Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku Mencintaimu

5 Maret 2024   17:10 Diperbarui: 5 Maret 2024   18:26 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku Mencintaimu

Menggapai harapan-146

@Cerber

Pemain musik merapikan peralatan musiknya.
Kedua mempelai meninggalkan pelaminan. Disusul orang tua mempelai. Seharian mereka menyambut para undangan yang datang.

"Bu, ayo kita istrihat para tamu sudah tidak ada lagi yang datang," ajak ibu Amir kepada ibu Sita.

"Baik Besan terima kasih," balas ibu Sita dengan sopan.

Ada dua kamar disiapkan untuk orang tua Sita dan Abang serta kakak iparnya.

"Huh, capai sekali rasanya tetapi ibu sangat bahagia akhirnya anak kita Sita menikah denga pemuda yang baik. Semoga menjadi keluarga yang taat akan Tuhan," ucap ibu Sita sembari melepas kondenya.

Bapak Sita mengaminkan ucapan istrinya.

Di kamar pengantin,  Sita berusaha merapikan rambut   nya yang di salon rapi. Tangannya terlihat kesusahan. Amir yang melihat kesulitan Sita gegas menghampirinya.
Sita tersentak saat Amir menghampirinya.

"Mas, biar Sita saja bisa kok," ucapnya sembari dadanya berdebar tak menentu.  

Ini kali pertama ia satu kamar dengan pria.
Namun, kini Amir sidah menjadi suaminya, dia tidak bisa beralasan.

"Sini dik, mas bantuin," cap Amir sembari memeluk Sita dari belakang.

"Aku mencintaimu dik," bisiknya di telinga Sita.

Rasa takut menyelimuti Sita. Namun dia tak berdaya.

Malam itu terdengar petir tang sangat kencang, jarum langit mengguyur pelataran bumi. Penghuni rumah sudah  tertidur lelap. Rasa letih seharian membuat raga mereka cepat pulas. Tidak perduli dengan bayu yang berhembus.

Bi Siti terjaga saat mendengan kokok ayam jantan membangunkan insan. Gegas dia melangkah ke dapur membuat sarapan pagi. Sarapan pagi dimasak lebih dari biasanya.
Saudara dari bapak dan ibu Amir masih ada yang tinggal.
Bi Sita yang gesit bekerja tidak merasa kesulitan. Sebentar saja sarapan pagi sudah terhidang di meja makan.

Tetiba Sita sudah ada di samping Bi Siti.

"Bi, sudah bangun?" Ucap Sita menyapa Bi Siti heran.

"Loh, Neng Sita, sudah bangun cepat sekali," timpal Bi Siti.

"Sita sudah terbiasa  bangun pagi Bi," ucapnya dengan ramah.

Sita membuatkan minuman untuk Amir suamihya.
Dia pun membawanya ke kamar.
Sebentar saja dia telah kembali ke dapur. Sita tidak mau berlama-lama di kamarnya.

Fajar di Timur rsudah memancarkan sinarnya. Titik air terlihat menetes dari dedaunan.
Pertanda hujan sangat deras semalam.

Bersamhung....

Jakarta, 5 Maret 2024

Salam hangat dari penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun