"Apa yang membuatmu takut, Ru? Aku tidak pernah memakai topeng lagi."
"Senyummu membuatku takut, Moy."
"Senyumku?"
Ru mendekat hingga nyaris tak berjarak denganku. Kini, aku yang mulai takut. Bukan karena tatapan mata orang-orang di sekelilingku, tetapi karena aku tahu, setelah ini, mungkin masih sekian purnama lagi aku bisa mendapati wajah Ru yang hanya sejengkal dariku.
"Apa kamu tidak sadar, Moy, kalau senyummu bisa meneduhkan langit?"
Oh, my!
Aku merasa kaki-kakiku tenggelam, jantung lepas dari sarangnya, dan paru-paruku pensiun meminta oksigen. Aku ingin teriak meminta tolong, tetapi tenggorokanku tercekat. Yang ada, bibir Ru menempel begitu saja di dahiku. Lalu, jutaan kembang api meledak di atas kepala kami.
***
(Sumber gambar: koleksi pribadi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H