Mohon tunggu...
Sekar ajeng kinasih
Sekar ajeng kinasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi mambaca , menonton film dan rebahan😁

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Dirgantara & Mentari

16 Desember 2023   23:45 Diperbarui: 17 Desember 2023   00:12 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Disebuah rumah ada seorang perempuan tengah sibuk mempersiapkan perjalanan ke pulau seberang untuk menggapai mimpinya. 

"Bu..., bantuin Tari dong, Tari bingung apa aja yang harus dibawa," pintanya dengan nada cemas, sementara matanya berbinar penuh semangat.

Ibu Tari, dengan senyuman hangat, menyambutnya, "Tenang, Nak. Kita pasti bisa menyelesaikannya bersama. Pertama, pastikan bawalah pakaian yang akan kamu gunakan selama kamu kuliah. Cek juga perlengkapan mandi, obat-obatan, dan dokumen penting yang diperlukan selama disana ."

Tari memeriksa tasnya seraya mengangguk, "Iya, Bu. Apa lagi yang perlu dibawa?"

Ibu berpikir sejenak , kemudian berkata, "Bawa beberapa makanan ringan untuk kamu selama perjalanan. Jangan lupa bawa ponsel kamu dan juga kebutuhan mu selama kuliah, untuk untuk berkomunikasi dengan ibu . Nanti di sana, pastikan kamu jaga kesehatan , Kabarin ibu terus agar ibu tidak khawatir sama keadaan kamu di sana."

Tari tersenyum mendengar tambahan saran ibunya, "Baik, Bu. Aku akan berusaha tetap  memberi kabar walaupun sesibuk apapun itu, ibu tetap no. 1 dihati ku. Terima kasih atas semuanya bu , aku tau ini juga berat bagi ibu apalagi kita hanya tinggal berdua selama ini."

Ibu mengelus kepala Tari dengan penuh kasih sayang kemudian berkata, "Jangan ragu untuk meminta bantuan ya  jika ada hal yang kamu perlukan di sana, Nak. Ini adalah pengalaman baru yang mungkin selama ini kamu impikan dan akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih kuat."

Dengan perkataan dan dukungan dari ibunya, Tari semakin mantap untuk melanjutkan perjalanan ke pulau seberang. Ia pun merasa siap menggapai mimpinya dan menjalani studi di universitas dengan semangat dan tekad yang membara.

Di Dermaga

Senyuman Ibu tidak pernah menghilang dari wajahnya ,senyuman yang hangat sekaligus bangga mengantar Tari ke dermaga untuk memulai perjalanan menuju pulau seberang. Awal perjalanan terasa sangat tenang, angin berhembus pelan, menciptakan suasana yang nyaman di atas kapal. Di kapal ini hanya ada aku dan seseorang laki laki yang terlihat seperti dari kota .

Namun, tiba-tiba, di tengah laut lepas daratan pun tidak terlihat dari kapal . Dari kejauhan terlihat awan hitam yang menggumpal dan angin semakin memburu. Badai mendekat dengan cepat, mengubah keadaan perjalanan yang awalnya damai menjadi penuh tantangan. Gelombang besar mulai menerjang kapal, membuat perjalanan Tari menjadi berliku-liku. Kapal meliuk-liuk menghadapi badai yang mendera, dan suara angin bersahut-sahutan dengan gemuruh ombak.

Tari, yang semula menikmati perjalanan dengan penuh semangat, kini merasa tegang. Ia mencoba tetap tenang sambil berdoa dalam hati  memegang erat pegangan di kapal, memandangi badai yang akan datang dan melihat laki -laki itu. Dengan sigap Tari mengambil pelampung dan memakainya dan berteriak " hei, pakai pelampum mu juga" laki-laki itu melihat sekilas langsung memakai pelampung nya

Dalam kepungan badai yang mendadak itu, Tari mencoba untuk tetap tenang dan mengingat nasihat ibunya. "Ini adalah bagian dari perjalananmu menuju impian, Nak. Teruslah maju meskipun badai datang," gumamnya, mencoba mencari keberanian di tengah-tengah kekacauan ini.

Saat badai menerpa dengan ganas, Tari terdiam dan merenung. Mungkin ini adalah ujian pertama dari sekian banyak perjalanan yang akan dihadapinya. Dengan tekad yang kuat ia berusaha sekuat tenaga untuk berpegangan , Tari bersiap untuk menghadapi badai ini dan memastikan bahwa di balik setiap gelombang, masih ada harapan untuk terus berlayar menuju pulau seberang dan mewujudkan mimpinya.

Namun, ternyata segalanya tidak sesuai dengan harapannya. Kapal terombang-ambing di antara gelombang badai yang terus-menerus menerjang. Mentari berjuang keras untuk tetap berpegangan pada kabal terbalik itu , dengan ombak yang silih berganti menerjang tubuhnya. Namun, kesadaran Tari perlahan-lahan mulai memudar.

Di Pulau Terpencil

Terombang-ambing oleh gelombang badai yang ganas, Mentari merasa tubuhnya terhempas dengan keras. ia merasakan sakit yang sangat luar biasa pada kepalanya dan dada nya sesak , setelah berhasil mengendalikan tubuhnya 

Mentari terdiam, tercengang oleh keadaan sekitar. Berusaha memfokuskan pandangan nya yang masih samar-samar , sinar matahari membuatnya menyipitkan pandangan matanya . Kemudian dia melihat sebuah pulau yang penuh misteri. Pasir putih bersih terhampar di sepanjang bibir pantai, sementara hutan lebat menjelajah ke dalam pulau. Beberapa reruntuhan kapal terlihat berserakan di sekitar, mengingatkan Mentari pada peristiwa mengerikan yang baru saja terjadi.

Keterkejutan dan kehilangan menguasai pikirannya. Tanpa alat komunikasi atau jejak manusia di sekitar, Mentari merasa sendirian di pulau ini. Di tengah keheningan, hanya suara ombak dan angin yang menyusup ke telinganya. Ia mencoba mengingat kembali momen terakhir sebelum hilangnya kesadaran di atas kapal yang terombang-ambing.

Tiba-tiba, sebuah keputusan muncul dalam pikiran Mentari. Meskipun terdampar dan kehilangan segalanya, ia merasa tekadnya tidak boleh surut. Ia memilih untuk bangkit dari keterpurukan, mencari cara untuk bertahan hidup, dan mungkin, menemukan harapannya kembali di pulau ini. Dengan langkah guncang, Mentari memulai perjalanan mencari apapun walaupun dia , tidak tahu apa yang menanti di balik hutan dan bukit pulau yang misterius ini.

Dalam perjalanannya di pulau yang misterius, Mentari tak terduga menemui seseorang, seorang lelaki yang tampaknya juga terdampar di pulau ini. Lelaki itu, yang  ia lihat bersamanya dikapal itu , sedang duduk di tepi pantai dengan tatapan kosong ke arah laut.

Mentari mendekat dengan hati-hati, masih terguncang oleh peristiwa yang baru saja terjadi. " syukurlah aku tidak sendirian disini " ucap Mentari dengan suara pelan.

Dirgantara mengangkat kepalanya, tatapannya bertemu dengan Mentari. Terlihat kerutan di wajahnya, mencerminkan rasa kehilangan dan kebingungan yang sama. "kamu yang dikapal itu juga kan?" jawabnya.

Meskipun keduanya saling terkejut, mereka merasakan ketenangan dalam kebersamaan di tengah keadaan yang sulit. Dengan perlahan, Mentari dan Dirgantara mulai berbicara, saling bertukar cerita tentang asal-usul dan impian mereka yang terputus oleh kejadian tak terduga ini.

Dalam persatuan yang terbentuk di antara mereka, Mentari dan Dirgantara menyadari bahwa meskipun terdampar, mereka memiliki peluang untuk saling mendukung dan menciptakan petualangan baru di pulau yang menjadi rumah sementara mereka. Dengan langkah bersama, mereka memulai perjalanan eksplorasi dan bertahan hidup di pulau misterius ini, tidak tahu apa yang akan menanti di ujung perjalanan mereka.

"Jadi, bagaimana kalau kita memulainya sekarang? Sebentar lagi malam, setidaknya kita punya tempat bermalam untuk hari ini. Besok, mari kita mencari tempat berlindung sementara dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya." Ucap mentari sambil mengulurkan tangan kepada dirgantara

Mereka akhirnya memulai mencari tempat bermalam sambil mengumpulkan hal hal yang mungkin berguna dan bisa digunakan untuk bertahan hidup

Mereka berhasil menemukan beberapa seperti kayu bakar walaupun mereka akan kesusahan untuk membuat api 

"Tara, aku lelah. Bisakah kita istirahat sebentar? Aku sudah tidak kuat lagi," ucap Mentari dengan suara lembut, sambil mencoba menahan emosinya.

Dirgantara merespons dengan penuh pengertian, "Ya, tentu. Mari kita istirahat di sana. Sepertinya malam ini akan hujan, kita butuh tempat berlindung."

Mereka mengarah ke celah antara bebatuan yang mirip gua, menjadikannya tempat berlindung sementara dari angin laut dan mungkin hujan yang akan datang. Di bawah ketidakpastian malam yang gelap, Mentari dan Dirgantara bersama-sama merencanakan untuk menghadapi hari besok, dengan harapan bahwa mereka dapat menemukan sumber air dan makanan yang sangat dibutuhkan di pulau ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun