa. Mereka akan di pingit didalam sebuah ruangan yang diberi nama Kagombo, yang difilosofiskan sebagai Rahim ibu.

TUJUAN TRADISI PINGITAN

 Tradisi pingitan ini dilakukan karena memiliki beberapa tujuan yang menurut masyarakat tradisi ini baik untuk anak-anak perempuan, tujuan dari tradisi pingitan yakni :  

1. Mentaati Adat 

2. Pembelajaran kepada anak-anak perempuan yang masih perawan untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga

3. Membentuk kepribadiaan anak-anak perempuan sehingga menjadi lebih serba bisa, lugu dan lemah lembut 

4. Mengajarkan anak perempuan diajarkan mengasuh, membasuh, mengurus, memasak, menjahit, dan kecapakan lain

5. Menghindari fitnah serta musibah pada perempuan 

Akibat dari Tradisi Pingitan Terhadap Kehidupan Perempuan 

Kamar pingitan zaman kolonial dianggap sudah tidak relevan di zaman sekarang. Namun dalam praktek lapangannya, kesetaraan yang dijanjikan tidak benar-benar berada dipihak perempuan. Kebebeasan pada perempuan masih terasa dibatasi, cukup mengkungkung arah gerak perempuan. Pemikiran bahwa tugas perempuan hanya kasur, sumur dan dapur terlalu mebuat ketidakprcayaan diri laki-laki. Perempuan selalu dituntut untuk lugu dan tak tau, agar laki-lakinya bisa bersifat heroik. Padahal zaman sudah berkembang, namun ke-kuno-an patriarki masih hangat beredar.

Kebebasan yang sudah diperjuangkan seperti kembali menjadi angan. Istilah kamar pingitan tidak benar-benar hilang, hanya berevolusi menjadi skala ruang yang lebih besar dan transparan. Lingkungan masyarakat yang ditempati perempuan seperti memingit mereka untuk tidak bertindak macam-macam, apalagi lebih dari lelaki, masih sering disalahkan dengan alasan perempuan. Tak pernah terbayang bagi para perempuan jika menjadi 'perempuan' harus seberat ini, bahkan kata sependek 'bebas' saja masih sulit untuk dimengerti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun