Mohon tunggu...
Sekar Mayang
Sekar Mayang Mohon Tunggu... Editor - Editor

Editor. Penulis. Pengulas buku. Hidup di Bali. http://rangkaiankatasekar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nug dan Bibirnya

13 Januari 2021   09:06 Diperbarui: 13 Januari 2021   09:46 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kini, aku dan Nug hanya berjarak ... ah, kami tak lagi berjarak. Tanganku pun sudah sedari tadi berada di wajahnya. Meneliti setiap inci kulit sawo matangnya, berusaha merekam gurat-gurat usia di sana. Iya, aku dan Nug tak lagi belia, tak lagi pantas disebut sebagai ABG yang sedang kasmaran, meskipun kami terlihat persis seperti itu.

"Apa yang kamu rasakan, Bunga?"

Aku tidak tahu. Segalanya tampak campur aduk. Aku ingin tertawa, ingin menangis, ingin waktu berhenti berjalan. Aku ingin selamanya seperti ini, aku ingin Nug untuk diriku sendiri, tidak untuk yang lain. Hanya saja, aku harus rela berbagi, rela tidak mendapat utuh.

"Just ... don't ever think to leave me, Nug."

"I won't."

Seumur hidupku, berciuman adalah hal yang menyenangkan, menggairahkan, dan membuatku hidup. Akan tetapi, menjalaninya dengan Nug, membuatku sadar, segala sesuatunya tidak bisa begitu saja kumiliki. Namun, bukankah manusia masih berhak berharap? Aku dan Nug sudah berkali-kali membahasnya, mempelajari berbagai kemungkinan, mencari celah. Hasilnya tetap sama: aku dan Nug masih harus menunggu, entah berapa lama lagi.

Bibir Nug masih menempel di bibirku. Kami belum ingin berpisah. Kami baru saja mulai, tentu saja tak ingin selesai cepat-cepat. Memang, masih ada empat puluh lima jam lagi, tetapi kami tidak ingin menyia-nyiakan waktu.

Bibir Nug masih menempel di bibirku. Rasanya manis, sekaligus getir. Sungguh, bukan perpaduan yang indah, tetapi aku tetap ingin menikmatinya. Aku bahkan rela menunggu dua tahun demi momen ini. Dan, aku tidak pernah mendapat bibir seperti milik Nug sebelumnya. Bibir-bibir sebelumnya hanya berisi nafsu akan lubang pada tubuh bagian bawahku, berisi janji-janji manis, berisi kebohongan yang terasa nyata.

Bibir Nug masih menempel di bibirku. Kami membiarkan segalanya terlepas, membiarkan segalanya menemui takdir, membiarkan semesta menamatkan tugasnya. Jalan yang aku dan Nug lalui kemarin amat rumit. Orang lain mungkin akan menyerah begitu saja, mungkin akan memilih jalan lain yang lebih mudah dan tidak melelahkan, tetapi aku dan Nug bertahan.

Bibir Nug masih menempel di bibirku. Entah kapan kami bisa mendapatkan momen ini lagi. Kami benar-benar tidak bisa---dan tidak berani---memikirkannya. Sebab, ketika empat puluh lima jam nanti habis, aku dan Nug harus kembali pada kenyataan yang ada.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun