Mohon tunggu...
Sekar Mayang
Sekar Mayang Mohon Tunggu... Editor - Editor

Editor. Penulis. Pengulas buku. Hidup di Bali. http://rangkaiankatasekar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Book

Bersuara dengan Menulis

26 Juli 2023   13:05 Diperbarui: 26 Juli 2023   13:07 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi.

"Kreativitas melahirkan pengetahuan baru, kesadaran baru. Ketika wanita memberontak melawan kebodohan, ketundukan, dan ketidakadilan, mereka menanamkan ketakutan dan kecemasan pada orang-orang yang memerintah mereka." (halaman 97)

Sebenarnya, dunia mengakui bahwa perempuan memiliki kekuatan yang tak terduga. Ini bukan soal fisik semata, tetapi di ranah pemikiran dan strategi. Karena itulah, sebagian lainnya, yang tergabung dalam kelompok-kelompok senapas, membuat berbagai aturan untuk membatasilalu menundukkanpara perempuan.

Mereka berpendapat bahwa perempuan kerap berasosiasi dengan iblis, mengeksplorasi diri demi mendapat pengetahuan lebih banyak lagi sehingga bisa berkreasi lebih banyak pula. Dengan adanya aturan-aturan itu, juga bantuan dari otoritas agama, terciptalah kesadaran palsu pada diri perempuan. Sampai nanti di titik seorang perempuan rela mengorbankan dirinya untuk laki-laki. Saat itulah kita bisa mengatakan seorang perempuan telah sempurna membenci dirinya sendiri. Tentu itu dalam kesadaran palsu yang bisa saja membuat dirinya malah menikmati kondisi dikendalikan orang lain.

Padahal, dengan berkembangnya kreativitas (tidak hanya pada perempuan, tetapi juga laki-laki) dunia dapat mengatur kembali harmoninya sehingga tercipta kondisi yang adil, tenang, dan damai. Bagaimanapun, perang fisik maupun ideologi hanya akan menghasilkan kehancuran yang lebih parah. Lantas, hidup macam apa yang diharapkan?

"Menulis adalah senjata dalam memperjuangkan keadilan, demokrasi sejati, dan perdamaian yang dibangun di atas hak asasi manusia dan bukan kekerasan." (halaman 109)

Ada betulnya jika dikatakan mata pena lebih tajam dibanding senjata apa pun. Seperti yang dilakukan Mahatma Gandhi, kita bisa melakukan perlawanan tanpa mengangkat senjata.

Esai-esai lain yang menarik untuk disimak adalah Perempuan dan Kaum Miskin: Tantangan Keadilan Global; Tuhan di Atas, Suami di Bawah; Perempuan Muslimah di Pasar; Bodour; serta Tiga Tabu Universal: Seks, Agama, dan Politik. Dalam Bodour, mungkin Anda akan terkejut setelah membaca hasil pemikiran Nawal perihal pemotongan alat genital, baik pada perempuan maupun laki-laki.

Dunia di Mata Nawal El Saadawi

Lack of justicejauh dari adil. Mungkin itu sedikit kesimpulan yang bisa ditangkap dari 17 esai yang memuat pemikiran Nawal perihal dunia. Jelas, sebab ini kumpulan cerita tentang perbudakan: dari berbagai sudut pandang, dengan macam-macam bentuk. Namun, intinya sama, yaitu penguasaan oleh satu pihak terhadap pihak lainnya.

Nawal banyak memakai pengalamannya sendiri sebagai materi tulisan. Wajar saja. Sebab, ketidaknyamanan itu memang harus diakhiri. Tidak ada perempuan (atau mungkin laki-laki) yang bersedia direduksi sebagian tubuhnya demi sesuatu yang katanya perintah Tuhan. Menurut salah satu teman yang berprofesi sebagai dokter, sesuatu yang diciptakan (atau bahasa sainsnya 'muncul sebagai bagian dari tubuh makhluk hidup') pasti ada fungsinya. Praktik pemotongan alat genital hanya upaya untuk mengontrol tingkah laku seseorang. Apa namanya jika bukan perbudakan?

Tidak hanya soal agama, Nawal pun banyak bicara soal politik, budaya, dan seks. Pembaca harus bersiap diri menerima apa yang disajikan Nawal di sini. Bukan karena dianggap tabu, tetapi karena tema-tema itu memang menjadi pemicu seseorang mulai mengubah sudut pandangnya terhadap banyak hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun